Badai yang Tak Kunjung Reda
Sinar matahari pagi menyusup melalui celah tirai yang tertutup tak terlalu rapat. Suzy yang berada dalam pelukan Seung Gi menggeliat pelan, mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya mendapatkan kesadarannya sepenuhnya. Sebelum benar-benar bangkit dari rebahnya, tentu saja ia menyempatkan diri untuk menikmati wajah tampan yang berada beberapa senti di hadapannya. Siapa lagi kalau bukan wajah Lee Seung Gi, pria yang tanpa terasa telah mengisi hari-harinya beberapa minggu terakhir.
Gadis itu menatap lekat setiap detil wajah sang suami yang masih terlelap dengan tenang. Seulas senyum tipis menghiasi wajah cantiknya. Kadang, ia masih tak percaya bahwa pada akhirnya ia benar-benar mendapatkan pria itu, pria yang membuatnya tertarik mendatangi sebuah kedai kecil dengan nama yang unik. Suzy mengira ia harus melupakan rasa tertariknya pada pria itu pada awal perjumpaan mereka selama-lamany. Nyatanya, kesempatan memiliki pria itu selamanya jatuh kepadanya dengan cara yang tak terduga.
Jari-jemari lentik Suzy mengusap lembut pipi Seung Gi, berusaha sehalus mungkin agar tak mengusik tidur suaminya. Tak berselang lama, mata yang tertutup rapat itu sedikit terbuka. Senyuman Suzy semakin merekah begitu Seung Gi menatapnya, meskipun dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya.
"Oppaaa... bangun..." ucap Suzy dengan berbisik. Tangannya mencubit gemas pipi Seung Gi yang mmebuat Seung Gi menutup matanya kembali dan memanyunkan bibirnya.
"Begitukah caramu membangunkan suamimu huh?" tanya Seung Gi dengan suara serak dan berat. Suzy terkekeh kecil.
"Kenapa aku suka sekali melihat wajahmu saat kau tertidur? Kau seperti bayi yang tak berdosa, sangat menggemaskan," ucap Suzy.
"Kalau begitu biarkan aku tidur lagi," ucap Seung Gi. Giliran Suzy yang memanyunkan bibirnya.
"Kau mau mendapat sarapan omelan pagi ini?" protes Suzy dengan nada yang sama sekali tidak menggentarkan.
"Kalau kau yang mengomel, tidak masalah, aku akan mendengarkannya. Sepertinya kalau kau mengomel sekarang tidurku akan semakin lelap," jawab Seung Gi. Suzy memukul dada bidang Seung Gi pelan, sementara Seung Gi malah mengeratkan pelukannya pada pinggul ramping Suzy.
"Yaa, sepertinya kau benar-benar ingin sarapan dengan omelanku," ucap Suzy. Gadis itu balas memeluk Seung Gi, membuat Seung Gi tersenyum tipis.
"Kau mau mengomeliku sambil memelukku begini? Aigoo, yang benar saja?" ucap Seung Gi. Bukannya menjawab, Suzy malah menenggelamkan satu sisi wajahnya ke dada bidang sang suami.
Dering ponsel Suzy membuat suasana manis pagi itu harus segera diakhiri. Suzy melepas pelukannya pada tubuh Seung Gi dan mengubah posisi tubuhnya menjadi telentang, membiarkan tangan Seung Gi tetap memeluk tubuhnya. Tangannya berusaha meraih ponsel di nakas, membaca nama kontak yang memanggilnya pagi-pagi begitu.
"Eomma?" Suzy mengerutkan dahinya. Aneh rasanya melihat sang ibu meneleponnya di pagi hari. Biasanya, hal itu terjadi saat ibunya membutuhkan sesuatu.
"Segera jawab," ucap Seung Gi. Suzy mengangguk. Ia menjawab panggilan dari sang ibu sekaligus menyalakan mode loudspeaker agar Seung Gi turut mendengar dan menyapa sang ibu.
"Halo, Eomma."
"Selamat pagi, Eommonim!"
"Suzy-ah, Seung Gi-ya! Cepatlah ke rumah sakit sekarang!" nada panik terdengar jelas dari ucapan Hae Won. Mata Seung Gi yang tadinya tertutup rapat langsung terbuka.
"Ada apa, Eommonim? Sesuatu yang buruk terjadi padamu?" tanya Seung Gi memastikan.
"Bukan aku, tapi keluargamu! Kau belum melihat berita pagi ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kedai Kebahagiaan (Lee Seung Gi x Bae Suzy)
Fanfic[LENGKAP] Lee Seung Gi adalah pemilik Kedai Kebahagiaan, sementara Bae Suzy adalah seorang pelanggan yang ingin mencari kebahagiaan di kedai Seung Gi. Keduanya dipersatukan melalui jalan yang sama sekali tak pernah mereka duga. Hanya fanfiksi, silak...