'5 diantara 6 adalah nasib buruk yang harus dihilangkan'
#9[hajeongwoo]*8 maret 2021
#1[hajeongwoo]*10 maret 2021
#4[mata]*11 maret 2021
#3[hajeongwoo]*13 maret 2021
#3[mata]*13 maret 2021
#4[hajeongwoo]*15 maret 2021
#2[hajeongwoo]*22 maret 2021
#1...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haruto, pemuda itu kini melangkahkan kakinya pergi dari tempat pelatihannya.
Ya, sudah waktunya pulang.
Sesaat melewati pagar tempat pelatihan ia pun kini menatap gang yang akan dilewatinya sebentar lagi.
'Apa masih ada?' batin haruto.
Ya, kemarin haruto pulang bukan lewat gang ini.
Ingat? Kemarin haruto itu mampir ke rumah harry dan tetangga temannya itu.
Haruto pulang saat jam sudah menunjukkan 7 malam. Alhasil, haruto lebih memilih pulang dengan teleportasi nya daripada berjalan sendirian malam-malam.
Haruto penasaran. Apa kemarin pemuda 'mata perban' ada di sini? Atau bahkan sekarang?.
Setelah kurang lebih 5 menit bergelut dengan pikirannya. Haruto pun akhirnya lebih memilih melangkahkan dirinya masuk ke gang itu.
"Gak ada?" ujar haruto bingung ketika tidak melihat adanya tanda-tanda keberadaan 'mata perban' sesudah melewati setengah gang itu.
Entah apa yang dipikirkan haruto. Pemuda itu malah berjalan menuju pintu besi berukuran sedang di dinding gang itu.
'Gue baru sadar ada pintu di sini. Ini pintu masuk apa?' batin haruto melihat pintu besi di hadapannya sekarang.
Tanpa aba-aba pintu itupun terbuka dari dalam dan menampilkan sosok pak tua yang menatap bingung haruto.
"Maaf. Anda mau melayat?" tanya pak tua itu sambil membuka pintunya menjadi lebih lebar dan menampilkan hamparan hijau rumput yang dipenuhi batu nisan dan beberapa pohon yang menjulang tinggi di beberapa tempat.
Haruto yang awalnya diam mengagumi betapa indahnya tempat itupun tersentak kaget ketika pak tua di depannya ini melambaikan tangannya di depan wajahnya.
"Eh? Eh iya pak saya mau ngelayat" sadar haruto kemudian.
Pak tua itupun mengangguk kan kepalanya dan menggeser tubuhnya untuk memberikan celah agar haruto bisa masuk.
"Silahkan" ujar pak tua itu kemudian.
Haruto pun mengangguk kecil lalu segera memasuki tempat itu, tak lupa ia berterimakasih kepada pak tua itu.
'Luas' itulah yang dapat mendeskripsikan tempat ini menurut haruto.
Bagaimana tidak? Selama ia berkeliling haruto tidak habis-habisnya melihat batu nisan dari ujung sampai ujung.
Rasanya batu nisan di sini pun tak terhitung berapa banyak jumlahnya.
Setelah 15 menit berkeliling haruto pun akhirnya menuju bangku kayu yang di sediakan di tengah-tengah tempat itu sekedar mengistirahatkan dirinya.
Beberapa saat ia duduk di bangku kayu itu, tatapan haruto jatuh pada seorang pemuda yang hanya berdiri diam di depan batu nisan yang agak cantik(?)sejak haruto masuk ke tempat ini.