Kala Rasa Menunjukkan Kuasa
"Suzy-ah!"
Seung Gi langsung membuka matanya. Napasnya memburu. Keringat bercucuran membasahi wajahnya. Perlahan, Seung Gi mencoba mengatur napasnya agar bisa lebih tenang.
Pria itu bangkit dari rebahnya. Ia mengusap wajahnya sembari menghela napas panjang. Malam ketiga sejak ia pulang dari rumah sakit dan tidur sendiri, ketganya pun dihantui mimpi buruk yang membuatnya sesak setiap kali ia bangun.
Suzy pada akhirnya menyetujui untuk berpisah, lagi-lagi demi ibunya, seperti pernikahan mereka yang dilakukan demi Hae Won.
Mimpi berulang itu membuat Seung Gi selalu resah. Meskipun ia tetap berkontak dengan Suzy, namun, Seung Gi sangat takut jika pada akhirnya Suzy akan menyerah. Apalagi, gadis itu belum mengakui bahwa ia memang memncintai Seung Gi. Perpisahan tentu bukan jadi hal yang berat jika tidak ada cinta di antara mereka.
Seung Gi memeriksa jam di nakas. Pukul tiga dini hari. Pria itu meraih ponselnya dan mencari kontak Suzy. Sedikit ragu, Seung Gi menekan tombol panggil untuk menelepon sang istri. Tak perlu menunggu lama, panggilan Seung Gi dijawab. Pria itu justru terkejut saat Suzy menjawabnya.
"Suzy-ah, kau belum tidur?"
Di kamarnya yang ada di rumah ibunya, Suzy menyeka air matanya sebelum menjawab pertanyaan dari Seung Gi tersebut.
"Aku terbangun. Mimpi buruk. Kenapa kau meneleponku dini hari begini?"
Hening di seberang. Hanya samar-samar terdengar napas Seung Gi yang sedikit berat.
"Aku merindukanmu."
Suzy melipat kakinya ke dada dan memeluknya dengan tangan yang tak memegang ponsel. Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Pernyataan rindu dari Seung Gi barusan membuat perasaannya seperti teriris.
"Apa Eommonim sudah mau bicara lagi denganmu?" tanya Seung Gi lagi.
"Belum. Dia masih terus menghindariku dan bicara secukupnya padaku. Dia pasti sangat kecewa padaku," ucap Suzy lirih. "Eomma bahkan berpesan pada para penjaga keamanan di rumah untuk melarangmu masuk kalau kau datang kecuali kau membawa surat perceraian. Eomma juga berpersan pada mereka agar mencegahku untuk pergi ke mana-mana. Apa rencanamu sekarang? Aku seperti terkurung di sini."
"Aku tetap akan datang ke rumah dan berusaha bicara pada Eommonim besok. Jam berapa biasanya dia pulang dari kantor?"
"Aku tak tahu pasti. Tapi, sejak kejadian itu, Eomma selalu pulang lebih cepat," ucap Suzy. Gadis itu menggigit bibir bawahnya dan berkata lirih. "Kau... kau tak akan mengajukan permohonan cerai kan?"
Lagi-lagi, hening dari seberang membuat Suzy merasa resah. Gadis itu mengeratkan pelukannya pada kakinya. Matanya mulai berkaca-kaca kembali.
"Semuanya tergantung pada kau."
Suzy tercekat mendengar jawaban Seung Gi. Gadis itu diam, menunggu lanjutan ucapan Seung Gi tadi.
"Kalau kau tanya aku, tentu saja aku tak ingin ada perceraian di antara kita, karena memang itu yang kumau sejak awal. Kalau kau mau ini semua tetap bertahan, aku tak akan mengajukan perceraian. Kebahagiaanmu yang jadi prioritasku, Suzy-ah."
Rasa sesak semakin kuat menyergap hati Suzy. Air matanya mulai menetes kembali. Sebisa mungkin, ia berusaha untuk tidak terdengar terisak oleh Seung Gi. Gadis itu menarik napas berat dan mengembuskannya lalu mengulangnya beberapa kali untuk meredakan sesak di dadanya.
"Jangan menyerah, Seung Gi-ya. kumohon. Mungkin ini akan sedikit sulit. Tapi, kumohon, jangan menyerah."
Wajah Seung Gi berubah sendu saat mendengar permintaan Suzy barusan. Sudah cukup waktu bagi Seung Gi untuk mengenali Suzy, dan dari suaranya, dia bisa menerka bahwa gadis itu tengah berusaha menahan tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedai Kebahagiaan (Lee Seung Gi x Bae Suzy)
Fanfiction[LENGKAP] Lee Seung Gi adalah pemilik Kedai Kebahagiaan, sementara Bae Suzy adalah seorang pelanggan yang ingin mencari kebahagiaan di kedai Seung Gi. Keduanya dipersatukan melalui jalan yang sama sekali tak pernah mereka duga. Hanya fanfiksi, silak...