Part 17

620 64 11
                                    

Selamat membaca 🙌🏻
Dinikmati ceritanya dan baca pelan-pelan oke👌🏻
~

Carel sudah pulang. Nadya memasuki kamarnya, berantakan sekali meja belajarnya pasti kalau ibunya lihat ia bisa kena marah

Dengan cekatan Nadya merapihkan semua alat tulisnya. Dimasukannya stabilo, spidol, busur ke dalam laci kecilnya

Beberapa spidol itu berserakan dan ditatanya satu satu

Tangannya tidak sengaja menyentuh kotak kecil di ujung laci tersebut. Lumayan sulit dijangkau memang

Benda itu menonjol, Nadya mengambilnya secara perlahan

Kotak kecil berwarna merah? Apa ini? Batinnya

Selama ini yang biasanya membereskan meja belajarnya adalah ibunya dan dia tidak pernah menemukan benda ini

Dibukanya tutup dari kotak itu. Terdapat dua cincin didalam

"Cincin?" Tanyanya pada dirinya sendiri

Matanya memandang lurus kedepan. Ia berusaha mengingat cincin ini milik siapa

Tiba-tiba dalam memori ingatannya muncul beberapa hal mengenai benda yang dipegangnya saat ini

Di depan danau, terdapat dua anak kecil yang sedang bercengkrama

Anak laki-laki tersebut sedang memegang kotak kecil berisi cincin

Ditatapnya dengan bingung. Reyhan sudah memakainya, namun cincin itu terlalu besar di tangannya yang masih mungil

"Coba dipake," ucap Reyhan menyodorkannya

"Yah cincinnya terlalu gede," Nadya menatap cincin dengan sendu

"Di aku juga," kata Reyhan

"Nanti aja deh kalo udah besar kita pakenya," usul Nadya dengan raut wajahnya yang berubah senang

"Emang kita bakal sama-sama terus sampe besar?" Pertanyaan Reyhan berhasil membuat mereka terdiam kembali

Nadya tersenyum takjub mengingatnya, ini cincinnya dengan Reyhan sewaktu kecil

Baru saja Nadya ingin mengambil cincin itu, tiba-tiba perutnya mulas lagi. Ini pasti karena makan seblak pedas kemarin

Pagi-pagi sekali Reyhan sudah ada di depan rumah Nadya untuk menjemputnya. Nadya segera keluar

"Kenapa senyum-senyum sendiri?" Tanya Reyhan yang mengambil helm untuk Nadya

"Engga kok," Nadya memasang helmnya

Di kelas jam pelajaran beralih dengan jam istirahat

Nadya menarik tangan Reyhan,"Rey, ikut aku yuk,"

"Kemana?" Tanyanya

"Udah ikut aja," Reyhan hanya bisa berjalan pasrah saat tangannya ditarik oleh Nadya

Kia beranjak dari tempat duduknya dan membuntuti mereka dari belakang

Tak sengaja dirinya bertemu Jefri

"Eh, kok sendirian aja Ki?" Ungkap Jefri bingung

"Iya," kia masih melihat arah Nadya dan Reyhan pergi. Ia tak boleh ketinggalan jejak mereka

"Mau gue tem-" ucapan Jefri terpotong

"Gue lagi buru-buru," kia berlari mencari Nadya dan reyhan

Mereka duduk di bangku taman sekolah

"Kamu mau ngapain bawa aku kesini Nad?" Reyhan masih tak tahu mengapa Nadya membawanya kesini

"Aku mau nunjukin sesuatu," Nadya mengeluarkan benda itu dari saku roknya

"Ini," Reyhan menatap bingung kotak merah yang Nadya pegang

Nadya membuka kotak tersebut

"Hah? Cincin? Kamu udah nikah?" Ucap Reyhan yang sangat terkejut

"Ish bukan. Kamu inget ngga Rey cincin ini?"

Reyhan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

Ia mencoba mengingatnya, namun otaknya sudah penuh dengan pelajaran kimia tadi di kelas

Nadya mendengus kesal,"Ini cincin kita waktu kecil,"

"Oh iya iya aku inget. Kamu ternyata masih simpen ya," Reyhan terkekeh

"Kita kan udah janji kalo udah besar nanti kita bakal pake cincin ini," ujar Nadya

"Jadi maksudnya kamu mau aku pake ini?" Reyhan mengambil salah stau cincin itu hati-hati

"Iya," mata Nadya berbinar-binar

Nadya memasukkan cincin tersebut ke jari tengahnya

"Nah sekarang cincinnya pas di tangan aku. Yeyy," sorak Nadya

"Tapi di tangan aku udah ngga muat," Reyhan sudah berkali-kali memasukkan cincin di jari tengah, bahkan jari manis

"Sini coba," Nadya memasangkan cincin itu di jari Kelingking Reyhan dan ternyata muat

"Di kelingking?"

"Iya. Ngga apa-apa dong yang penting kan pake," mereka memperlihatkan tangan yang sudah dipakaikan cincin

Meskipun hanya cincin perak polos, namun benda itu adalah bukti persahabatan mereka yang telah terjalin selama bertahun-tahun

Kia memotret Nadya dan reyhan dari belakang. Walau yang terlihat hanya bagian belakang tubuh mereka

Dikirimnya foto itu ke kontak ibu Nadya. Kia tersenyum puas

Namun seseorang menganggetkan kia dengan menyentuh pundaknya

Kia menoleh kaget,"Kyla,"

"Lu ngapain disini?" Tanya kyla curiga

"Ngga. Ngga ngapa-ngapain," jawab kia gugup

"Anterin gue pipis dong," pintanya

Setelah dari taman belakang sekolah tadi, Nadya dan Reyhan kembali ke kelas mereka

Hanya ada mereka berdua di sana, karena yang lainnya masih di kantin

"Nad? Kamu kenapa? Kamu sakit?" Reyhan menghampiri Nadya yang meletakkan kepalanya dengan lesu di meja

Nadya menggelengkan kepalanya lemah

"Kok mukanya pucet gitu?"

Hening. Nadya tidak menjawab pertanyaan Reyhan

"Kamu jujur aja sama aku," ungkap Reyhan

"Aku ngga kenapa-napa," bentak Nadya

Reyhan membalikkan tubuhnya. Mungkin Nadya butuh waktu sendiri

Nadya baru sadar ia berani membentak Reyhan,"Maaf. Aku lagi.. PMS,"

"Kata bunda kalo awal dateng bulan suka sakit. Pasti sekarang kamu lagi ngerasain itu ya?" Kata Reyhan yang menduduki bangku di samping Nadya

Nadya mengangguk pelan, masih dengan posisi kepalanya yang menyender di atas meja

"Biasanya aku liat ayah selalu pukul-pukul bunda kayak gini," Reyhan mengepalkan tangannya dan memukul kecil punggung bagian bawah Nadya

"Enakan ngga?" Nadya mengangguk

"Kamu cocok jadi tukang urut," reyhan tertawa

Nadya memejamkan matanya, rasa sakitnya sedikit berkurang

Mata reyhan beralih ke wajah gadis itu, kulitnya yang putih, pipi bersihnya yang selalu bersemu merah saat dia malu. Bibir merahnya yang mungil tanpa polesan lipstik

Kenapa semua perempuan sangat cantik ketika tidak memakai make up sama sekali

Saking fokusnya Reyhan memperhatikan Nadya

Sampai dia tidak sadar bahwa kia sedang mengambil foto mereka sebanyak mungkin dari luar kelas

~
Kia udah mulai melancarkan aksinya nih. Tetap tunggu terus update an ceritanya 💕
Mohon maaf jika ada kesalahan pengetikan atau kata yang sulit dipahami🙏🏻
See you di part selanjutnya 👋🏻

Jangan Ada Dusta Di Antara CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang