Hari berikutnya tak ada lagi bunga mawar merah di meja Taehyung, tak ada lagi coklat hangat dengan hiasan manis bahkan tak ada lagi sapaan penuh puja dari Jungkook. Semua berjalan seperti apa yang diinginkan Taehyung namun entah mengapa rasanya begitu kosong.
"Ayo pergi. Katanya mau beli kado buat pacarmu yang mirip kuda itu. Siapa namanya?" Ucap Jennie sembari menutup laptopnya.
"Hoseok dan jangan panggil dia kuda, sialan!" Jawab Taehyung yang juga menutup laptopnya.
"Kenapa kau tak bersemangat? Bukannya nanti malam kau ingin memberi kejutan pacarmu itu?"
"Pasti karena diabaikan Jungkook kan?" Sahut Yuta yang langsung mendapat lirikan tajam dari Taehyung.
"Kau akan menyesal kehilangan anak baik seperti Jungkook." Lanjut Yuta lalu pergi begitu saja sambil menenteng tas kerjanya.
Jennie menghela nafas lalu menepuk pelan pundak Taehyung.
"Tak perlu didengar. Semua akan baik-baik saja." Ucap Jennie yang hanya diangguki pelan oleh Taehyung.Setelah itu Jennie dan Taehyung pergi ke Mall di pusat kota untuk membeli hadiah. Taehyung memilih alroji keluaran terbaru dari sebuah brand ternama.
Usai membeli hadiah, Taehyung pun kembali ke kostnya. Terlihat sebuah mobil berwarna rose gold terparkir di halaman. Taehyung tau benar jika itu mobil pemilik kost kesayangan seluruh anak kost disana, Jeon Seokjin."Hyung." Teriak Taehyung dengan semangat saat memasuki ruang tamu kost dan memang seokjin sedang duduk santai disana sambil membaca majalah fashion.
"Aigo bayi beruang ini. Kemarilah."
Maka dengan segera Taehyung berlari menghambur kepelukan Seokjin dan mendusal manja pada dada Seokjin.
"Kenapa hm?"
Taehyung menggeleng.
"Jadi tidak mau bercerita dengan Hyung?"
"Jika aku bercerita, Hyung tidak akan menertawakanku kan?"
Seokjin tersenyum, mengeratkan pelukannya lalu meletakkan pipinya dipucuk kepala Taehyung.
"Apa Hyung pernah menertawakanmu?"Taehyung mengerucutkan bibirnya dengan jari-jari lentiknya yang menggambar pola abstrak di dada Seokjin.
"Hyung, office boy di kantorku menyatakan cinta padaku. Aku menolaknya dan memintanya untuk menjauhiku. Hari ini dia tidak lagi melakukan hal-hal aneh."Seokjin tersenyum lembut.
"Siapa pria beruntung itu?""Jungkook." Taehyung terdiam menjeda kalimatnya lalu melepaskan diri dari pelukan Seokjin dan menatap nyalang pada Seokjin walau justru terkesan menggemaskan.
"Beruntung? Maksud Hyung beruntung karena tidak jadi pacarku begitu?" Lanjut Taehyung marah sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
Seokjin terkikik gemas lalu ikut melipat kedua tangannya didepan dada.
"Tentu saja. Kalau jadi pacarmu pasti Jungkook sudah jadi gelandangan sekarang.""Aku tidak seperti itu Hyung. Aku menolaknya karena aku memiliki Hoseok Hyung."
"Oiya, omong-omong apa marga Jungkookmu itu?"
Taehyung memiringkan kepalanya.
"Um....Jung? Jeon? Entah Hyung aku lupa.""Jeon Jungkook dari Busan." Sahut Jimin yang entah sejak kapan duduk di sofa seberang Seokjin dan Taehyung.
"Kau mengenalnya?" Tanya Seokjin sedikit kaget.
"Tentu saja. Tae pernah tidur bersama------Aduh!" Jimin memungut bantal yang tadi sempat dilempar Taehyung dan mengenai wajahnya.
"Aigoooo Hyung tidak menyangka ternyata bayi Hyung sudah besar sekarang." Goda Seokjin yang membuat wajah Taehyung merona.
"A-aku tidak! Kami tidur terpisah!" Jawab Taehyung lalu berlari naik tangga untuk masuk ke kamarnya.
"Menggemaskan." Gumam Seokjin.
"Jujur saja aku lebih menyukai Jungkook daripada Hoseok. Padahal tadinya kupikir Hoseok orang yang cukup baik. Ternyata dia justru mengabaikan Taehyung. Sedangkan Jungkook lebih tampak tulus." Ucap Jimin pelan.
"Aku jadi penasaran dengan Jungkook - Jungkook itu."
Tbc