🍁37 ~Dendam Pribadi ~

7.2K 742 129
                                    

Selamat menikmati malam pergantian tahun bersama keluarga. 😊

Tidak ada ajaran untuk berdoa khusus di malam tahun baru, karena doa itu tidak terikat waktu dan tempat, bisa dimana saja dan kapan saja.

Maka dari itu boleh ya, author menyelipkan doa bersamaan dengan malam pergantian tahun ini.

Semoga di tahun yang baru, kita semakin menjadi pribadi yang lebih baik dalam beragama maupun bersosial. Semoga Allah memudahkan segala kesulitan, menyembuhkan yang sakit, dan menyegerakan yang baik.

Terimakasih buat segala macam dukungan teman-teman readers semua. Maaf kalau tidak sempat balas semuanya. Dan maaf kalau author masih banyak salah dan kurangnya. 🤗

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

"Lagi ya?" tanya Alfa yang duduk di samping istrinya.

Kinan menatap suaminya dengan wajah memelas. "nanti habis maghrib lagi ya? Bukannya aku nggak suka ngaji Mas, tapi kamu udah baca surat Yusuf tiga kali, terus surat maryam tiga kali juga."

Alfa malah tertawa bahagia melihat istrinya mengeluh. Sehabis dzuhur tadi mereka berdua sudah murojaah dua juz secara estafet, setelah selesai Alfa meminta Kinan untuk menyimaknya membaca surat Yusuf dan Maryam. Seminggu terakhir ini Alfa paling rajin membaca dua surah itu.

"Pegel?" tanya Alfa yang diangguki Kinan. Alfa langsung memindah mushaf dari tangan Kinan ke meja lalu dia berbaring dengan pangkuan Kinan sebagai bantalnya.

Kinan melepas peci Alfa dan langsung mengusap lembut rambut sang suami. Sebelah tangan Alfa terulur ke belakang tubuh Kinan untuk memijit pinggang istrinya, sambil dia mencium perut Kinan.

"Semoga dr. Vivian nggak ada dendam pribadi sama Kak Sean ya!"

"Hah?"

"Dulu itu dr. Vivian saingan berat Kak Sean untuk mendapat hati Kak Dito. Takutnya karena masih ada dendam pribadi jadi dia lampiasin ke kita, dia bohongi kita kalau ada dua kantong janin di hasil usg kemarin."

Kinan malah ngeri sendiri dengan ucapan Alfa, "Mas Alfa sukanya ngatain aku gara-gara kebanyakan baca Novel jadi imajinasinya ngawur, lah sendirinya malah imajinasinya lebih ngawur!"

"Hahah, bercanda doang! Eh tapi aku penasaran banget, cuma pengen tanya aja, maaf kalau nggak berkenan. Kata kamu kan sejak kecil uang jajan pas-pasan, tapi gimana ceritanya novel kamu yang di Salatiga bisa bertumpuk-tumpuk gitu?"

Kinan tertawa, ternyata ada juga yang penasaran. "Dulu ibu suka beliin aku celengan bentuk ayam, terus aku minta lagi satu khusus buat beli buku cerita. Terkadang kalau pas udah terkumpul ya aku beli pas buku itu lagi rilis, tapi kalau pas nggak ada uang ya belinya nabung dulu, dan biasanya itu udah selang lama dari waktu terbit pertama, kan lumayan pasti harganya murah..hehe! Tapi kalau kepepet nggak bisa beli banget ya pinjem ke Rita, terus bacanya ngebut biar cepet di kembaliin. Rita itu temanku, rumahnya belakang rumah ayah persis itu."

"Berarti wawasan kamu luas ya? Soalnya hobi baca!"

Kinan tertawa mendengar ucapan suaminya, itu pertanyaan atau sindiran?

"Wawasan luas kalau yang dibaca buku-buku ilmu pengetahuan, lah aku lho bacanya novel fiksi.. Wawasan kefiksiannya emang luas banget sih!" jawab Kinan masih sambil tertawa.

Alfa tersenyum bangga mendengar cerita sang istri. Bukan tentang kesukaannya pada novel, tapi tentang sifat gigih dan qonaahnya, keadaan yang pas-pasan tidak menghalangi hobinya. Dia juga tidak mudah mengeluh dengan segala kekurangannya, rela bersusah-susah terlebih dahulu sebelum bisa mendapat keinginannya.

7. Pesan Rindu dari Ma'hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang