12

2.1K 261 4
                                    

Rose dan June berjalan di belakang Jennie dan Kai yang terlihat sangat mesra. Rose bahkan menahan agar tidak muntah melihat Kai yang begitu romantis pada Jennie yang hanya diam. Tapi Rose tahu jika Jennie sedang gugup. Walau terlihatnya seperti tidak peduli, tapi Jennie sebenarnya menyimpan rasa pada Kai. Tentu saja Kai itu sangat peduli dengan Jennie, sikapnya juga sangat manis pada Jennie. Hati sekeras apapun jika terus diberikan kasih sayang akan luluh juga. Begitupun dengan Jennie yang kini malah jatuh cinta dengan Kai.

Rose menarik June untuk berpisah dengan Jennie dan Kai. "Kita cari sendiri" kata Rose yang di angguki June.

Pandangan June terus menelisik setiap orang yang ia lewati. Walaupun tak begitu jelas tapi ia sedikit ingat ciri-ciri orang yang memberikan sim card padanya. Tapi ia pusing karena kebanyakan pria disana memakai jas yang sama-sama mahal.

Rose juga berkeliling. Tapi tatapan matanya menatap seseorang yang tak asing. Ia berjalan perlahan mengikuti orang itu yang tampak begitu elegan dan mewah dengan pakaiannya yang terkesan sangat mahal. Rose bertanya-tanya kenapa orang itu kemari dengan pakaian yang sangat mahal. June mengikuti Rose sambil matanya terus berkeliling menatap satu persatu orang.

Rose berhenti mendadak membuat June menabraknya. June ingin protes tapi ia melihat Rose yang hanya diam menatap satu titik. June mengikuti arah pandang Rose dan mendapati seorang wanita mungil dengan setelan mahal sedang bergelayut manja pada lengan seorang pria yang umurnya bisa dikatakan jauh di atas wanita itu. Mata June membulat melihat jam tangan mahal yang dipakai pria itu.

"Rose jam tangan itu. Jam tangan yang sama yang dipakai orang itu saat menyerahkan sim card padaku" kata June membuat Rose makin terkejut saja. Ia melihat dengan teliti jam tangan yang dipakai oleh pria itu.

"Jam tangan itu adalah jam tangan langka harganya juga sangat mahal. Hanya beberapa orang saja yang memilikinya" lanjut June. Rose melihat ponselnya. Ia mencari informasi tentang pria itu. Ia sontak menutup mulutnya. Ia benar-benar tak menyangka. Ia menemukannya. Menemukan targetnya.

.

.

.

.

Yerim memandang horor bangunan megah di hadapannya. Hari sudah menunjukkan jam sebelas malam dan Yerim benar-benar malas melakukan hal ini. Ia masih berada di atas motor Yamaha R1M miliknya. Ia malam ini sengaja memakai pakaian yang tertutup. Kemeja putih sedikit besar dipadukan jaket kulit hitam dan juga celana jeans hitam panjang. Tentu ia memakai pakaian seperti itu untuk mengurangi kontak fisik dengan pria bermarga Jeon itu. Ia sudah kapok saat menggunakan pakaian yang sedikit terbuka waktu itu. Gerbang terbuka mempersilahkan Yerim untuk masuk. Yerim menjalankan motornya memasuki halaman rumah yang begitu luas. Yerim memarkirkan motornya di dekat pintu garasi.

"Nona Yerim?" Tanya seorang pria kekar tapi sangat tampan menghampiri Yerim.

"Iya saya" kata Yerim sedikit bingung.

"Ikut saya. Tuan muda Jeon sudah menunggu"

Yerim tentu terkejut. Pria itu menunggunya. Apa pria itu tahu dia akan datang? Benar-benar tidak masuk akal. Pria itu benar-benar seperti tahu segalanya tentang dirinya.

Yerim memandangi interior mansion Jungkook dengan kagum. Arsitekturnya benar-benar indah dan mewah. Benar-benar berbeda dengan mansion milik keluarganya yang terkesan sederhana. Pria itu membawa Yerim ke sebuah ruangan. Yerim diminta masuk ke ruangan itu yang remang-remang karena hanya cahaya bulan yang menjadi pencahayaan. Pintu tertutup. Yerim melihat seorang pria sedang berdiri di balkon yang pintunya terbuka lebar. Yerim berjalan mendekatinya dan betapa kagetnya dia saat pria itu berbalik. Yerim speechless. Pria di hadapannya ini benar-benar dewa. Tampan dan sangat seksi.

"Kau datang akhirnya"

Yerim masih saja diam ketika suara bariton itu menyapa telinganya. Yerim tersentak saat tubuhnya ditarik dan bibirnya bersentuhan dengan bibir tipis pria itu yang melumatnya lembut. Yerim sadar ia mendorong dada pria itu hingga ciuman mereka lepas.

"Bisakah kau jangan melakukan hal itu!" Pekik Yerim kesal sambil menutup mulutnya.

"Kenapa memangnya?" Tanya pria itu enteng.

Yerim tak menjawab. Dia malah memandang sebal ke arah Jungkook yang masih menatapnya intens. "Aku kesini karena ada yang ingin aku tanyakan" kata Yerim akhirnya.

"Kenapa buru-buru" kata Jungkook melangkah mendekati Yerim. Refleks Yerim mundur. "Kita bisa bersenang-senang dulu" Yerim masih memundurkan tubuhnya sampai akhirnya pinggangnya ditarik dan membuat tubuh mereka bertabrakan.

"Dengar tuan Jeon. Aku kesini hanya ingin bertanya. Bukan untuk menjadi salah satu pelacur mu" tekan Yerim.

"Tapi bertanya padaku tidak gratis nona" kata Jungkook mencium sekilas bibir pink alami Yerim.

Yerim tahu pria di depannya ini licik. Tapi demi kelancaran tugasnya ia harus menurunkan egonya. "Aku akan menuruti keinginan mu asalkan kau menjawab semua pertanyaan ku tanpa terkecuali"

Jungkook menunjukkan senyum tipisnya. Tanpa aba-aba ia menggendong Yerim ala bridal style dan membawanya ke atas ranjang king size miliknya. Ia langsung saja mengukung tubuh mungil Yerim di bawah tubuh atletisnya.

"Silahkan" kata Jungkook. Yerim masih syok. Ini sangat tiba-tiba.

"Bi-bisakah jangan seperti ini" kata Yerim gugup karena posisi mereka benar-benar berbahaya.

Jungkook mencium bibir Yerim dan melumatnya lembut. "Aku suka seperti ini" bisik Jungkook membuat seluruh tubuh Yerim meremang.

Yerim berdeham untuk membersihkan tenggorokannya. "Ceritakan padaku tentang Oh Sehun"

Jungkook mengernyit tak suka. "Kenapa kau menanyakannya?"

"Jawab saja"

Jungkook menghela nafasnya. "Oh Sehun adalah bawahan sekaligus sahabat ku. Aku melihatnya pertama kali saat pelelangan. Dia di lelang dengan harga awal 50 juta won. Dan waktu itu aku berhasil mendapatkannya dengan harga 250 juta won. Aku menjadikannya bawahan ku dan tangan kanan ku karena kemampuannya yang baik. Semakin lama aku semakin tahu tentangnya. Ternyata dia dan adiknya sama-sama dilelang. Tapi adiknya berhasil di beli oleh seorang pengusaha. Ia kini sibuk mencari uang untuk bisa mengambil adiknya kembali. Dia tidak mau merepotkan ku dan memilih bekerja sebagai pegulat judi dan juga terkadang menerima tawaran sebagai penjahat bayaran"

Yerim mengangguk. "Sekarang dia sedang sibuk apa?"

"Entahlah. Terakhir aku melihatnya ada di tempat perjudian dengan kau waktu itu. Dan ya aku yang menyelamatkannya dari wanita-wanita ganas seperti kalian"

Yerim melotot. "Jadi kau yang menyelamatkannya waktu itu?!" Jungkook mengangguk. "Kau benar-benar ya! Merepotkan saja!"

"Aku hanya menyelamatkan sahabat ku. Waktu itu dia juga buru-buru untuk bertemu seseorang yang membeli adiknya"

"Siapa orang yang membeli adiknya?" Tanya Yerim penasaran.

"Choi Siwon. CEO perusahaan Choi's Company"

.

.

.

.

Tbc

Blackvelvet Agen'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang