Alternative Universe
Lee Taeyong
Nakamoto Yuta.
.
.
.
Yuta menghentakkan kakinya di tanah selagi duduk menunggu seseorang menjemputnya. Terhitung sudah sepuluh menit dia duduk di sana namun orang yang ditunggu belum juga datang. Yuta menggigit bibir bawahnya, ada perasaan khawatir terselip di hati pemuda manis itu. Dia pun mengeluarkan ponselnya, berniat menelepon orang itu.
"Dimana?" tanya nya begitu panggilan tersambung.
"Di hatimu," jawab seseorang di sana.
"Yang benar ish!"
"Bercanda, aku sudah sampai."
Sebuah mobil yang sangat Yuta kenal berhenti di depannya. Langsung saja dia mematikan panggilan dan masuk ke dalamnya.
"Maaf, tadi aku mengumpulkan tugas dulu. Sudah menunggu lama?" ujar seseorang yang duduk di kursi kemudi.
"Baru sepuluh menit. Ayo makan dulu, aku lapar."
Taeyong —yang duduk di samping Yuta— melajukan mobilnya setelah memastikan Yuta sudah memakai sabuk pengaman.
"Tempat biasa?"
Yuta mengangguk. Kemudian menyandarkan kepalanya ke kaca dengan mata terpejam. Lelah dengan jadwal kuliah yang cukup padat hari ini. Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke tujuan mereka karena letaknya cukup dekat dari universitas tempat mereka berkuliah.
Taeyong dan Yuta masuk ke dalam toko yang menjadi langganan mereka. Lalu duduk setelah memesan dua porsi jjajangmyeon dan minuman. Keduanya diam, tidak ada yang memulai percakapan. Entah karena sariawan atau memang tidak ada topik pembicaraan.
"Yuta?"
Pemuda Jepang itu menoleh ke samping begitu seseorang memanggilnya. Yuta mencoba mengingat nama lelaki tinggi yang kini berdiri di depannya. Dia terasa familiar namun Yuta kesulitan mengingat namanya.
"Johnny?"
"Tidak kusangka kita akan bertemu lagi di ssini. Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik. Kau sendiri?"
"Sama. Eum ... ini siapa?"
Pria yang Yuta panggil Johnny itu menunjuk ke arah Taeyong.
"Ini..."
Yuta menatap Taeyong ragu, tidak tahu harus menyebutnya apa.
"Dia temanku."
Johnny mengangguk, lalu mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Taeyong. "Aku Johnny, teman sekelas Yuta waktu sekolah dasar."
"Aku Taeyong," jawabnya singkat.
"Senang bertemu denganmu. Sayangnya aku tidak bisa lama-lama, kekasihku sudah menunggu di depan. Kalau kau merindukanku hubungi saja. Sampai jumpa!"
Pria tinggi bernama Johnny itu pergi setelah meninggalkan secarik kertas berisi nomor ponselnya yang entah ditulis kapan. Yuta melambaikan tangan pada teman lamanya, "hati-hati."
Atmosfer di antara keduanya semakin canggung setelah kepergian Johnny. Taeyong pun dari tadi fokus memainkan ponselnya. Entah kenapa Yuta jadi merasa bersalah.
"Maaf," ucapnya lirih. Namun berhasil membuat pria di depannya mengalihkan pandangan dari ponselnya. Kedua alisnya hampir menyatu, kebingungan.
"Untuk?"
"Tadi aku mengenalkanmu sebagai temanku."
"Tidak masalah, kenapa kau meminta maaf?"
Yuta diam. Sibuk dengan pikiran dan perasaannya. Dia tidak tahu mengapa dirinya jadi merasa bersalah. Seperti ada sesuatu mengganjal di hati yang membuatnya tidak bisa tenang. Yuta yang awalnya menunduk kemudian mengangkat wajahnya, menatap pria tampan di depannya.
"Taeyong-ah"
"Ya?"
"Sekarang kita itu apa?"
Taeyong tesenyum tipis mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh mantan kekasihnya.
Baru sebulan lalu mereka memutuskan hubungan sebagai sepasang kekasih setelah hampir dua tahun. Yuta awalnya menolak, sebelum Taeyong memberikan alasan yang cukup jelas. Meski dengan berat hati, hubungan mereka selesai.
Hubungan selesai bukan berarti kebiasaan mereka juga selesai. Mereka masih bertemu setiap hari. Taeyong masih sering mengantar jemput Yuta kemana pun. Lalu makan bersama seperti sekarang ini.
Yuta jadi bingung, kalau seperti ini pun tidak ada bedanya dengan saat mereka masih berpacaran. Bagaimana dia bisa move on kalau begitu?
"Sebelum menjawab aku ingin memastikan dulu, kamu masih mencintaiku?"
Yuta mengangguk. Matanya menatap ke arah lain demi menghindari tatapan Taeyong. Tatapan yang memuja seperti yang sering pria itu berikan padanya. Yuta lemah akan hal itu.
Senyuman di wajah Taeyong mengembang setelah mendengar jawaban Yuta. Dia merasa puas dan setitik rasa bersalah. Karena telah meninggalkan Yuta meski pemuda manis itu tak mau.
Lagipula bukan Taeyong yang ingin mengakhiri hubungannya dengan Yuta. Tapi dia harus.
"Aku juga. Tapi kamu tahu, 'kan? Untuk sekarang aku tidak bisa menjalani hubungan itu, maaf."
"Jangan cemberut, itu akan membuatku menyesal telah meninggalkan kekasih manisku," ucap Taeyong. Tangannya terulur untuk mencubit pipi tirus Yuta dengan gemas.
Yuta menunduk, berusaha menyembunyikan wajahnya yang pasti sudah memerah. "Jadi sekarang kita cuma teman?"
"Kalau kau mau menganggapnya demikian."
Yuta menghela napas. Sepertinya ini akan sulit baginyauntuk beberapa waktu ke depan. Dia ingin melupakan perasaannya. Tapi bagaimana bisa jika Taeyong saja masih memperlakukannya lebih dari seorang 'teman'?
—————
ehehe, lagi lagi ga jelas
KAMU SEDANG MEMBACA
Written In The Stars
FanfictionOur story is written in the stars just a oneshoot or short story collection with NCT's 𝗟𝗲𝗲 𝗧𝗮𝗲𝘆𝗼𝗻𝗴 and 𝗡𝗮𝗸𝗮𝗺𝗼𝘁𝗼 𝗬𝘂𝘁𝗮 as main cast. - strictly top!ty - ga mesti romance - jangan berharap ada scene 'ehem' yg dijelasin sejelas-je...