Agen 17

1.6K 208 17
                                    

~•~•~ Happy Reading ~•~•~

🌀🌀🌀

Dua bulan kemudian.

Paris.

Di sebuah tempat luas di belakang bangunan putih basilika Sacre Coeur yang tampak putih menjulang, terlihat beberapa orang seniman jalanan yang sedang melukis dengan berbagai objek masing-masing.

Tempat teduh di bawah pohon-pohon hijau dengan pelindung yang berbentuk seperti sebuah payung besar. Tampak seorang pemuda tampan di antara beberapa orang, yang sedang menggoreskan kuasnya di atas kanvas.

Dengan tampilan kaos santai warna putih dibalut kemeja hitam motif abstrak, dan celana jeans biru tua, sepatu sport serta topi. Ekspresinya tampak serius disaat fokus membuat lukisan wanita cantik yang duduk di sebuah kursi kayu di depannya dengan bersilang kaki sambil memandang tersenyum padanya.

Beberapa menit kemudian, lukisan itu selesai. Si pemuda memperlihatkan lukisannya pada wanita itu, yang memandang puas pada gambaran dirinya. Wanita itu tampak mengucapkan terima kasih sambil memberikan beberapa lembar euro pada si pemuda.

"Merci Monsieur," ujar si wanita sambil beranjak membawa lukisannya.

"Merci encore, Madame," si pemuda tampak menganggukkan kepalanya samar.

Si pemuda kemudian hendak membereskan alat lukisnya saat kembali terdengar suara lembut yang sangat familiar.

"Bisakah Anda melukisku, Tuan Pelukis?"

Pemuda pelukis itu menoleh. Sesaat matanya mengerjap dengan kilau bahagia, lalu tersenyum lembut. Di depannya tampak seorang pemuda dengan tampilan kaos putih dan kemeja biru yang membuat wajah putihnya terlihat segar, dan tersenyum begitu manis.

Pemuda itu lalu duduk di depannya dengan jarak dekat dari biasanya. Pemuda pelukis itu kembali menyiapkan kanvas kosong, lalu mulai melukis tanpa melepaskan senyumnya yang jelas terlihat.

"Kau pikir aku tidak akan menemukanmu, Yibo," si pemuda yang duduk bersilang kaki terdengar berkata.

Pemuda pelukis yang ternyata Wang Yibo itu tersenyum makin lebar. Tangannya masih serius menggerakkan kuas.

"Aku yakin Haoxuan sangat kerepotan menghadapimu, Xiao Zhan," sahutnya sambil terus menggores-gores di atas kanvas.

"Aku meneleponnya setiap dua jam sekali, dan setiap hari menemuinya."

Wang Yibo terkekeh pelan.

"Sepertinya dia akan mengalami fobia sosial denganmu."

Xiao Zhan tertawa renyah.

Wang Yibo masih terus menggerakkan kuasnya tanpa melepas senyuman.

"Apa kau selalu tersenyum saat melukis beberapa wanita disini?!" suara Xiao Zhan terdengar tidak suka.

Wang Yibo cuma menggumam pendek dengan gerakan tangan yang lincah menggores kanvas. Lama berlalu, dia hanya memelototi wajah di depannya. Yang selama ini sangat ia rindukan.

Xiao Zhan tampak sudah gelisah dan terlihat pegal.

"Sebenarnya kau bisa melukis tidak? Kenapa lama sekali?" tanyanya kesal.

𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊 𝐒𝐇𝐀𝐃𝐎𝐖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang