the boy next door

450 58 11
                                    

Alternative Universe

Lee Taeyong
Nakamoto Yuta

.

.

.

.

"Kebetulan kau di sini. Antarkan ini ke tetangga baru di sebelah, ya!"

Keputusan yang salah untuk ke dapur sekarang. Taeyong hanya berniat mengambil air minum dingin setelah berdebat dengan tubuhnya sendiri yang malas beranjak dari tempat tidur. Ke dapur saja malas, apalagi disuruh ke rumah tetangga. Pemuda itu mengambil ancang-ancang kabur. Sebelum itu, ibunya sudah lebih dulu memberi ultimatum.

"Antarkan sekarang, atau tidak dapat jatah makan malam?"

Tidak, itu tidak boleh terjadi. Taeyong segera menyambar bungkusan kotak di atas meja yang ia tebak berisi kue beras. Kakinya melangkah menuju rumah sebelah yang mendapat penghuni baru kemarin.

Dari kabar yang ia dengar saat ibunya bergosip dengan tetangga lain, penghuni baru itu sangat aneh. Mereka pindah di malam hari ketika semua orang tertidur lelap. Taeyong tidak mengerti apa yang ada di pikiran emak-emak, mungkin saja mereka punya alasan lain, vampir.

Cukup. Taeyong tidak punya kegiatan berarti selama musim panas. Ia menghabiskan sebagian besar waktu dengan menonton berbagai macam film. Membuatnya sering berkhayal akhir-akhir ini.

Pemuda itu sampai di depan rumah dengan pagar yang menjulang tinggi. Mencari dimana tombol bel berada. Namun ia tak menemukannya, baik di sisi kanan maupun sisi kiri pagar. Mau berteriak memanggil pun tak yakin penghuninya akan mendengar. Rumah ini lebih besar daripada rumahnya. Halamannya juga lebih luas. Membuatnya yakin tetangga baru ini keluarga yang berada.

Masih kebingungan, Taeyong mencoba membuka pagar yang ternyata tidak terkunci. Mamasukkan kepala ke dalam dan menengok kanan kiri. Siapa tahu ada anjing galak yang suka menyalak pada orang asing. Setelah merasa aman, ia melangkah masuk.

Halaman rumah itu masih dipenuhi rumput liar yang tak terawat. Taeyong memaklumi. Mereka baru saja pindah, mungkin belum memiliki waktu untuk membersihkan rumahnya.

Setelah berjalan beberapa meter, Taeyong sampai di depan pintu. Dia mengetuk pintu tanpa ragu. Menunggu sang tuan rumah membuka pintu. Cukup lama, hingga ia mendengar suara gedubrak dari belakang pintu. Tak lama kemudian pintu terbuka. Menampilkan pemuda seumuran Taeyong berdiri dengan senyuman lebar di wajahnya.

Manis.

Taeyong limbung. Hampir saja menjatuhkan kotak berisi kue beras buatan ibunya. Untung saja pemuda itu membantu menangkapnya sebelum terjun ke lantai.

"Maaf lama, aku sedang di belakang tadi," ujar pemuda itu sembari mengembalikan kotak kue beras yang memang untuknya.

Dengan bodohnya, Taeyong menerimanya.

"Eh?! Ini dari ibuku untukmu."

Taeyong memberikan kotak itu lagi. Dalam hati mengutuk diri sendiri yang bisa-bisanya salah tingkah di pertemuan pertama mereka.

"Omong-omong, aku tetanggamu. Rumahku di sebelah sana." Taeyong menunjuk ke arah kanan. Sesaat berpikir lagi, mengingat di mana rumahnya berada.

"Iya, sebelah sana." Ia berujar mantap. Kali ini tangannya menunjuk arah kanan tanpa ragu.

"Kalau begitu, salam kenal! Semoga kita bisa akrab. Sampaikan terima kasih untuk ibumu, aku akan menikmatinya."

"Iya, sama-sama."

Written In The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang