3

3.9K 384 17
                                    

Jisoo

"Sayang! Oh, maafkan aku." Kataku ketika aku memasuki kantornya. 

"Jisoo." Dia terlihat kaget. "Kenapa, kamu di sini?" Dia bertanya. Mataku tertuju pada gadis yang duduk di seberang mejanya. 

"Aku hanya ingin mengajakmu makan siang." Aku mengalihkan pandanganku ke gadis itu. 

"Aku tidak bisa sekarang." Dia mengatakan sambil menghindari kontak mata denganku. 
"Aku masih ada pertemuan dengan Ms. Chen." 

"Oh." Aku menghembuskan nafas.  "Bisakah kamu menyesuaikannya? Mungkin setelah makan siang." Aku menyarankan. 

"Maaf, Jisoo, tapi ini penting." Dia berkata. 

"Baiklah." Aku menghela nafas 

Aku tidak ingin marah padanya, mengatakan jika pekerjaannya lebih penting dariku. 

"Aku harus pergi." Ucapku. Aku menunggunya menciumku, tapi dia mengabaikanku dan duduk di kursinya lagi.

.........

Aku meninggalkan kantornya dengan berat hati dan makan siang sendirian. "Sayang? Kamu dimana?"  Aku sedang menelepon Soojoo. 

[Ahm.di unitku.]

"Oh, bolehkah aku mampir?" Aku bertanya saat melihatnya sedang bertengkar di dalam kedai kopi dengan seorang gadis. 

[A-aku sakit. Aku tidak ingin kamu sakit juga.]

"Oke." Aku mengatakan memegang ponselku di tanganku. 

[Aku akan menutup telepon sekarang Jisoo. Kepalaku sakit.]

Siapa yang tahu gadis manis seperti dia, tahu bagaimana cara berbohong. 

Rahangku menegang saat aku melihatnya tersenyum pada gadis lain. Mereka terlihat bahagia. Nafasku terengah-engah menyaksikan pacarku menghabiskan waktunya dengan orang lain.

Aku merasa sangat marah sekarang, tapi aku tidak bisa mempermalukannya dengan gadis barunya. Aku menghela nafas dengan gemetar saat mataku menjadi hangat.  Apakah dia benar-benar perlu membohongiku? Aku melirik mereka sekali lagi, tapi hatiku hancur melihat mereka berciuman. Aku tidak bisa menerimanya. Aku menyeka air mataku dengan kasar dan pergi. 

Bukankah dia mencintaiku? Apakah karena aku kekurangan waktu bersamanya? Aku pikir aku perlu membicarakan hal ini. Aku tidak ingin kehilangan dia. 

..........

"LALISA!" Aku berteriak begitu aku mematahkan gagang pintu. 

Aku berjalan ke ruang tamu tapi kosong. 

"YAH LALIS-" Aku terdiam saat seorang gadis keluar dari dapur.  Dengan es krim di tangannya, dan sendoknya masuk ke mulutnya. 

"Kamu siapa!?" Dia bertanya sambil menunjuk sendok ke arahku. 

"Tunggu ... kurasa aku melihatmu di suatu tempat." Dia berkata seperti sedang mengigat sesuatu. 

Aku mengangkat alisku dan mata kucingnya membuatku mengingatnya.

"Di lift." Dia mengangguk dengan seringai, tapi diganti dengan tatapan tajam. 

"Apa yang kamu lakukan di sini!?"  Dia bertanya lagi. 

Aku yakin ini adalah unit Lisa. Aku tidak mungkin salah. 

"Kamu? Apa yang kamu lakukan di sini? Ini unit Lisa!" "Apakah kamu seorang penyusup!?" Aku menuduh. 

"Permisi!" Dia tertawa canggung. "Wajah ini ... penyusup!? Kamu pasti bercanda." Dia memutar matanya. 

"Siapa tahu?" Aku mengangkat bahu.  "Bahkan wajah seperti itu bisa membahayakan." Ucapku kesal. 

Unexpected One | JensooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang