Bagian 3

377 71 42
                                    

Kisah yang Tersimpan

Apa yang pertama kali muncul dalam pikiran saat mendengar frasa rumah sakit jiwa? Tempat berkumpulnya orang-orang yang mentalnya terganggu? Teriakan-teriakan tak jelas dari penghuninya? Atau mungkin suatu tempat yang sangat mengerikan?

Rumah Sakit Jiwa Gyebal menjadi salah satu rumah sakit jiwa yang aktif merehabilitasi pasien setiap harinya, baik rawat inap maupun rawat jalan. Orang-orang yang menjalani rawat inap sebagian besar adalah orang-orang memiliki gejala gangguan mental berat. Tiap jenis gangguan mental mendapatkan penanganan masing-masing.

Dengan langkah pasti, Seung Gi berjalan menuju salah satu ruangan yang ada di rumah sakit tersebut, membuntuti seorang perawat yang sudah hafal dengan jadwal kedatangan Seung Gi. Menjelang senja, Seung Gi selalu mengunjungi seorang pasien wanita paruh baya menghabiskan hari-harinya dengan diliputi kesedihan tak berujung. Pasien itu bernama Hwang Yun Hee, wanita yang melahirkan Seung Gi 33 tahun lalu.

Tak ada yang menduga, pengusaha kaya raya itu harus berakhir di rumah sakit jiwa. Dalam sekejap, ia kehilangan semuanya. Pilihannya untuk mengatasnakmakan semua asetnya pada sang suami ternyata mengantarkannya pada kehancuran. Suaminya tergoda oleh perempuan lain yang lebih muda dari Yun Hee dan akhirnya menceraikan Yun Hee tanpa memberikan apapun. Kini, pria itu hidup dengan makmur, bahkan mungkin tidak mengetahui bahwa Yun Hee harus menjalani hari-hari menyedihkan di rumah sakit jiwa.

"Silakan masuk, Seung Gi-ssi."

Seung Gi membungkuk sopan pada perawat tersebut. Sang perawat membiarkan pintu terbuka dan berbalik meninggalkan Seung Gi. Di muka pintu, Seung Gi mematung sejenak. Ibunya tampa masih berbaring di ranjang dengan tatapan kosong ke arah langit-langit. Tubuhnya yang dulu cukup berisi kini seperti tulang yang dibalut oleh sedikit daging dan kulit. Pipinya semakin cekung setiap harinya. Depresi berat yang dialami Yun Hee mendatangkan penyakit-penyakit lain yang makin lama menggerogoti tubuh wanita itu.

"Eomma, aku datang," ucap Seung Gi. Yun Hee tampak tak merespon. Ia masih menatap langit-langit dengan tatapan kosong.

Seung Gi berjalan masuk dan menyiapkan kursi roda untuk sang ibu. Perlahan, Seung Gi membopong Yun Hee dan mendudukkannya ke kursi roda tersebut. Tanpa mengajaknya bicara lagi, Seung Gi mendorong kursi roda tersebut keluar dari kamar rawat Yun Hee, menuju tempat mereka biasa menghabiskan senja berdua.

"Eomma, kau tak makan lagi ya hari ini?" tanya Seung Gi sembari mendorong kursi roda ibunya. Tentu saja, tak ada jawaban dari sang ibu.

Tiga tahun lebih sang ibu dirawat di Rumah Sakit Jiwa Gyebal tersebut, namun, tidak ada tanda-tanda kondisi Yun Hee semakin membaik. Saat pertama kali diinapkan di rumah sakit tersebut, Yun Hee hanya bisa menangis dan terus berusaha mengakhiri hidupnya sendiri. Beberapa bulan kemudian, tangisnya itu memang berhenti, tetapi, diikuti juga dengan berhentinya hasrat Yun Hee untuk melakukan apapun. Sehari-hari, ia hanya melamun, tak mau menemui dokter, tak mendengarkan apapun yang dikatakan oleh perawat. Dia hanya akan mengangguk bila perlu. Kehadiran Seung Gi di sisi Yun Hee sama sekali tak membantu wanita itu untuk kembali hidup dengan normal dan bahagia. Ia terus tenggelam dan akhirnya memenjarakan dirinya sendiri dalam kesedihan.

Seung Gi mengunci roda kursi roda ibunya saat tiba di taman rumah sakit jiwa tersebut. Seung Gi duduk di bangku taman yang berada di sebelah kursi roda ibunya. Beberapa orang ada yang berjalan-jalan di sana, ada yang hanya duduk dan melamun, ada yang bergerombol sesama pasien dan mengobrol bersama. Tidak semua orang yang ada di sana kehilangan kesadaran pada hal yang ada di sekelilingnya seperti yang dialami ibunya. Kasus yang dialami ibunya dapat dihitung dengan jari, bahkan bisa jadi saat ini yang dirawat di rumah sakit tersebut tinggal ibunya saja.

Kedai Kebahagiaan (Lee Seung Gi x Bae Suzy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang