Pengakuan Suzy
Brak.
"Seung Gi-ya!"
Dengan napas memburu, Suzy membuka pintu ruang rawat Seung Gi. Usai mendapat kabar dari Se Hyeong, Suzy langsung memesan tiket pesawaat kembali ke Korea. Ia batal menghadiri acara pagelaran busana di London. Tak peduli dengan jetlag yang masih dialaminya saat tiba di London, Suzy bertekad langsung kembali begtu Se Hyeong memberi tahu kondisi Seung Gi.
Tubuh Suzy limbung saat melihat Seung Gi yang terbaring dengan mata masih terpejam. Bersama pria itu, hadir Se Hyeong yang terus mendampingi Seung Gi sejak pertama kali Seung Gi masuk ke IGD. Dengan langkah perlahan, Suzy mendekati ranjang rawat sang suami. Tubuhnya bergetar seiring dengan langkahnya yang semakin dekat dengan ranjang. Kedua tangannya menutup mulut begitu melihat wajah Seung Gi yang babak belur dengan selang oksigen terpasang di hidungnya dan cervical collar di lehernya. Beberapa plester menempel di wajah pria itu. Napas Suzy terengah, ia langsung jatuh terduduk di kursi lain yang tak ditempati oleh Se Hyeong.
"Tenanglah, Suzy-ssi. Kata dokter, lukanya tidak terlalu parah, hanya mungkin ingatan jangka pendeknya akan sedikit terganggu karena ada bekas pukulan di bagian kepala. Dokter belum bisa memastikan sampai Seung Gi sadar kembali dan dilakukan pemeriksaan ulang," ucap Se Hyeong.
Suzy mengusap wajahnya dan menghela napas panjang. Sudah lebih dari 12 jam sejak kejadian dan Seung Gi masih belum sadarkan diri. Gadis itu jelas tidak bisa tak khawatir.
"Kau yakin dia baik-baik saja? Sejak jam berapa dia berada di rumah sakit?"
"Seingatku sekitar jam 6 pagi tadi dia baru masuk ke sini setelah dari IGD. Tapi, tanda-tanda vital sudah dicek oleh dokter dan katanya semuanya aman. Hanya perlu menunggu dia sadar kembali. Ada luka pukulan benda keras di kepala bagian belakangnya, kemungkinan itu yang membuatnya sedikit lama untuk sadar kembali," jelas Se Hyeong mengulang ingatannya soal ucapan dokter.
"Sekarang jam 3 sore dan dia masih belum bangun," Suzy tampak begitu khawatir.
"Tenang, Suzy-ssi. Mungkin dia memang menunggu kehadiranmu di sisinya. Kuyakin, tak akan lama lagi, dia akan sadar dan berbicara kepadamu seperti biasa," Se Hyeong mencoba menenangkan Suzy. Suzy hanya mengangguk-angguk, berharap memang Seung Gi benar-benar menunggunya datang untuk kembali sadar. Gadis itu masih lekat menatap wajah Seung Gi yang penuh luka.
"Soal galerimu, apakah kau—"
"Iya, aku sudah meminta asistenku untuk memeriksanya. Aku belum tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi karena aku belum mengecek ponselku kembali," potong Suzy. Se Hyeong mengangguk.
"Baiklah. Kalau begitu, aku keluar dulu. Cobalah ajak dia bicara untuk membantunya mengembalikan kesadarannya," ucap Se Hyeong. Suzy mengangguk.
"Terima kasih atas semua bantuannya, Se Hyeong-ssi. Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika tidak ada kau, mungkin sekarang dia..." ucapan Suzy menggantung.
"Sudah, jangan memikirkan yang tidak-tidak, yang penting Seung Gi masih bisa selamat. Aku keluar dulu," ucap Se Hyeong yang kemudian bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan ruang rawat untuk satu orang itu.
Begitu Se Hyeong keluar, Suzy langsung meraih tangan sang suami dan menggenggamnya erat. Gadis itu mulai terisak, menumpahkan kembali tangisnya yang sejak dalam perjalanan kembali ke Korea terus menerus mengalir. Suzy belum tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi, namun, Suzy menduga semuanya tak lepas dari ulah Dae Hyun, mengingat lokasi kejadian berada di galerinya.
"Seung Gi-ya, kau harus segera bangun. Kau sudah memenangkan taruhan kita. Aku meneleponmu lebih dulu. Saat kau bangun, kita harus segera berbelanja piama pasangan seperti yang kau inginkan," Suzy mencoba mengajak bicara sang suami. "Kau mau berapa? Sepasang? Dua pasang? Mau model yang seperti apa? Lalu kita memakainya setiap malam. Aku akan menurutinya seperti kemauanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedai Kebahagiaan (Lee Seung Gi x Bae Suzy)
Fiksi Penggemar[LENGKAP] Lee Seung Gi adalah pemilik Kedai Kebahagiaan, sementara Bae Suzy adalah seorang pelanggan yang ingin mencari kebahagiaan di kedai Seung Gi. Keduanya dipersatukan melalui jalan yang sama sekali tak pernah mereka duga. Hanya fanfiksi, silak...