Taehyung melihat arlojinya, 18.30 KST. Sial lagi-lagi dia harus lembur di hari jumat.
"Kenapa sih Yerin Noona tidak selesai-selesai cutinya? Aku kan jadi harus lembur di Jumat berkah." Gerutu Taehyung lalu merenggangkan otot-ototnya. Sepertinya pijat sangat cocok setelah ini.
Akhirnya 30 menit kemudian Taehyung telah menyelesaikan pekerjaannya dan bergegas pulang. Sial dia jadi ketinggalan episode drama yang sudah ditunggunya seminggu ini.
Kantor tentu sudah sepi bahkan lampu di beberapa sudah di padamkan. Taehyung yakin tinggal dirinya dan satpam malam saja yang tersisa. Saat keluar dari gedung, Taehyung melihat Jungkook yang duduk menunduk di parkir area dengan sebuah sepeda di sampingnya. Tanpa berpikir dua kali, Taehyung pun menghampiri Jungkook."Hei bocah apa yang kau lakukan?" Tanya Taehyung membuat Jungkook mendongkakkan kepalanya menatap Taehyung dengan mata bulatnya.
"Ban sepedaku bocor, Hyungie." Jawab Jungkook apa adanya.
"Lalu kau hanya duduk disini tanpa melakukan sesuatu begitu? Kau pikir dengan diam bannya bisa tertambal sendiri begitu?" Taehyung rasa bocah ini lebih menjurus ke bodoh daripada polos.
Sebenarnya Jungkook sedang menunggu Namjoon menjemputnya karena dia juga tidak tau harus bagaimana menghadapi situasi semacam ini terlebih dia tak memiliki kenalan bengkel sepeda. Hng.
Melihat Jungkook yang kembali tertunduk, hati Taehyung trenyuh. Dia teringat akan Jihoon, sepertinya Jungkook seumuran dengan Jihoon. Taehyung pikir tak masalah memiliki satu adik lagi.
"Kau sudah makan?" Tanya Taehyung dengan lembut dan dibalas gelengan lemah Jungkook. Kasihan sekali anak itu.
"Kajja."
🐻🐻🐻
"Wah tak kusangka sekarang kau lebih tertarik dengan bocah ingusan, Tae. Apa bocah itu punya cukup uang untuk membelikanmu tas gucci terbaru?"
Taehyung mendelik tak suka. Sial kenapa harus bertemu manusia semacam Daehwi disini. Daehwi adalah rekan sekantor Taehyung dulu sebelum dia dipindahkan ke cabang.
"Bukan urusanmu sialan." Jawab Taehyung ketara tak suka dengan pertemuan mereka.
Daehwi tertawa remeh, bukannya pergi malah ikut duduk di kursi sebelah Jungkook yang duduk di seberang Taehyung.
"Hei bocah. Hati-hati dengan lintah ini. Kalau kau tak punya cukup uang kusarankan mundur saja sekarang. Toh kalau kau sudah keluar banyak uang pun ujung-ujungnya dia tetap mencampakanmu demi pria lain yg lebih kaya."
Brak
Taehyung tak tahan lagi. Gebrakan meja membuatnya menjadi pusat perhatian seluruh orang yang ada di kedai. Bahkan Jungkook sampai menegang sangking kagetnya. Daehwi sendiri sebagai penyebab kegaduhan justru tersenyum menang. Membuat Taehyung marah merupakan kepuasan tersendiri.
"Kook-ah mari kita pergi. Kupikir anjing tidak boleh masuk kedai. Ternyata aku salah."
Berakhirnya Taehyung pergi dengan menyeret Jungkook yang masih mencerna kejadian tadi meninggalkan Daehwi yang menyumpahserapahi Taehyung.
Tak ada tujuan dan sudah malam. Akhirnya Taehyung mengajak Jungkook ke kost nya tapi bukan menuju ke kamarnya melainkan ke kamar Jimin.
"Seingatku kemarin aku menyumpahimu dengan Om-om tapi ternyata kau memilih menjadi pedofil. Tapi seleramu bagus juga, dia bibit unggul."
Taehyung merotasi bola matanya. Kenapa hari ini banyak sekali cobaan di hidupnya. Mulai dari menggantikan Jennie yang mendapat jatah lembur, bertemu daehwi, dan sekarang Jimin semakin membuatnya merasa sial.
Taehyung akhirnya kembali ke kamarnya dan menyuruh Jungkook menginap di kamar Jimin karena sudah malam. Jimin sudah pasti keberatan mengingat kost mereka sempit namun Taehyung tak peduli.
Taehyung tak khawatir akan nasib Jungkook karena Taeyung tau Jimin adalah pria berhati lembut dan tidak mungkin tega mengusir Jungkook.
"Hallo Jihoonie apa sudah tidur?"
"Belum Hyungie. Hyung aku ingin bercerita sesuatu tapi aku malu."
Taehyung pikir menelfon Jihoon bisa membuat kesialannya meluap. Lagipula suara Jihoon bagai lullaby di telinga Taehyung.
"Biar Hyung tebak. Apa dongsaeng Hyung ini sedang jatuh cinta hum?"
Terdengar suaa kikikan dari Jihoon. Taehyung yakin anak itu pasti sedang malu.
"Jangan malu. Hyung akan selalu mendukungmu."
"Arraseo, Hyung. Um aku mengenalnya dari klub dance, Hyungie. Dia sangat baik dan senyumnya sangat indah. Aku tak menyangka dia mengajakku berkenalan lebih dulu Hyung. Seperti ada ribuan kupu-kupu berterbangan di perutku."
Taehyung ikut tersenyum. Meski sudah hampir dua tahun lamanya dia tak lagi merasakan perasaan seperti Jihoon saat ini tapi dia belum amnesia untuk mengingatnya.
"Ternyata kau sudah besar. Pesan Hyung, jangan terlalu percaya 100% meskipun kau sangat mencintainya. Kau cukup percaya dirimu sendiri."
Taehyung mengakhiri telfonnya setelah saling memgucapkan selamat malam dengan Jihoon.
Menaruh ponselnya di meja kecil samping single bednya, Taehyung menatap langit-langit kamarnya. Dalam hati berdoa semoga Jihoon mengalami cinta pertama yang indah tak seperti dirinya. Entah membayangkan Jihoon terluka membuat hatinya nyeri.Tbc