ice cream tastes better at midnight

185 27 1
                                    

menyebalkan. sekarang sudah lewat tengah malam, bahkan hampir menjelang subuh, tapi taeyong ingin es krim. bukan masalah siapa yang jual es krim selarut itu—banyak minimarket 24 jam—cuma dia terlalu malas keluar rumah. dingin.

pemuda itu terpaksa keluar dari kamarnya setelah mematikan komputer. dia menuju dapur, menggali freezer sampai bertemu lapisan es dengan harapan menemukan es krim. tapi hanya ada sosis, daging dan daging dan masker wajah entah milik siapa—sepertinya sudah ada di sana sejak bulan lalu. taeyong mendengus kesal. tidak ada es krim.

seseorang masuk ke dapur, mendorong bahu taeyong agar menyingkir dan mengambil air mineral dari kulkas yang masih terbuka. taeyong tetap berdiri di sana, menyaksikan kawan satu grupnya mengenggak sebotol air itu sampai habis. dalam hati 'mesti abis ini ngompol'.

"kita masih punya es krim?" tanya taeyong.

doyoung orangnya. dia meremas botol minum itu sampai hancur dan membuangnya ke tempat sampah. "bukannya tadi siang udah kamu abisin?"

oh, sial. kalau begini caranya, dia tidak bisa tidur nyenyak.

"kemarin yuta hyung beli es krim. satu tong gede. rasa matcha."

tancap gas taeyong ke lantai sepuluh setelah memakai jaket. dia sudah hafal password dorm atas, dulu sering lupa, jadi tidak perlu membangunkan yang lain. meski nyatanya ada satu orang yang entah memang belum tidur seperti dirinya atau cuma terbangun.

"ngapain ke sini?" tanya orang itu, berdiri di ruang tengah sambil mengucek mata. rambutnya berantakan, beberapa berpotensi menusuk matanya.

taeyong mendekat. tangannya terulur untuk menyingkirkan rambut di dahi lawan bicara hingga wajahnya terlihat. "doyoung bilang kemarin kamu beli es krim gede."

yuta. dia terdiam sebentar, "jangan mau dibohongin bocil."

kalau begitu, pikir taeyong, yuta juga bocil. yuta dan doyoung beda tahun lahir, tapi kalau dihitung pakai bulan jadi cuma 3 bulan. tidak beda jauh.

sebentar, mereka diam sebelum akhirnya yuta menarik taeyong masuk ke kamarnya dan taeil. teman sekamarnya itu sudah tidur dari lama, dan meski dia berisik pun tidak akan bangun. didudukkannya taeyong yang kebingungan di kasur. yuta menata dua bantal berjejeran, kemudian tidur di salah satu, menepuk tempat kosong di sampingnya.

"tidur sini, ya?" pintanya dengan mata berbinar.

apa taeyong bilang, yuta juga bocil.

sebuah kemustahilan dia menolak permintaan itu. taeyong berbaring di sampingnya dan langsung disergap yuta. salah satu bantal kini cuma jadi pajangan, tidak berguna. lagian lengan atas taeyong lebih nyaman untuk yuta jadikan bantal.  kalau begini, taeyong berani sumpah, dia rela tidak bisa makan es krim setahun penuh. asalkan tidur dengan yuta setahun penuh juga.

sudah lama sejak mereka tidur berdua. jadwal padat akhir-akhir ini dan kamar yang berjauhan jadi alasannya. apalagi yuta sempat pergi ke jepang lebih dari sebulan untuk syuting film dan baru pulang tiga hari yang lalu. bahkan saat bertemu pun tidak selalu bisa berbagi afeksi seperti sekarang—dan kadang yuta terlalu fokus dengan mark, atau jungwoo, atau haechan yang sekarang ikut-ikutan jadi penggemar yuta. pokoknya semua orang kecuali taeyong.

yuta sudah memejamkan mata, tapi belum tidur. wajahnya ia tenggelamkan sedalam mungkin di perpotongan leher taeyong. semua aroma tubuhnya—yang menurut yuta mengandung terlalu banyak zat adiktif—masuk ke dalam paru-paru. sementara taeyong, pria itu tersenyum dari telinga ke telinga, seolah jatah senyumnya seumur hidup akan dia habiskan saat itu juga. 

"kenapa belum tidur?" taeyong setengah berbisik, sambil menciumi rambut yuta yang mulai panjang tanpa henti. masih tersisa aroma sampo rasa buah, entah buah apa.

"ketiduran di sofa, terus pindah," gumam yuta tepat di depan kulit taeyong membuat yang lebih tua menggeliat geli.

"begadang nonton anime?"

yuta mengangguk pelan, "heem, aku ketinggalan banyak."

"kenapa nggak ngajak aku?"

"nggak mau, kamu berisik nonton."

"besok kalau aku nggak ngajak, kamu jangan ngambek."

tidak ada sahutan. merasakan napasnya lebih tenang dan teratur, taeyong berasumsi yuta sudah tidur. dia pun menyusul setelah menggumamkan 'selamat malam'.

bagi yuta, taeyong ini salah satu yang paling mudah dibodohi. entah polos atau memang bloon. sulit dibedakan. namun itu sebuah keuntungan. yuta mengajak taeyong tidur di kamarnya selain karena ingin, dia juga punya maksud lain.

sepuluh menit terlewati. yuta mendongak, memastikan taeyong sudah tidur nyenyak. setelah yakin akan hal itu, dia pun menyingkirkan tangan taeyong yang bertengger di pinggangnya pelan sekali supaya yang lebih tua tak terbangun, mengendap dan keluar kamar. pintu ia biarkan tersisa sedikit celah, takut dia akan membanting pintu terlalu keras hingga suaranya akan membangunkan semua orang. kemudian lanjut mengendap sampai dapur.

lampu dia biarkan padam. tinggal cahaya remang-remang dari luar sana yang masuk lewat jendela. dia bisa membuka pintu kulkas dengan lebih santai, mengambil sesuatu yang ia bungkus menggunakan plastik hitam dan terletak di bagian paling dalam freezer. hartanya.

doyoung tidak bohong, tapi yuta. benar dia beli sekaleng besar es krim rasa matcha kemarin. tentu doyoung tahu, dia membeli bersamanya. namun tidak untuk dibagi-bagi. bukannya yuta pelit, dia dengan senang hati berbagi makanan dengan member lain—karena dia juga sering minta. hanya saja tidak sekarang, dan bukan es krim matchanya yang berharga. dia berencana menghabiskannya saat itu juga. tidak ada pilihan lain, taeyong mungkin saja menemukan es krimnya besok pagi.

matanya berbinar begitu berhasil membuka kaleng tanpa suara. es krim itu baru berkurang seperempatnya siang kemarin. dan dia berencana menghabiskan semuanya malam ini. apa pun yang terjadi, jangan sampai taeyong tau.

ia mulai menyuapkan sesendok es krim ke mulutnya. tubuhnya meremang, kedua kakinya bergoyang kegirangan di bawah meja, menikmati sensasi dingin bercampur manis yang langsung meleleh di mulut dan menyebar ke sekujur tubuh. ditambah ia memakannya secara sembunyi-sembunyi, es krim itu berkali-kali lipat terasa lebih enak. yuta tidak menyesal dengan keputusannya tidak akan berbagi dengan orang lain.

yuta terus melahap es krim hingga tanpa disadari hanya tersisa setengahnya. dia mulai berpikir, tak apa kah dia makan es krim tengah malam menjelang subuh begini? apalagi dia hanya makan nasi sedikit malam sebelumnya.

yuta mengangkat bahu. tak apalah, pikirnya, lagipula akhirnya taeyong yang akan repot, bukan dia.

tiba-tiba yuta merinding. kali ini bukan karena es krim, melainkan ada angin yang masuk ke telinganya. anginnya hangat. seingatnya, dia sendirian. menoleh ke samping dan terkejut. taeyong belum tidur. dia menyusul ke dapur, melihatnya makan es krim sendirian. kacau rencananya.

"enak?" tanya taeyong, duduk di samping yuta. 

yuta mengangguk lemah, menelan sisa es krim di mulutnya susah payah. matanya memandang taeyong dengan perasaan bersalah. tadi, dia lihat sendiri, taeyong menanyakan es krim seperti anak kucing minta makan. lucu. tapi yuta ingin makan semua es krim itu untuk dirinya sendiri. tapi taeyong lucu, mana bisa dia mengabaikannya begitu saja. tapi... huff.

"makan aja semua. aku udah nggak pengen." taeyong mendorong kembali kaleng es krim yang yuta geser ke arahnya. yuta masih memandangnya dengan tatapan yang sama. dengan pencahayaan seadanya, taeyong masih bisa melihat bibir yuta melengkung ke bawah.

"serius, aku nggak bakal minta."

yuta bergeming, taeyong tertawa gemas. mengambil alih sendok di tangan yuta dan menyuapkan es krim ke dalam mulutnya. 

"lihat, kan? habisin aja. besok mau beli lagi?"

taeyong benar-benar serius, dia tidak lagi ingin makan es krim. dibanding itu, di mata taeyong, yutanya terlihat jauh lebih enak.





Written In The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang