THE NIGHT

900 75 5
                                    

Tepat pukul sebelas malam mereka sampai di sebuah mansion besar dengan nuansa putih dan emas yang membuat mansion itu nampak sangat elegan.

Jena mengekori Jaehyun yang masih diam sejak tadi, sejak Jena mengatakan banyak hal yang berhasil membuat Yuri – kekasih suaminya - naik pitam dan Jena sama sekali tidak menggubris Jaehyun sampai saat ini.

Dengan santai dia ikut masuk ke dalam kamar, dia memasuki walk in closet sambil membawa pakaiannya dan segera melepas gaun yang melekat di tubuhnya. Setelah beberapa menit Jena keluar dan melihat Jaehyun juga baru keluar dari dalam kamar mandi.

Mereka masih saling diam, sesaat sebelum Jena masuk ke kamar mandi, perkataan Jaehyun membuat tubuhnya menegang.

“Bersihkan dirimu, aku akan mempercepat semuanya agar kau segera pergi dari sini.” Kata Jaehyun sambil menatap Jena yang berhenti di ambang pintu kamar mandi.

“Bisa kah kau mencoba menghamili kekasihmu dulu?” tanya Jena tanpa menatap ke arah suaminya yang tampan itu.

“Andaikan kau tahu kalau usahaku untuk membuatnya hamil itu hampir setiap saat, tapi dia tidak bisa.”

Jaehyun tertawa renyah tanpa memalingkan tetepannya dari arah Jena sedikit pun.

“Oh, aku lupa kalau suatu saat nanti aku harus menyerahkan anak yang sudah aku kandung dan susah payah aku lahirkan kepada kalian. Tapi itu tidak akan pernah terjadi.”

Akhirnya, Jena memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi. Mengisi bak mandi itu dengan air  hangat dan sabun cair beraroma vanilla dan storberi yang menenangkan.

Jena berendam, merasakan air hangat yang menyentuh kulitnya. Seketika gadis itu merasa sangat tenang. Dia memejamkan mata kembali memikirkan kejadian tadi.

Sungguh, dia merasa dia hanyalah wanita bayaran dan seorang calon ibu pengganti, setelahnya dia hanyalah wanita biasa yang penuh dosa karena menyerahkan apa yang seharusnya dia serahkan untuk orang yang paling dia cintai kepada orang tak berhati bernama Jung Jaehyun.

Dia juga tidak habis pikir bagaimana ayahnya sendiri bisa berbuat sekejam itu padanya, menjualnya seolah dia adalah sebuah benda, menukarnya dengan pernjanjian kerjasama dan sejumlah besar uang. Bahkan ayahnya tidak menampakkan rasa penyesalan sama sekali, Jena lupa kalau ayahnya sudah buta mata dan buta hati.

“Awas saja kalau nanti hidupku berakhir mengenaskan, aku tidak akan memaafkan kalian semua.” Gumam Jena sambil keluar dari bak mandi tersebut kemudian segera mengeringkan badannya dan memakai pakaiannya.

“Sudah selesai?” tanya Jaehyun yang ternyata sudah menunggu jena di ambang pintu kamar mandi.

Belum sempat Jena menjawab, Jaehyun sudah mengangkatnya dengan serampangan dan semuanya pun terjadi. Jena bisa merasakan bagaimana Jaehyun menyentuhnya dan memperlakukannya, terkadang lembut, terkadang bisa sangat kasar.

Tapi Jena sama sekali tidak merasakan apapun, tubuhnya juga terlalu lelah untuk merespon, dia hanya menggumamkan kalimat kutukan di setiap kegiatan mereka malam ini.

Rasa marah dan kecewa sudah terlanjur menyatu di dalam darah gadis itu, gadis yang sudah berubah menjadi seorang wanita. Bukan wanita yang dicintai, tapi wanita yang paling dibenci.

Bahkan, saat mencapai pelepasan pun Jena tak bersuara sama sekali. Setelahnya, dia menatap pria yang berada di sampingnya dengan wajah datar kemudian memejamkan matanya dengan erat berusaha mencerna semua kejadian yang baru saja dia alami malam ini.

“Astaga!” Jena terduduk kemudian memegang kepalanya dengan erat. Bayangan itu datang lagi, bahkan dalam situasi seperti ini.

“Apa kau punya obat tidur?” tanya Jena dengan suara parau. Dia benar-benar ingin menangis sekarang.

“Kenapa? Apa setelah kegiatan tadi kau tidak merasa mengantuk sama sekali?” tanya Jaehyun yang kini sudah merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata tanpa peduli keadaan istrinya yang sangat kacau.

“Tinggal jawab punya atau tidak,” dengus Jena sambil tetap duduk membelakangi suaminya. Dia benar-benar butuh benda itu sekarang. Dia tidak mau terlihat seperti orang gila besok.

Jaehyun mendengus lalu bangkit dan mengambil sesuatu di dalam nakasnya kemudian melemparkan benda itu ke arah Jena. Dengan segera Jena meminumnya tanpa bantuan air putih. Ya dia sudah sangat terbiasa melakukan itu.

“Kau tidak meminumnya dengan air putih?” tanya Jaehyun yang sedang mengamati tingkahnya dengan heran.

“Sudah terbiasa. Tidurlah!” kata Jena sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut kemudian berbaring dan memunggungi Jaehyun yang masih menatap wanita itu dalam diam.

“Kalau setelah ini kau hamil, jangan coba-coba meminum obat tidur lagi. Sekarang aku membiarkanmu, jangan harap besok kau bisa menemui obat tidur lagi.” Gumam Jaehyun lalu ikut berbaring di samping Jena tanpa menyentuhnya lagi.

"Dan satu lagi, aku hanya menyentuhmu sekali ini saja. Kau berharap segera hamil atau tidak aku juga tidak akan peduli. Aku akan berusaha membuat Yuri hamil lebih dulu daripada kau. Jadi, jangan khawatir. Kau akan keluar dari rumah ini dengan keadaan utuh."

Jena tersenyum tipis kemudian menghela napasnya dengan keras. Dia berbalik menatap punggung polos milik Jaehyun dan berusaha untuk tidak meringis sakit saat merasakan nyeri area pribadinya.

"Aku juga tidak peduli kalau aku cepat hamil atau tidak. Kau mencintai Yuri dan aku akan mencintai diriku sendiri. Jadi jangan khawatir. Dan tolong jangan gunakan kalimat, aku akan kembali dengan keadaan utuh. Kalau kau saja sudah mengambil apa yang aku jaga selama dua puluh tahun lebih."

Ada jeda dalam kalimatnya. Jena mengira kalau Jaehyun sudah tidur, tapi dia tidak peduli karena dia harus mengungkapkan kekesalannya malam ini.

"Dan lagi... kalau aku memang hamil suatu saat nanti, aku akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak bertemu denganmu. Fokuslah kepada Yuri. Atau bahkan aku akan merasa lebih beruntung kalau Yuri hamil lebih dulu. Sudah."

Jena berbalik sambil memegangi selimut yang menutupi tubuhnya dengan erat. Dia tidak boleh menangis. Menangis akan semakin menunjukkan kalau dia lemah dan pasrah dengan keadaannya. Dia harus berani dan tangguh, dia tidak ingin mengecewakan keluarganya dan kakaknya.

"Meskipun kalian mengecewakanku, tapi aku akan berusaha untuk tidak mengecewakan kalian. Tapi kalau suatu saat nanti hidupku hancur, aku akan menjadikan kalian terasangka pertamanya. Aku akan berusaha jadi istri yang baik dan penurut. Tapi tidak untuk menyayangi suamiku. Aku membencinya sampai kapanpun dan tidak akan bisa memaafkan semua ini."

Jena memejamkan matanya dan mulai tertidur pulas. Masa depannya masih panjang dan dia harus benar-benar siap menghadapi segala situasi yang akan terjadi. Sekalipun itu akan sangat sulit baginya.

***

A

nnyeonghaseye...
Udah beberapa hari ga up. Gara-gara heboh sendiri nyariin flashdisk emak yg ternyata keselip di lemari😭😭😭😭

Hari ini 1 part dulu ya zeyeng...
Besok lagi...

Oh iya buat yang lagi ujian, semangat gais!!!!💚💚💚

Mon maap kalau masih ada typo bertebaran😙😙

Happy reading yorobun!!😉😉

THE BOND ( Jung Jaehyun )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang