Unexpected Part 17

2.2K 277 54
                                    

Kalian jadi team Rose hidup apa enggak nih?

Jaehyun membuka matanya lagi. Perasaannya tidak enak. Entah mengapa, ia jadi khawatir dengan Rose sekarang. 

Jaehyun mengambil ponselnya diatas nakas, ia segera mengetikkan beberapa pesan untuk Rose.

Jung Jaehyun

Sayang.
Udah sampe rumah kan?
Kalau belum, hati-hati ya <3

Setelah mengirimkan pesan itu, Jaehyun kembali merebahkan tubuh nya. Mencoba memejamkan matanya kembali. Tapi nihil, ia tidak bisa tidur sekarang. Perasaannya sangat tidak tenang. Perasaannya seolah-olah mengatakan jika ada hal buruk yang menimpa Rose saat ini.

Jaehyun masih belum tau jika disisi lain, perempuan yang sangat dia sayangi tengah tergeletak tak berdaya. Darah nya bercucuran keluar, tapi wanita itu masih membuka matanya.
Bibir pucat nya mencoba mengeluarkan suara, meski disekitaran situ tidak ada orang.

"Jika ini takdir, aku ikhlas." Setelah mengucapkan kata-kata itu, mata yang semula terbuka perlahan tertutup seketika.

Rose, tak sadarkan diri sekarang.


°^°^°^°

Jaehyun berlari dengan cepat menuju ruangan yang saat ini terdapat mantan kekasihnya. Semenjak ia dapat telepon tadi, Jaehyun langsung memutuskan untuk pergi ke rumah sakit dengan tampilan yang acak-acakan dan sedikit kacau.

Mungkin ini adalah tanda kenapa perasaan nya sedari tadi khawatir.

"Gimana keadaan nya?" Tanya Jaehyun kepada ketiga teman Rose. Ketiga wanita itu menangis sesegukan. Tak percaya dengan keadaan temannya saat ini. Di dalam ruang ICU, teman nya tengah di selamatkan disana.

"Dokternya belum ada yang keluar," jawab Jiso.

Manager dan keluarga Rose juga sudah di hubungi. Mereka tak kala kagetnya dengan Jaehyun. Apalagi ibu Rose. Wanita itu sempat pingsan mendengar kabar anaknya kecelakaan.

Jaehyun terduduk dilantai. Ia memeluk lututnya, menenggelamkan wajahnya disana. Laki-laki itu rupanya menangis.

Baru kali ini, Air mata seorang Jung Jaehyun jatuh karena wanita.

"Dimana anak saya?!" Suara wanita paruh baya itu membuat Jaehyun sontak mendongak. Itu ibu Rose, dan juga ayah Rose yang ada di sebelah ibu nya.

Jiso, Jennie, dan Lisa menggeleng bersamaan dengan kepala yang menunduk. Mereka tidak kuat melihat tatapan kecewa dari wanita di depannya ini.

Melihat gelengan itu, kesadaran ibu Rose menghilang. Untung saja ada suaminya yang menangkap.

Cklek

Pandangan semua orang yang berada disitu langsung teralihkan kepada seorang dokter yang tengah berjalan ke arah mereka.

"Bagaimana keadaan nya, Dok?" Tanya Jaehyun khawatir.

Dokter itu menghela napas. "Nona Rose kritis. Benturan di kepalanya sangat keras, dia juga sempat kekurangan banyak darah. Tapi untungnya, stok darah disini masih ada."

"Dan juga, leukimia nya memasuki stadium 3 akhir."

Ayah Rose membelalakan matanya tak percaya. Dirinya tidak salah dengar kan? Leukimia? Stadium tiga akhir?

Setelah kepergian dokter itu, ayah Rose menatap teman-teman anaknya dengan tatapan kecewa dan juga marah.

"Apa maksud ucapan dokter itu?!" Ucap ayah Rose datar.

Mereka semua menunduk, termasuk manager nya.

"Apa maksud ucapan dokter itu?! Leukimia? Ada apa dengan penyakit Leukimia!" Ucapnya sekali lagi dengan nada yang sedikit berteriak.

"Rose--rose terkena penyakit Leukimia, Appa." Jiso, perempuan itu memberanikan diri untuk menjawab.

"Kenapa saya baru tau? Bahkan saya lebih berhak tau keadaan anak saya! Saya izinkan anak saya jauh dari saya agar dia bahagia dengan pilihannya, bukan malah tersiksa seperti ini! Kenapa kalian tidak memberi tau saya!"

Mereka semua terdiam, tidak ada yang berani menjawab lagi.

Ayah Rose berlalu menuju ruangan dokter tadi dengan meninggalkan ibu Rose yang masih memejamkan mata di kursi tunggu.

"Saya gagal, maafkan saya." Lirih Jaehyun. Jaehyun kembali menenggelamkan kepalanya di lututnya. Ia kecewa pada diri sendiri, tidak seharusnya dia membiarkan Rose pulang sendirian. Apalagi dengan keadaan perempuan itu yang belum benar-benar sembuh dari penyakitnya.

"Dimana Rose?" Ibu Rose terbangun dari pingsan nya. Ia celingukan tak jelas seraya menyebut nama Rose berkali-kali.

"Rose di dalam, Eomma. Dia--dia kritis." Diakhir kalimat, air mata Jiso menetes perlahan. Ia tak kuasa menahan air matanya.

Ibu Rose menangis sesegukan. "Kenapa ini bisa terjadi?!" Tanya nya.

Jaehyun kembali mendongak, dia berpindah posisi menjadi berlutut di bawah kaki ibu Rose.

"Maafkan saya, saya benar-benar meminta maaf." Ucap Jaehyun.

"Kenapa kamu minta maaf?"

"Ini semua salah saya. Tidak seharusnya saya membiarkan Rose pulang ke dorm sendirian, apalagi dengan keadaan yang seperti ini." Jaehyun menangis sesegukan. Air matanya membahasi telapak kaki ibu Rose.

"Bangun, nak. Aku tidak mengizinkan mu seperti ini." Di sela-sela sesegukan nya, ibu Rose membantu Jaehyun berdiri.

"Ini takdir. Percayalah, Rose perempuan yang kuat. Kalau boleh tau, kau siapa?"

"Saya Jaehyun. Pacar Rose," bahkan situasi seperti ini pun Jaehyun masih menganggap Rose itu pacar nya.

"Senang berkenalan denganmu, Jaehyun."

Tak berselang lama, Ayah Rose kembali dengan tatapan dingin. Tangan kanan nya membawa sebuah amplop yang entah isi nya apa.

"Habis darimana?" Tanya ibu Rose.

Ayah Rose mendekat ke arah istrinya. Mengelus Surai rambut wanita itu, kemudian kembali menatap ke arah teman-teman Rose. 

"Lusa, saya bakal membawa Rose pergi berobat ke luar negri. Saya sudah mendapatkan izinnya." Ujar ayah Rose seraya mengangkat amplop yang ia pegang.

"Dan, saya bakal bawa dia menetap disana."

Deg

Jantung Jaehyun seolah berhenti seketika. Sesulit inikah mencintai seseorang?

---

To be continue!

Spam komen buat lanjut dong😙

Unexpected [Jαerose]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang