Bagian 19

454 69 39
                                    

Menjadi Lebih Kuat

Menjelang pagi, Suzy sedikit terusik dengan hawa panas yang melingkupi wajahnya. Gadis itu mengetapkan matanya berulang kali untuk memeroleh fokusnya kembali. Ia bisa merasakan Seung Gi memeluknya dengan wajahnya berada di ceruk leher Suzy. Perlu waktu beberapa detik bagi Suzy untuk menyadari bahwa hawa panas itu berasal dari sang suami. Suzy menempelkan punggung tangannya ke wajah pria itu. Matanya membulat saat merasakan wajah Seung Gi begitu panas. Gadis itu beralih memegang lengan pria itu untuk memastikan ia tak salah. Lengan pria itu sama panasnya dengan wajahnya.

"Seung Gi-ya... Seung Gi-ya..." Suzy menggoyang-goyangkan tubuh suaminya. Seung Gi bergeming. Suzy menguatkan guncangannya pada tubuh Seung Gi.

"Seung Gi-ya..."

"Hm?" Seung Gi menjawab singkat. Tangannya masih melingkar di tubuh Suzy.

"Seung Gi-ya, tubuhmu sangat panas. Ayo bangun kita ke dokter sekarang," ucap Suzy sembari berusaha bangun. Seung Gi malah menarik sang istri untuk kembali merebahkan diri.

"Tidak usah. Aku sudah biasa mengalaminya. Aku hanya kelelahan. Nanti suhu tubuhku akan kembali normal kalau aku sudah cukup istirahat," ucap Seung Gi dengan suara serak. Suzy berdecak.

"Jangan begitu! Kalau dibiarkan bisa berbahaya! Biar kucarikan obat penurun panas dulu kalau kau memang tak mau ke dokter," ucap Suzy sambil menyingkirkan tangan Seung Gi dari tubuhnya.

Kali ini, Seung Gi tak menolaknya. Pria itu membiarkan Suzy turun dari ranjang dan mencari kotak obatnya. Seung Gi mengubah posisinya menjadi telentang. Dengan mata yang masih menyipit, tatapan Seung Gi tak lepas dari sang istri yang mencari kotak obatnya. Ia bisa menangkap raut panik dari wajah Suzy, meskipun gadis itu berusaha menyembunyikannya.

Seung Gi menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Beban pikirannya memang cukup berat belakangan ini. Mulai dari galeri Suzy yang masih kacau, masalah kontrak pernikahannya yang diketahui oleh sang ibu mertua, disusul permasalahan soal gedung kedainya yang akan dibeli oleh Dae Hyun dengan diiringi ancaman. Permasalahan-permasalahan itu membuat tidurnya terganggu, belum lagi, ia baru saja keluar dari rumah sakit, tentu saja semua itu berpengaruh pada kondisi fisiknya.

Suzy kembali ke ranjang dan meletakkan obat penurun panas di nakas. Di tangan yang lain, ia membawa plester penurun panas. Gadis itu membuka bungkus plester tersebut dan menempelkannya di dahi Seung Gi. Punggung tangannya kembali mengecek suhu tubuh Seung Gi.

"Aku hanya kelelahan, Sayang. Jangan terlalu khawatir, ini sudah biasa terjadi padaku," ucap Seung Gi yang dibalas decakan oleh Suzy.

"Suhu tubuhmu sangat tinggi, kau baru keluar dari rumah sakit beberapa hari lalu, bagaimana aku bisa tidak khawatir?" ucap Suzy. "Tunggu sebentar, kuambilkan air putih untuk kau minum obat."

Suzy kembali turun dari ranjang dan berjalan keluar dari kamarnya untuk mengambilkan air putih. Seung Gi bangkit duduk dan menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang. Pandangannya sedikit berputar. Ia memejamkan matanya untuk mengurangi pusing yang dirasakannya.

Derit pintu kamar yang kembali terbuka membuat Seung Gi turut membuka matanya kembali. Suzy berjalan mendekatinya dan menyerahkan gelas berisi air putih tersebut kepada Seung Gi. Setelah itu, Suzy mengambil obat penurun panas yang diletakkannya di nakas, membuka bungkus obat tersebut, dan menyerahkan obatnya kepada Seung Gi.

"Minumlah agar demammu segera turun," ucap Suzy yang masih berdiri di samping ranjang. Seung Gi tersenyum sembari menatap sang istri lekat.

"Terima kasih."

Pria itu lantas meminum obat penurun panas dari Suzy. Setelah menenggak habis air putih di gelasnya, Seung Gi menyerahkan gelas tersebut kepada Suzy. Gadis itu meletakkan gelas kosong di atas nakas dan kembali ke ranjangnya, duduk bersandar di sandaran ranjang bersama Seung Gi. Gurat kekhawatiran tergambar jelas di wajah Suzy. Ia kembali menempelkan tangannya di wajah Seung Gi.

Kedai Kebahagiaan (Lee Seung Gi x Bae Suzy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang