11

2.1K 239 6
                                    

Perjalanan menuju Daegu membutuhkan waktu cukup lama. Seulgi masih setia mengikuti mobil Sowon dari belakang dengan jarak yang tepat. Joy yang ada di sebelahnya merasa sangat bosan. Padahal musik kesukaannya sudah diputar tapi sama saja. Ia tetap bosan. Sampai atensinya mengarah ke spion di samping mobil. Ia menyunggingkan seringaian.

"Eonnie" panggil Joy pada Seulgi.

"Aku tahu" kata Seulgi yang memang sejak tadi sudah menyadari ada mobil yang mengikuti mereka.

"Sepertinya dua"

"Mau bersenang-senang?" Tanya Seulgi.

"Terserah" kata Joy dengan senyumnya lalu ia berpegangan untuk menahan tubuhnya agar tetap tenang.

Seulgi mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mereka tidak perlu khawatir kehilangan jejak Sowon karena tadi sebelum berangkat Joy sudah memasang alat pelacak pada mobil Sowon. Dua mobil yang mengejar mobil Seulgi kaget dan ikut mengebut. Seulgi dengan lihai menghindari mobil-mobil yang ada di depannya. Bahkan ia juga sudah melewati mobil milik Sowon.

Joy masih sedia melihat maps. Ia mencari jalan yang sekiranya cocok untuk kabur tapi tidak terlalu jauh dari Daegu. "Di depan ada jalan percabangan. Belok saja eonnie" kata Joy.

Seulgi mengangguk. Dia tetap dengan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Akhirnya ia melihat jalan percabangan yang dimaksud. Dengan segera ia melakukan gerakan drift dengan apik hingga kini mobilnya berhasil berbelok dengan mulus. Joy melihat ke spion. Dua mobil itu masih mengikuti. Ia lalu beralih melihat maps lagi.

"Nanti belok kiri. Area hutan tidak ada siapapun" kata Joy lagi. Seulgi menurut. Joy perlahan pindah ke bangku belakang. Ia membuka tas senjata mereka di belakang dan menyiapkan senjata walau berkali-kali tubuhnya tersentak karena Seulgi yang mengendarai mobilnya ugal-ugalan. Senjatanya siap. Joy membuka jendela dan melongokkan tubuh bagian atasnya dengan senapan M4. Seulgi sedikit memelankan laju mobilnya agar Joy lebih nyaman menembak.

Dor

Dor

Dor

Joy menembak dengan beruntun pada mobil di belakangnya. Mobil itu oleng dan keluar jalur menabrak pohon. Mata Joy membulat melihat mobil lainnya yang tersisa. Seorang pria dengan senapan besar berdiri dengan tubuh bagian atasnya keluar dari lubang atas mobil.

Joy memasukkan tubuhnya. "Eonnie! Mereka punya RPG!" Panik Joy membuat Seulgi kini fokus pada spion.

"Pegangan Joy!" Pekik Seulgi yang melihat senapan itu menembakkan rudal ke arah mobil mereka. Seulgi langsung membanting stir menghindari rudal itu yang menghantam jalan dengan keras membuat mobilnya sedikit oleng.

Joy melihat granat. Ia mengambil granat itu dan menarik pelatuknya. Ia langsung melemparkan dari jendela. Granat itu berputar sebelum akhirnya meledak tepat di depan mobil itu yang langsung saja terlempar dan jatuh terbalik. Seulgi mengerem mobilnya mendadak dengan posisi menyilang di tengah jalan.

"Joy cepat lacak mobil Sowon!" Perintah Seulgi dan Joy langsung kembali ke bangku samping pengemudi, memakai sabuk pengaman dan mengambil ponselnya. Mereka kembali menjalankan mobilnya untuk mengejar mobil Sowon yang sudah sampai di Daegu.

.

.

.

.

Sama halnya dengan Seulgi dan Joy. Irene dan Wendy juga diikuti. Tapi bedanya mereka masih berada di wilayah perusahaan GF's Technology. Tepatnya sedang perjalanan menuju basement. Irene dan Wendy waspada sampai akhirnya mereka sampai basement. Mereka mencari-cari mobil mereka sampai akhirnya.

Dor

Irene dan Wendy berhasil menghindar dan bersembunyi di balik mobil. Wendy membuka jaketnya dan mengambil pistol yang ada di balik jaketnya. Begitu juga dengan Irene. Wendy sedikit mengintip. Ada sekitar enam orang dengan pistol. Wendy memberikan kode pada Irene tentang jumlah musuh mereka.

Dor

Irene menembak salah satu orang tepat di kepala. Jangan remehkan kemampuan menembak mereka. Wendy berdiri dan menembak dua orang lalu kembali menunduk di balik mobil. Sekarang di kubu lawan sisa tiga orang dan sekarang ikut bersembunyi. Irene mengendap-endap maju mendekati lawan mereka tanpa diketahui. Wendy setia berjaga di belakangnya.

Irene menahan tangan seorang pria yang menodongkan pistol padanya. Dengan segera Irene memutar tangan itu membuat pistolnya terjatuh. Wendy menembak pria yang hendak menembak Irene. Sedangkan Irene menembak seorang pria yang berada di belakang tubuh Wendy. Wendy menembak tangan kiri dan kaki kiri pria yang masih ditahan Irene. Mereka berdua membawa pria itu masuk ke dalam mobil mereka. Irene memborgol tangan pria itu dan menjaganya di kursi belakang. Sedangkan Wendy di kursi pengemudi dan mulai menjalankan mobilnya. Mereka memilih untuk pergi ke sebuah kantor polisi tempat Suho bekerja. Mereka memang sering ke tempat itu untuk meminjam tempat untuk interogasi. Karena jika mereka membawa musuh ke markas bisa-bisa mereka dalam bahaya.

"Siapa yang memerintahkan mu!" Bentak Irene setelah ia dan Wendy menyeret pria itu untuk duduk di kursi interogasi. Suho hanya melihat saja dari luar ruangan.

"A-aku ti-tidak tahu" jawab pria itu takut-takut.

"Jawab jujur!"

"Aku benar-benar tidak tahu. Aku hanya diperintahkan untuk mengulur waktu untuk kalian tapi jika bisa kami diperintahkan membunuh kalian"

"Mengulur waktu? Untuk apa?" Tanya Wendy tenang.

Pria itu menggeleng. "Aku tidak tahu. Aku hanya menuruti perintah"

Irene dan Wendy diam. Mengulur waktu? Tapi untuk apa? Pertanyaan itu terus berputar di kepala Irene dan Wendy.

.

.

.

.

Lisa dan Jisoo mengikuti mobil Eunha. Mereka mengernyit bingung karena mobil Eunha menuju tempat yang sangat sepi. Mereka bertanya-tanya kenapa Eunha ke tempat seperti ini apalagi hari sudah mulai gelap. Mobil Eunha berhenti di depan sebuah gedung kosong yang sangat kumuh. Di sana mereka melihat Eunha turun dari mobil. Lisa dan Jisoo juga turun dari mobil yang diparkir sedikit jauh. Mereka berjalan perlahan-lahan mengikuti langkah kaki Eunha masuk ke dalam gedung itu. Gedung itu sangat gelap dan kumuh. Lisa dan Jisoo berjalan perlahan-lahan sampai akhirnya lampu menyala. Mereka melihat Eunha duduk di salah satu kursi sambil memandang mereka remeh.

"Ternyata benar kalian mengikuti ku? Ada apa?" Tanya Eunha membuat Lisa dan Jisoo menegang. Jadi sebenarnya Eunha sudah tahu kalau dia diikuti jadi dia sengaja memancing mereka ke gedung tua ini.

"Kalian tidak mau menjawab?" Kata Eunha lagi.

Bugh

Bugh

Lisa dan Jisoo jatuh pingsan setelah bagian belakang kepala mereka di pukul dengan cukup keras.

"Bagus Oh Sehun. Bawa mereka pergi"

.

.

.

.

Tbc

Blackvelvet Agen'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang