Bagian 13

431 72 50
                                    

Perihal Perpisahan dan Pertemuan

Langit senja telah berwarna jingga kala Seung Gi dan ibunya duduk di bangku taman rumah sakit. Keduanya diam, sama-sama menatap langit barat yang dihiasi gulungan awan semi kelabu yang saling beruntutan. Semilir angin musim gugur menyapa ibu dan anak tersebut dengan ramah.

Perlahan, Seung Gi menyandarkan kepalanya di bahu sang ibu. Air mata menetes dari pelupuk mata pria berusia lebih dari 30 tahun tersebut. Yun Hee merengkuh bahu sang putra dan membelainya dengan penuh kasih sayang, membuat tetesan air mata Seung Gi semakin deras.

"Kenapa kau menangis, Nak?"

"Apa kau benar-benar akan pergi?"

Yun Hee tak menjawab. Ia turut menyandarkan kepalanya di atas kepala Seung Gi. Seung Gi memejamkan matanya yang sudah amat basah. Kehangatan yang dirasakannya saat ini akan segera berakhir.

"Eomma sangat bangga padamu, Sayang. Hiduplah dengan baik. Kau pasti bisa melakukannya karena selama ini kau telah melakukannya," ucap Yun Hee yang terasa amat menujuk tepat di jantung Seung Gi. Pria itu menarik napas dan mengembuskannya dengan berat. Yun Hee mengangkat kepalanya dan membelai rambut hitam lebat milik Seung Gi.

"Bagaimana kalau aku merindukanmu? Siapa yang akan mendengarkan cerita-ceritaku nantinya?" ucap Seung Gi dengan suara serak.

Yun Hee menatap Seung Gi yang masih menangis dalam rengkuhannya itu. Rasanya, belum lama ia berbahagia atas kelahiran putra pertamanya, dan kini, si kecil itu telah menjadi seorang pria dewasa. Pria yang bertanggung jawab atas segala pilihannya, termasuk pilihan untuk meninggalkan kehidupan serba nyaman yang telah dijalaninya selama bertahun-tahun, demi menjaga sang ibu.

"Aku tahu aku selalu ada di hatimu, Seung Gi-ya. Maafkan aku yang membuatmu kesulitan belakangan. Tetaplah jadi orang baik seperti yang selalu kau lakukan selama ini, jangan pernah mendendam pada orang-orang yang menyakitimu," ucap Yun Hee.

Perlahan, Seung Gi membuka matanya kembali dan mengangkat kepalanya. Ia menatap sang ibu yang terlihat begitu sehat, seperti yang selalu dilihatnya tiga tahun lalu. Meskipun mengenakan piama rumah sakit, wanita paruh baya itu tetap terlihat cantik. Sorot matanya yang teduh mampu menenangkan gejolak seriuh apapun. Rasa rindu bebricara empat mata dengan ibunya mengumpul jadi satu dalam momen itu.

Tangan Yun Hee terulur, mengusap air mata Seung Gi yang membasahi pipi. Ibu dan anak itu saling bertatapan. Seung Gi merasakan sesak menghantam dadanya. Detik-detik terakhir itu benar-benar diukirnya dalam ingatan.

"Seung Gi-ya... perlakukan istrimu dengan baik seperti kau memperlakukanku. Dia akan menjadi temanmu seumur hidup, artinya dia yang akan menggantikanku menampung segala keluh kesahmu. Begitu pula dengan kau. Kau harus bisa menjadi tempatnya berkeluh kesah seperti yang selalu kau lakukan untuk ibumu ini. Berjanjilah kepadaku," pinta Yun Hee. Seung Gi mengangguk masih dengan air mata yang membasahi wajahnya. Yun Hee tersenyum dengan sangat manis.

"Anak Eomma memang luar biasa. Kau pasti bisa menghadapi ini. Kita sama-sama melepaskan beban yang besar, Seung Gi-ya. jangan bersedih terlalu lama, paham?"

Seung Gi tak menjawab. Tubuhnya bergetar karena berusaha untuk tidak tersedu di hadapan sang ibu. Yun Hee menepuk-nepuk bahu putranya itu dan merengkuh Seung Gi dalam pelukannya. Pelukan yang sangat erat nan hangat. Tangis Seung Gi pecah seketika.

Seung Gi tersentak dan membuka matanya. Jantungnya berdegup dengan sangat cepat, bersamaan dengan dering ponselnya yang tiada henti. Pria itu bangkit dari tidurnya dan menatap layar ponsel yang ada di nakas. Rumah Sakit Jiwa Gyebal.

Kedai Kebahagiaan (Lee Seung Gi x Bae Suzy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang