🧷2

853 192 21
                                    

Kurang ajarnya, ini seru.

Bukan, bukan, bukannya aku sudah seratus persen menerima kondisiku.

Aku seperti tahu kalau dulu aku hanya bisa melihat mereka dari jauh, sebatas lewat layar kaca. Dan mungkin melalui mimpi (Sayang, hanya sejauh itu yang bisa kuingat. Kalau berusaha lebih jauh, sakit kepala hebat akan menyerap semua energiku. Aku sudah mencobanya tadi.)

Tapi sekarang aku bisa dengan mudahnya menyaksikan mereka sarapan dari dekat.

Selain yang sudah kutemui tadi subuh, ini pertama kalinya aku bertemu dengan Chenle dan Renjun. Eksklusif wajah khas bangun tidur masing-masing pula. Jangan khawatir, tetap tampan. Bukankah ada lelucon kalau mereka semua ini sebenarnya blasteran surga?

Daripada itu, hei, rasanya ada yang kurang ya?

"Haechan Hyung lagi makan-makan sama NCT 127, ya? Dia kirim aku foto bareng Mark Hyung juga," Chenle angkat suara. Aku sampai takut dia bisa mendengarku.

Renjun mengangguk. "Katanya bakal pulang besok," balasnya, masih berdiri di samping toaster, menunggu roti panggangnya matang.

"Pasti makan-makan daging tuh. Ditraktir," sahut Jisung, menatap senewan piring saladnya. Ulah Jaemin. Kalau ditolak dia mengancam tidak mau memasak untuknya lagi.

"Mulai rekaman besok atau kapan sih?" Chenle bertanya.

"Senin, dua hari lagi," Jeno bergabung.

"Terus hari ini ngapain?"

"Rapat kemarin ada yang belum selesai katanya. Jam sepuluh harus udah stand by, paham?"

"Aku selalu on time tuh," gerutu Renjun, kembali membawa setangkup roti yang masih mengepul.

"Lha terus Haechan Hyung gimana?"

"Dia udah beres. Sengaja diatur jauh-jauh hari soalnya mepet sama jadwal di 127," tutur Renjun.

Ngomong-ngomong, aku penasaran bagaimana reaksi mereka kalau bisa melihatku menempati bangku yang kosong. Pasti akan luar biasa. Sekalipun yah, tidak akan terlalu memengaruhi Jaemin.

Sudah sejak tadi, Jaemin antara ada dan tiada. Anteng dengan minuman pekatnya itu.

Dia memang pecandu kopi yang aneh. Bisa sangat ekspresif atau asyik sendiri menjiwai dunia personanya. Bila sudah begitu, cuma sedikit hal yang bisa mengusik Jaemin.

Jisung tiba-tiba mencolek lengan Jeno. "Tadi subuh Jaemin Hyung juga minum kopi," bisiknya mengadu. 

"Terus?" Jeno mengangkat bahu. Tampaknya dia sendiri sudah mnyerah terkait masalah satu ini.

"'Kan bentar lagi rekaman? Nanti suaranya jadi serak gimana?" timpal Chenle dari sebelah. Dia bahkan tak beruasa berbicara dengan nada rendah. Introver Jaemin tak akan peka pada sekitarnya.

Berhasil. Jeno jadi menghentikan suapannya. "Jaemin," dia memanggil. Tak mendapat respon, Jeno sedikit menaikkan suaranya, "Na Jaemin."

Barulah Jaemin melirik lugu dari balik cangkirnya.

"Kopinya berapa shots?"

"... lima," jawabnya enggan.

Renjun berdecak sembari menggeleng-geleng tak habis pikir.

"Kalo yang tadi subuh?"

"Sama," Jisung yang menjawab. "Aku liat sendiri," dia buru-buru menambahkan.

Membuang napas, Jeno berdiri dan memundurkan kursi, lalu melenggang menuju meja dapur diikuti oleh pandangan dua maknae—yang sepertinya mengharapkan keributan sejak awal.

"Nih. Jus." Jeno kembali, mengangsurkan botol tumblr berwarna hijau, menukarkannya dengan gelas kopi milik Jaemin. "Ngantuk sedikit nggak papa daripada ngerepotin semua orang pas hari H 'kan?" ungkapnya tanpa basa-basi.

Ini semua gara-gara salad.

"Wah Jeno Hyung marah," celetuk Chenle begitu Jeno meninggalkan ruang makan dan setelahnya terdengar suara kunci pintu kamar. Benar-benar niat mengompori keadaan.

"Kalian semua masih pagi udah drama," Renjun menyindir tak peduli.

Si bungsu menyambar, "Aku nggak ikutan, Hyung."

Omong kosong terbesar abad ini.

Lain halnya, Jaemin menangkup botol di hadapannya dengan air muka bersalah.

Ah, kurasa Jeno sedikit keterlaluan tadi. Aku paham dia khawatir, tapi harusnya Jeno juga paham kalau Jaemin tak bermaksud merepotkan siapapun dengan kesukaannya yang sedikit ekstrim.

Awalnya, kupikir begitu.

Sampai Jaemin menyedot minuman itu, lantas sepersekian sekon kemudian dia lari terbirit-birit ke wastafel. Terbatuk-batuk sambil terus berkumur.

Semua yang ada di meja makan kontan berdiri dengan ekspresi cemas. Termasuk aku.

Namun, dengan mulut basah dan cipratan air di t-shirt depannya, Jaemin malah balik menatap kami jengkel.

"Itu susu stroberi!" semburnya.

Oh.

Jadi ini sebabnya harus sampai mengunci pintu kamar? Untuk kabur, Jen?

Well, selamat datang di NCT Dream, semuanya.

***

[END] See You When You Can See MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang