Kinan mengerjapkan matanya berkali-kali, sejak lama telinganya mendengar suara merdu lantunan ayat alquran, tapi kepalanya terlalu berat untuk digerakkan.
Perlahan dia membuka mata, memfokuskan pandangan dan mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Butuh waktu cukup lama sampai dia paham bahwa sekarang ada di rumah sakit, dia tidak ingat persis apa yang terjadi, dia hanya ingat tadi mau membeli gas tapi tiba-tiba semuanya gelap.
Kinan sedikit menggerakkan kepalanya, menoleh ke kanan dan mendapati seseorang yang sedang melantunkan ayat suci Al quran, matanya terpejam, bacaan dan suaranya sungguh indah, sepertinya karena terlalu khusyuk ngaji dia tidak tahu bahwa Kinan sudah sadar.
Kinan melihat sekeliling ruangan yang sedang dia tempati, ruangan yang lebih besar dan bagus dari kamarnya, yang jelas hanya ada dia sendiri diruangan ini, tidak ada pasien lain.
"Gus Alfa!" panggil Kinan dengan sangat lirih tapi cukup membuat lelaki itu membuka mata dan menghentikan bacaannya.
"Kinan," panggilnya dengan mata berbinar. "Kamu sudah sadar?" lanjutnya dengan senyuman lalu berganti dengan ucapan syukur.
Alfa langsung memencet tombol kamar agar perawat datang, namun karena sedikit tidak sabar dia langsung berlari keluar memanggil dokter atau perawat jaga, siapapun yang dia temui yang penting Kinan segera diperiksa.
"Alhamdulillah, keadaan pasien sudah stabil tapi belum boleh banyak gerak dulu ya untuk menjaga beberapa luka yang dijahit." ujar sang dokter dan langsung diiyakan oleh Alfa.
Alfa langsung mendekat lagi ke Kinan dengan jarak yang benar-benar dekat membuat Kinan sedikit meringis karena kepalanya sakit akibat bergerak menjauhi Alfa. Dia baru sadar bahwa sekarang hanya berdua dengan Alfa.
"Gus Alfa, kenapa disini? Nggak ada yang lain?" tanya Kinan sedikit gugup sambil menahan rasa ngilu di sekujur tubuh.
"Gimana keadaan kamu?" Alfa mengabaikan pertanyaan Kinan.
"Alhamdulillah saya baik, cuma sedikit nyeri di kaki."
"Di atas mata kaki kamu memang ada luka cukup dalam dan harus dijahit."
Kinan beringsut menjauh dari Alfa, dia merasa tidak nyaman sedekat ini dengan Alfa. "Maaf Gus, apa ada Mbak pondok di sini yang bisa saya mintain tolong?"
"Kamu mau apa?"
Kinan semakin tidak nyaman karena lagi-lagi Alfa malah semakin mendekat.
"Ke kamar mandi!" jawab Kinan, dia berharap Alfa segera menjauh dan memanggilkan seseorang yang bisa membantunya.
"Saya bantu!" ucap Alfa dengan wajah biasa saja membuat Kinan membulatkan mata dengan sempurna.
Kinan tertawa garing, rasanya pengen banget marah sama Gus nya itu, tapi belum cukup tenaga untuk bangun dan teriak.
Cukup lama Alfa mengamati wajah Kinan yang berubah ekspresinya lalu dia tertawa, membuat Kinan semakin bingung. Kinan ingat kata-kata Rizky, jika ada yang mengganggunya. Dan benar, Kinan membaca taawudz beberapa kali membuat Alfa semakin tertawa.
"Ini suami kamu, Kinan! Bukan setan!" ujar Alfa dan semakin membuat Kinan mengeraskan bacaan taawudz dan ayat kursinya.
"Hahah.. Ya Allah, beneran dianggap setan! Harus dituntut ini Si Abi!" ujar Alfa lagi.
Alfa mengeluarkan hpnya lalu memperlihatkan pada Kinan sebuah video. Dengan sedikit ragu Kinan menerima hp Alfa.
Dalam video itu terekam momen yang terjadi di ruangan ini. Ada dirinya yang masih belum sadarkan diri di bed yang dia tempat sekarang. Lalu ada ayah dan ibunya juga Pak Ilo, dalam video itu juga ada banyak keluarga Alfa, ada orangtuanya Alfa, Nazril, Dito, Zein, dan beberapa keluarga yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
7. Pesan Rindu dari Ma'had
AcakApa yang pertama kali terpikir ketika mendengar kata pesantren? Ngaji terus? Nggak bebas? Nggak gaul? Ketinggalan jaman? Jelas!! Salah besar. Dalam cerita ini kamu akan menemukan banyak cerita rahasia di dalam pesantren, juga banyak cerita tentang k...