Golden Company merupakan perusahaan nomer satu saat ini di Korea. Bahkan mereka memiliki beberapa anak cabang di beberapa negara. Namun tak ada yang tau siapa sebenarnya pemilik perusahaan itu. Yang mereka tau hanyalah Kim Namjoon, orang yang berperan penting untuk menghandle perusahaan besar itu.
Seperti biasanya, hari ini juga Namjoon dibuat pusing oleh adik iparnya. Ralat, calon adik iparnya yaitu Jeon Jungkook. Yap, Jeon Jungkook adalah pemilik Golden Company. Jangan bilang-bilang, ini rahasia.
Entah mau sampai kapan Jungkook akan bersembunyi dan merepotkan Namjoon bahkan merengek layaknya bocah setiap kali meminta bantuan yang tidak masuk akal bagi Namjoon. Seperti saat ini misalnya. Pagi-pagi Jungkook sudah bertamu ke apartemen Namjoon bahkan saat empunya masih sibuk menyelami mimpi. Biasanya kalau seperti ini berarti Jungkook ingin Namjoon menghadiri rapat di anak cabangnya yang di luar negeri.
"Jadi kau ingin mengirimku kemana lagi Jeon?" Tanya Namjoon sedikit frustasi karena lagi-lagi Jungkook merusak rencana malam minggunya dengan sang pacar.
Sementara si pelaku justru memamerkan jejeran giginya seakan tak bersalah.
"Hyungie, aku tidak akan memintamu mewakiliku rapat karena aku sudah melakukannya sendiri." Cicit Jungkook masih menyungging senyumnya membuat Namjoon menaikkan satu alisnya seakan menunggu penjelasan. Penjelasan untuk alasannya kemari dan penjelasan sejak kapan Jungkook mau menghadiri rapat.
Jungkook bukanlah pria bodoh yang tak paham kode-kode semacam ini. Apalagi dia dulunya anak pramuka. Hng.
"Aku melakukan rapat online Hyung. Aku tetap tidak menunjukkan diriku. Dan aku kesini untuk meminta bantuan dicarikan pekerjaan."
Kali ini Namjoon tidak bisa untuk tidak memijat pelipisnya. Tidak habis pikir dengan pola pikir adik dari calon istrinya itu.
"Hyungie~~" Lihatlah, Tuan muda Jeon mulai merengek sambil mengeluarkan jurus puppy eyes berharap Namjoon luluh padahal justru membuat Namjoon mual. Jungkook memang memiliki wajah imut bak kelinci tapi lihatlah, badannya bahkan hampir menyerupai algojo.
Namjoon yang sejak tadi berdiri akhirnya ikut duduk di samping Jungkook sembari menghembuskan nafasnya pelan seakan sudah menyerah pada keadaan.
"Jelaskan pada Hyung dulu untuk alasanmu kali ini." Pinta Namjoon dengan sabarnya.
"Katanya cinta tidak mengenal usia dan harta. Jadi aku ingin mencari cinta Hyungie. Aku ingin menikah." Jawab Jungkook enteng dan kali ini membuat Namjoon memijat pangkal hidungnya.
"Kook, usiamu terlalu muda untuk mengerti cinta dan menikah. Bahkan kuliahmu saja belum selesai. Ingat kau masih 18 tahun." Ucap Namjoon.
"Hyung aku bisa menyelsaikan kuliahku dengan lebih cepat kok. Tenang saja, Hyung."
Bukan itu yang Namjoon maksud. Memang Namjoon tak meremehkan kecerdasan Jungkook yang diatas rata-rata itu namun Namjoon rasa Jungkook masihlah terlalu dini untuk cinta apalagi menikah. Jungkook belum begitu dewasa dalam segi karakter.
"Please, Hyung~~~kali ini aku serius dengan keputusanku."
Apa Namjoon pernah menolak permintaan Jungkook? Jawabannya adalah tidak. Meski belum dewasa namun Jungkook selalu memikirkan matang-matang sebelum memgambil keputusan.
"Baiklah. Kau ingin bekerja apa dan dimana?" Akhirnya Namjoon menyerah. Sedangkan Jungkook makin melebarkan senyumannya.
"Apa saja, Hyung. Boleh penjaga toko atau pelayan cafè atau apa saja. Tolong pakai identitas asliku ya Hyung. Pakai ijasah JHS saja Hyung dan katakan jika aku lulusan JHS. Satu lagi Hyung, tolong jangan pakai cara cepat. Buat senatural mungkin. Hyung tinggal kirim CV saja pada mereka."
"As your orders, Sir."
Tbc