Bagian 6

369 65 34
                                    

Ruang Temu

"Kurasa Seung Gi benar-benar gila."

Sung Jae, Se Hyeong, dan Sang Yoon tampak menatap Seung Gi yang mencegat taksi di depan kedai mereka. Seperti biasa, pria itu akan meninggalkan kedai untuk menemui ibunya setiap sore. Saat ini, sudah tiba waktunya untuk pergi ke rumah sakit.

"Selama ini, aku masih bisa menerima kalau dia tidak mengambil banyak keuntungan dari kedai ini karena ingin membahagiakan para pelanggannya. Tapi, ini? Dia mau menerima sebuah kontrak pernikahan karena ingin balas dendam dengan iming-iming gadis itu jadi pemodal tetap di Kedai Kebahagiaan? Sebenarnya, apa yang terjadi dengan pria itu?" Se Hyeong mulai mengomel lagi. Sejak tadi, ia mendiamkan Seung Gi karena merasa kesal pada pria itu.

"Aigoo, kenapa kau masih mengomel terus, Se Hyeong-ah? Percayalah, Seung Gi pasti mempertimbangkan keputusannya baik-baik," ucap Sang Yoon. Se Hyeong berdecak. Sebagai seseorang yang sangat menghargai pernikahan, keputusan Seung Gi membuatnya naik darah.

"Mempertimbangkan baik-baik untuk menerima pernikahan kontrak? Ckckck, semoga dewa mau mengampuninya dan tidak membuat hidupnya semakin susah."

"Hyung, jangan bicara begitu! Mungkin kita dekat dengan Seung Gi-hyung, tapi kita tidak tahu bagaimana dia sebenarnya kan? Apa yang dilakukannya setiap sore begini pun kita tidak tahu, jadi, kurasa, sebaiknya berhenti menghakimi sepihak begini," ucap Sung Jae yang disetujui Sang Yoon dengan anggukan.

"Aku yakin, kita juga menjadi salah satu alsannya untuk menerima kontrak tersebut," ucap Sang Yoon.

"Aii, baiklah-baiklah. Aku hanya kasihan kepadanya. Mungkinkah dia menerima ini karena terlalu sakit hati pada ayahnya dan Sun Jung? Kalau memang iya, nantinya, dia hanya kesulitan sendiri gara-gara kemarahannya itu. Aku hanya tak mau dia sampai mengorbankan harga dirinya demi membuktikan sesuatu pada orang yang menyakitinya. Seung Gi hanya akan lelah sendiri dan pada akhirnya menyerah," ucap Se Hyeong dengan nada yang sudah sedikit merendah.

"Seung Gi-hyung bukan orang yang pantang menyerah, nyatanya dia masih terus mempertahankan kedai ini meskiupun seperti hidup segan mati tak mau begini. Percaya saja pada Seung Gi-hyung, dia tak memilih keputusan yang salah."

"Sung Jae benar. Kita hanya perlu mendukungnya. Kurasa, hidup yang dijalaninya sudah cukup berat, jangan menambah beban pikirannya dengan begini. Ke depannya, pasti akan ada kesulitan yang dihadapinya karena keputusannya sekarang ini. Kita harus bisa menjadi tempatnya berkeluh kesah. Ingatlah bagaimana dia menyelamatkan kita dengan menerima kita bekerja di sini. Ingat juga bagaimana dia selalu memperlakukan kita dengan baik layaknya keluarganya sendiri. Jangan hanya karena dia membuat sebuah keputusan yang tidak disukai, kita jadi merusak semua yang sudah baik ini. Lagi pula, keputusanya juga berkaitan dengan kehidupan pribadinya kan? sebaiknya, kita jangan banyak ikut campur," ucap Snag Yoon panjang lebar. Se Hyeong menarik napas panjang kemudian berdecak.

"Baiklah baiklah, maafkan aku yang mengomel dari tadi."

Derit pintu Kedai Kebahagiaan yang terbuka membuat gerombolan itu akhirnya membubarkan diri untuk bersiap menyambut pelanggan yang datang. Sebagai pengganti Seung Gi di dapur, Se Hyeong segera menuju posisinya untuk memasak.

***

Dalam perjalanan ke rumah sakit, Seung Gi tampak termenung sembari menatap keluar jendela. Ia memikirkan keputusan yang dibuatnya pagi tadi perihal pernikahan dengan Suzy. Alasan terkuat ia menerima penawaran Suzy bukan karena gadis itu bersedia menjadi pemodal tetap untuk Kedai Kebahagiaan atau untuk membalas dendam pada ayahnya dan Sun Jung. Seung Gi menyetujuinya karena Suzy melakukan semua ini untuk Hae Won. Sebagai orang yang sangat dekat dengan ibunya, Seung Gi selalu tersentuh saat ada seseorang yang rela melakukan apapun demi ibunya.

Kedai Kebahagiaan (Lee Seung Gi x Bae Suzy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang