"Pulang ke rumah ya?" tanya Alfa sesaat setelah dia selesai memakaikan sabuk pengamanan untuk Kinan. Setelah lima hari dirawat, siang ini Kinan diperbolehkan pulang.
"rumah Ibuk kan?"
"Bunda!" ujar Alfa bermaksud mengingatkan agar Kinan memanggil mertuanya dengan benar. Kinan hanya tersenyum, masih terlalu sungkan menganggap guru ngajinya itu sebagai mertua.
"Aku sudah bilang ke bunda, mau bawa pulang istri ke rumah. Atau kamu mau pulang ke pesantren aja?" tanya Alfa basa-basi, sejujurnya dia berharap agar Kinan tidak menerima basa-basinya.
Kinan berpikir sebentar, kalau ditanya pasti dia ingin pulang ke pesantren, tidur di kamar kesayangannya -B1- tapi kembali lagi, dia harus sadar posisinya sekarang, dan yang terlihat adalah Alfa sangat ingin pulang ke rumahnya. Kinan merasa tersanjung dengan sikap Alfa, walaupun suaminya ini punya keinginan ke rumahnya sendiri, tapi dia tetap memikirkan keinginan Kinan.
"Ikut Mas Alfa aja!" jawab Kinan lembut yang sudah pasti membuat Alfa tersenyum lebar.
Alfa menjalankan mobilnya perlahan, sepanjang perjalanan dia terus mengajak Kinan ngobrol dari hal ringan sampai serius. Dia ingin agar hubungannya dengan Kinan semakin hangat, dia ingin istrinya selalu nyaman bersamanya.
"Oh iya, itu hp kamu ada di tasku. Tadi pagi aku ambil waktu nganter ayah dan ibu pulang. Insyaallah ayah dan ibu mau kesini tiga hari lagi."
Kinan mengambil tas Alfa di jok belakangan dan mengaktifkan hpnya.
"Makasih ya, Mas! Maaf kamu jadi repot nganter ayah dan ibu pulang." ucap Kinan.
Alfa mengusap kepala Kinan sambil berkata, "Udah janji kan mau ngilangin rasa sungkan kamu! Mereka juga orangtuaku sekarang, nggak ada kata repot untuk orangtua!"
Kinan kembali harus bersyukur, tidak pernah ada nama Alfa dalam doanya. Tapi Allah merangkum semua doa yang Kinan panjatkan dalam diri Alfa.
Alfa berlari memutari mobilnya dan langsung membantu istrinya keluar dari mobil, satu tangannya menenteng tas dan satu lagi dia relakan untuk pegangan Kinan karena wanita itu menolak untuk digendong.
"Wajahnya biasa aja kali! Jangan sombong gitu! Mentang-mentang lengannya udah nggak mubadzir!" ucap Nazril karena mendapati wajah jumawa sang ponakan ketika masuk rumah.
"Tante Ralin, suaminya tolong diamankan!" jawab Alfa.
"Tante udah nyerah, Al!" sahut Ralin dan langsung mendapat tatapan prihatin dari yang lain, prihatin sama dengan meledek.
Mengabaikan suara-suara tidak jelas dari saudara -saudaranya, Alfa membantu Kinan duduk di samping bundanya setelah Kinan selesai salim dengan semua keluarga yang ada di situ.
Alfa juga langsung mepet Kinan seperti enggan meninggalkan istrinya sedetikpun. Kinan hanya bisa menahan rasa malunya, heran juga kenapa Alfa bisa beda 180 derajat. Alfa yang dulu dikenalnya sebagai Gus yang cuek dan pendiam, tapi sekarang seperti kebalikannya.
"Subhanallah, Alfarruk! Kinannya nggak akan kemana-mana, udah sana minggir!" protes Sean sambil menarik adiknya itu agar pindah tempat bersama para lelaki.
"Ck! Apaan sih Kak! Aku kan suami siaga, kalau istrinya butuh apa-apa cepet nyiapinnya!"
"Ya nggak usah dipepet juga dong! Udah sana, dicariin abi itu!" ujar Sean tak mau kalah sambil mendorong bahu Alfa yang akhirnya membuat pemuda itu mengalah dan dengan berat hati pindah duduk bersama para lelaki.
Kinan langsung menyusul Sean yang duduk di karpet bawah, di sana juga ada Acha -anak kedua Sean- dan juga Atta yang sedang tertidur.
"Eh, sini duduk atas aja. Emang kakinya udah nggak sakit?" tanya Ralin.
KAMU SEDANG MEMBACA
7. Pesan Rindu dari Ma'had
De TodoApa yang pertama kali terpikir ketika mendengar kata pesantren? Ngaji terus? Nggak bebas? Nggak gaul? Ketinggalan jaman? Jelas!! Salah besar. Dalam cerita ini kamu akan menemukan banyak cerita rahasia di dalam pesantren, juga banyak cerita tentang k...