Unexpected Part 24.

1.9K 220 40
                                    

Nih update lagi, adakah yang belum tdr?
Happy reading ♥️.

Hujan mengguyur kota ini dengan cukup deras. Di dalam mobil, Nyonya Jung memalingkan wajah nya ke arah luar jendela. Ia mengamati setiap tetes air hujan yang mengenai kaca jendela nya. setiap tetes air hujan itu turun bersamaan dengan tetesan air matanya.

Jujur, ia masih belum ikhlas. Ia merindukan anaknya, anak semata wayang nya.

"Sudah, Jaehyun sudah tenang disana." Tuan Jung menarik tubuh istrinya ke dalam pelukannya. Ia mengusap pelan rambut istrinya dengan sayang.

"Ak--aku orang tua paling egois, ya?" tanya nya pada tuan Jung.

Tuan Jung tersenyum, kemudian menggeleng pelan.

"Aku tau, di balik sikap egoismu pasti ada sebuah alasan yang menyuruhmu untuk egois seperti ini. Pasti karena kisah cintamu dulu, kan?" Tebak tuan Jung.

Nyonya Jung mengangguk, ia mendongakkan kepala nya untuk menatap sang suami.

"Kamu tau?"

"Tau, aku tau semua tentang mu. Tentang kau dulu yang sering dibodohi masalah cinta, kan?"

"Gini, itu sudah menjadi masalalu mu. Kamu tidak seharusnya khawatir dengan Jaehyun segitunya. Jaehyun itu laki-laki, dia anak yang cukup cerdas. Aku percaya, dia tidak akan di bodohi perempuan semudah itu. Dia anakku, aku cerdas, makanya dia juga cerdas." Tuan Jung terkekeh di akhir kalimat nya. Ia mengeratkan pelukannya.

"Maafkan aku, aku begitu menyesal. Tidak seharusnya aku memaksa Jaehyun seperti itu." Lagi, nyonya Jung menangis. Entah kenapa, perasaan bersalah selalu muncul di perasaan nya.

"Udah, ikhlaskan Jaehyun. Aku ngga mau anakku merasa sedih disana hanya karena banyak yang belum mengikhlaskan kepergian nya."

Nyonya Jung mengangguk, ia menyeka air matanya dengan perlahan.

"Aku lapar, bisakah kita berhenti sebentar di cafe depan?" tanya nya pada sang suami.

"Apapun untukmu,"

"Pak, tolong berhenti di cafe depan sana, ya. Saya dan istri saya mau mengisi perut sebentar."
Supir keluarga Jung mengangguk, ia mulai membelokkan setir mobil nya ke arah kiri jalan.

Mobil itu terparkir sempurna di parkiran depan cafe. Tuan Jung mengambil sebuah payung yang ia simpan di jok paling belakang.

"Ayo keluar," ajak Tuan Jung pada sang istri.

Kedua pasangan suami-istri itu melangkahkan kaki nya menuju cafe dengan sedikit berlari.

Mereka berdua memilih tempat duduk yang paling pojok dekat jendela.

"Mau pesen apa?" tanya tuan Jung setelah memanggil pelayan.

"Sama kan denganmu, aku malas memilih menu." Balas Nyonya Jung.

"Menu paling spesial di cafe ini. Ditambah jus alpukat satu dan juga jus mangga satu." ucap tuan Jung pada sang pelayan. Pelayan itu mengangguk, kemudian beranjak pergi menyiapkan pesanan dua orang ini.

"Cafe nya sangat nyaman, aku suasana nya."

"Kamu mau? aku bisa membelikannya untukmu," kekeh tuan Jung.

Kedua orang tua Jaehyun tertawa bersama. Mereka melupakan sejenak kesedihannya.

"Coba kamu lihat ke arah belakang. Bukannya itu nancy?" tanya Nyonya Jung pada suaminya.

Tuan Jung pun menoleh, mengikuti arahan dari sang istri. Dan benar saja, di meja depan sana terdapat Nancy dan juga seorang pria. Pria itu terlihat sedikit tua dari umur Nancy. Tidak mungkin jika ayah nya.

"Dengan siapa dia?"

"Entah,"

"Sebentar, aku ingin melabrak dia." Nyonya Jung bangkit dari duduknya. Ia meninggalkan suaminya dengan tatapan terkejut.

"Berani-beraninya kau membohongi ku, Nancy!" guman nyonya Jung.

Brakk

Suara gebrakan meja terdengar sangat nyaring. Nancy dan pria di samping nya sangat terkejut melihat itu.

"Tante?" kaget Nancy.

Nyonya Jung menatap Nancy dengan sangat sinis. Nyonya Jung terdiam sebentar, emosinya sangat meluap sekarang.

"Siapa dia?!" tanya Nyonya Jung setelah dirasa emosi nya sudah menurun.

"Di--dia..."

"Wuih, main mu sangat bagus ya, jalang kecil." Ucapan Nancy terpotong begitu saja. Nyonya Jung tersenyum miring.

Ia merogoh saku celana nya untuk mengambil ponsel nya.

Nyonya Jung mulai mengetikkan beberapa nomor untuk menghubungi seseorang.

"Batalkan perjodohan itu. Buat keluarga mereka menjadi tambah sengsara. Aku tidak ingin melihat keluarga dari orang yang sudah mempermainkan ku bahagia."

'Baik nyonya.'

Panggilan terputus secara sepihak.

"Aku tidak ingin mengotori tangan mulusku untuk menampar wajah sok suci mu. Aku hanya ingin bermain cantik. Kau miskin, aku menang." Setelah mengucapkan kalimat itu, nyonya Jung kembali ketempat suami nya.

"Ayo pulang, aku tidak selera makan gara-gara ada jalang kecil itu." Nyonya Jung meraih tas nya begitu saja. Ia melangkahkan kaki nya menuju kasir dengan sangat anggun.

Setelah pesanan mereka sudah dibayar, mereka pun berjalan keluar cafe.

"Aku senang melihatmu seperti tadi. Perempuan licik itu memang pantas di beri pelajaran." Ucap tuan Jung.

"Pastikan dia jatuh miskin besok."

"Dia memang miskin asal kamu tau. Dia seperti itu karena menjual dirinya."

"Sungguh, aku sangat bodoh mempercayai jalang kecil itu."

---

To be continue!

Satu part lagi ending, huhu.

Yu komen yu, follow jg jan lupa.

Unexpected [Jαerose]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang