Stelah sampai di di depan gerbang sekolah SMA Trisatya, acca turun dari motor reza, kemudian mengembalikan helm pada reza.
"Makasih!"ucap acca sambil beranjak masuk ke sekolah. Tapi tiba-tiba reza menahan tangan acca.
"Tadi Kenapa engga bareng pacar lo... Riski" kata reza.
Acca menatap reza heran. Bingung kenapa reza segitu peduli nya apa yang acca lalukan. Pagi ini sudah cukup lelah. Jangan sampai di perparah dengan pertanyaan-pertanyaan aneh dari mulut reza. Jadinya acca diam saja tanpa berniat menjawab. Tambah heran lagi bukanya reza dingin, jarang bicara? Tapi kenapa sekarang dia malah seakan cerewet?
Reza menatap acca sejenak. Kemudian berkata.
"Ada bolpoin?"kata reza.
Acca memasukan tangannya ke dalam tas, merogoh-rogoh mencari bolpoin nya. Kemudian ia menyerah kan nya ke reza. Buat apa? Tanya acca dalam hati.
Dengan cepat reza menerima bolpoin tersebut dan menarik telapak tangan acca. Sesaat ia menulis beberapa angka di sana.
"Ini nomor gue. Kalau si riski enggak jemput, lo hubungin gue aja. Jangan sampai kejadian kayak tadi terulang lagi, pacar macam apa dia"tanpa sadar reza berbicara sperti itu, entah apa yang barusan dia bicarakan.
"Hei,emang nya lo siapa?" acca yang semula diam saja kini mulai emosi mendengar perkataan reza barusan.
"Jangan mentang-mentang lo udah nganterin gue, terus lo bisa ngejelek-jelekin sahabat gue se enaknya ya!"bentak acca dan berjalan masuk meninggalkan reza yang terkejut.
Reza terdiam. Ia kaget kenapa cewek ini marah mendengar ucapannya? Padahal niat reza kan baik. Tapi kenapa acca begitu membela saha-- eh bentar sahabat? Ouwh jadi riski sahabat nya bukan pacar nya?
Tanpa reza sadari senyuman kecil terbirit di bibir reza.
..
Sekarang. kini acca berada di kelas nya, dan sudah acca duga pasti ada dita.
"Hai ca"kata dita nyapa acca. Sementara acca yang di sapa pun hanya tersenyum kecil dan masih memasang muka kusut.
"Settt, itu muka udah kata comberan aja, bengeut nya begitu...lehsuhh"kata dita menimpali.
"Nyebelin lu dit"kata acca cemberut.
"Emang ngapah sih, gaboleh? Sombong amatt"kata dita seperti menyerupai pemain tokoh sinetron si dul.
"Kenapa sih ca? Mukanya di tekuk mulu? Crita napah"kata dita heran dengan sahabat nya ini.
"Enggak tau deh, pagi-pagi gini aja gue udah marah-marah gak jelas"jawab acca.
"Ha? Begimana?"kata dita ikut penasaran.
"Itu lohh, tadi pagi gue di godain mas-mas di jalan, pakek pegang-pegang tangan gue segala, untung ada si reza"kata acca berigidig mengingat kejadian tadi.
"Eh tunggu! Reza? Reza waketos itu?"tanya dita memastikan.
"Iyaaa"kata acca malas.
"Enak banget sih lo, di anterin sama waketos dingin itu, gue aja pengen"kata dita lebay. Dingin dari mana? Kata acca dalam hati.
"Iyain udah iyain"kata acca duduk di bangku nya. Dita hanya nengok ke arah acca.
"Eh iya, kalo lu brangkat sama reza terus riski mana?"dita baru tersadar bahwa di sini tidak ada riski.
"Ada urusan katanya"kata acca sambil merapikan dasinya.
"Urusan? Tumben? Berarti dia gak bakalan sekolah dong?"tanya dita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Myris [On Going]
Teen Fictionsbelum baca alangkah baiknya follow dulu yuk:< ⚠mengandung kata kata kasar⚠ menceritakan tentang dua manusia tentunya. mereka Riski arya abraham dan Mysca anindhita. Riski dan acca adalah sahabat dari kecil, dari sd sampai sma pun mereka tetap...