"Kinan ini Hp kamu, simcard nya masih sama kok nggak saya ganti!"
"Hah?"
"Tiga." sahut Rey menghitung sesuatu.
Alfa tersenyum lebar bahkan merasa bibirnya agak kram karena sejak tadi tidak bisa berhenti tersenyum dan mengucap syukur.
"Beberapa waktu yang lalu saya datang ke rumah kamu bertepatan saat ayah kamu mau pergi menjual hp kamu. Akhirnya beliau mengurungkan niatnya pergi karena memilih ngobrol sama saya. akhirnya saya tahu, hp ini mau dijual untuk tambahan biaya khataman kamu. Dan sebenarnya saya ingin bantu buat melunasi khataman kamu kesannya nggak sopan, ayah kamu pasti juga menolak. Akhirnya saya beli hp kamu ini. Dan sekarang saya kembalikan ke kamu!" ujar Alfa.
"Hah?"
"Empat." sahut Rey lagi melanjutkan hitungannya.
Alfa yang risih dengan Rey di sampingnya itu akhirnya menyuarakan protesnya. "Kamu menghitung apa sih, bocah?"
Reyshaka tertawa dulu sebelum menjawab Alfa. Saat ini mereka bertiga sedang keluar dengan alibi Alfa membeli pesanan bundanya, padahal dia hanya ingin ngobrol langsung bersama Kinan. Dia ingin memastikan bahwa Kinan tidak terpaksa menerima lamarannya.
"Itu, dari tadi Mbak Kinan cuma 'hah-heh' aja saking bingungnya! Haha!" jawab Rey.
"Iya bener Gus, saya terlalu bingung mencerna semua ini!" jujur Kinan.
"Kamu boleh menanyakan apapun, Saya ingin kamu menerima lamaran saya karena kamu ingin, bukan karena orangtua kamu." tutur Alfa yang diakhiri dengan senyum menenangkan, dia tahu gadis didepannya ini sedang grogi.
"Kenapa Gus Alfa tiba-tiba melamar Saya? Apa Gus Alfa tidak belajar dari Gus Zein? Saya ini bukan pilihan yang baik."
"saya sudah melamar kamu dari bulan lalu, setelah kamu memutuskan mundur dari Bang Zein."
"Hah?"
"Limaaaa!" lagi-lagi Rey menyahut dengan semangat, membuat Alfa terpaksa menyentil lengan pemuda itu agar tidak berisik.
"Tapi ayah tidak pernah cerita apapun." kata Kinan dengan ekspresi terkejut.
"Saya, ayah dan ibu kamu sama satu tujuan. Tidak ingin membebani kamu, apalagi akhir-akhir kemarin kamu sedang fokus banget mengulangi hafalan dari awal untuk persiapan simaan sebelum khataman. Saya yang meminta ayah kamu untuk tidak bilang dulu sebelum kamu khataman agar kamu fokus. Saya sudah melihat sendiri gimana cerobohnya kamu kalau pikirannya sedang bercabang. Dan saya tidak mempermasalahkan tentang apapun yang kamu anggap perbedaan antara kita itu. Saya yakin kamu tau maksud saya!"
Kinan tersenyum canggung, dia juga menyadari bahwa dirinya memang bisa ceroboh banget kalau sedang banyak pikiran. Dan tentang perbedaan keluarga mereka, Kinan juga tahu banget, selama ini seluruh keluarga ahmad tidak pernah memandang rendah dirinya. Kinan malah heran kenapa Alfa bisa mengerti dirinya padahal selama ini terkesan cuek dan diam.
"Jadi, kamu benar-benar menerima lamaran saya?"
Kinan masih terdiam, sejujurnya dia sendiri juga masih belum mencerna situasi ini dengan baik.
"Mohon maaf Gus.." Kinan menggantungkan kalimatnya lalu menunduk, membuat Alfa harus menahan nafasnya. "...seandainya nanti setelah menikah, saya masih jauh sekali dari harapan Gus Alfa." lanjut Kinan pelan dan semakin menunduk.
Alfa tersenyum lega, walaupun masih ada yang mengganjal di hatinya. Dia tahu Kinan belum sepenuh hati menerimanya, tapi itu bukan salah Kinan. Setidaknya gadis ini mau memberi kesempatan, tugasnya nanti setelah menikah untuk semakin membuat Kinan yakin dan tidak menyesal memilih dirinya sebagai imam.
KAMU SEDANG MEMBACA
7. Pesan Rindu dari Ma'had
De TodoApa yang pertama kali terpikir ketika mendengar kata pesantren? Ngaji terus? Nggak bebas? Nggak gaul? Ketinggalan jaman? Jelas!! Salah besar. Dalam cerita ini kamu akan menemukan banyak cerita rahasia di dalam pesantren, juga banyak cerita tentang k...