Jena sedang duduk di depan cermin sambil memandangi pantulan dirinya, beberapa kali dia menghembuskan napas tapi tetap saja dadanya terasa sangat sakit dan sesak.
Dia merasa seluruh dunia sedang diletakkan di atas kepalanya. Dia ingin menangis tapi tidak bisa, dia terlalu kecewa dengan keluarganya sendiri.
Sebentar lagi dia akan berganti status menjadi nyonya Jung Jena. Seorang istri dari pengusaha kaya raya di Korea Selatan. Tapi dia tidak merasa bahagia sama sekali. Justru sebaliknya, dia merasa sangat ketakutan.
“Mempelai pria sudah bersiap di altar, ayo kita keluar.” Seung Ri membimbing anaknya untuk berdiri.
Mereka keluar dari ruang ganti dan mendapati Jin Wook sedang menunggunya di depan lengkap dengan setelan jas mahal dan juga senyum angkuhnya. Jena sangat malas menatap ayahnya karena sejak tadi pagi ayahnya selalu saja membicarakan tentang pernikahannya ini.
Dia terlalu antusias karena akan menjadi mertua dari seorang Jung Jaehyun dan juga perusahaannya akan mendapat suntikan dana dari perusahaan pria itu. Tapi Jena lebih meyakini opsi ke dua.
“Tersenyumlah, kau akan terlihat cantik dan jangan lupakan kalau kau adalah wanita yang paling beruntung di muka bumi!” Jin Wook mengambil tangan kanan putrinya lalu diletakkan ke dalam lekukan lengannya. Mereka berdua berjalan menuruni tangga dan masuk ke dalam gereja katedral yang sudah dihias dengan mewah itu bersama-sama.
Saat pertama kali pintu besar gereja itu dibuka, Jena bisa melihat karangan bunga dan lampu-lampu kecil yang sudah ditata dengan sangat cantik. Tapi tidak secantik nasibnya, yang menikah dengan orang tidak dikenal dan menikah karena bisnis.
Ekor gaun pengantin milik Jena yang panjang menyapu lantai dan Jena bisa melihat Jaehyun sedang menunggunya di depan altar dengan senyum manisnya, memperlihatkan kedua lesung pipi miliknya.
Seluruh tamu pun juga memandang kagum ke arahnya, tapi Jena tidak tersenyum sama sekali. Dia ingin lari dari sini, dia ingin mengunjungi makam kakaknya, dia ingin bersembunyi lagi dari orang-orang di sekitarnya ini.
Tapi semua rencananya menguap begitu saja saat ayahnya menyerahkan tangannya ke arah Jaehyun. Gadis itu gemetar saat telapak tangan Jaehyun yang besar menggenggam telapak tangannya.
Jena tidak ingin melirik ke arah ayahnya, begitu pula ke arah Jaehyun yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Gadis itu sangat membenci kedua orang yang sedang berdiri dan tersenyum lebar di dekatnya hari ini.
“Baiklah, kedua mempelai sudah berada di altar, kita akan memulai pemberkatannya.”
Jena menoleh ke arah pendeta tersebut kemudian melirik ke arah jaehyun yang juga sedang menatapnya. Sungguh, Jena tidak nyaman dengan semua ini.
Pemberkatan pun berlangsung dan kedua mempelai juga sudah selesai mengucapkan janji suci mereka. Kemudian Jena dan Jaehyun kembali berhadapan sambil saling menatap. Tapi Jena tidak mengeluarkan senyumnya sama sekali.
Dunianya runtuh, bukan ini yang dia inginkan, tapi ini yang orang tuanya inginkan. Diat tidak bisa berbuat apapun kecuali menguatkan dirinya sendiri kalau dia bisa bertahan.
"Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Tuhan, tidak boleh diceraikan manusia."
Perkataan pendeta itu membuat Jena semakin merasakan sakit di dadanya. Gadis itu hanya bisa diam dan menundukkan pandangannya.
Dia terperanjat saat tangan Jaehyun memegang dagunya dan mengarahkannya ke atas, membuat gadis itu terpaksa menatap pria yang sekarang sudah menjadi suaminya itu dengan tatapan takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BOND ( Jung Jaehyun )
FanfictionHanya sepenggal kisah dari sebuah ikatan yang rumit namun tidak bisa dilepaskan. Menyerah dan berpisah hanya sekedar bualan dan tidak pernah sekalipun mereka lakukan. THE BOND (CERITA SUDAH LENGKAP YA BUND...)