Rutinitas baru Kinan semenjak resmi menjadi istri Alfa adalah ngaji bareng, atau lebih tepatnya Kinan yang ngaji. Mengingat hafalannya masih sangat jauh dari lanyah karena belum lama dari khatam dia langsung menikah maka dia berniat melancarkan hafalannya pada Sang suami yang jauh lebih dulu menyandang predikat hafidz quran.
Kinan perlahan bisa menghilangkan rasa malu pada Alfa dan dia punya waktu khusus ngaji dengan Alfa. Jika pagi hari dia ke pesantren untuk murojaah dengan Syifa, malam hari dari setelah maghrib dilanjut setelah isya dia murojaah dengan sang suami. Kadang juga gantian Alfa yang ngaji. Kinan selalu kagum saat dia menyimak sang suami, sampai dia bingung dulu gimana caranya Alfa menghafal dan melancarkan hafalannya.
"dulu aku Menghafalnya cuma butuh waktu dua setengah tahun, tapi melanyahkannya bertahun-tahun, bahkan mungkin bisa sampai mati masih merasa kurang. Kuncinya itu murojaah, murojaah dan murojaah. Mau itu juz nya pas yang lancar atau enggak, tetap diulang-ulang terus!" ujar Alfa ketika Kinan selesai murojaah dua juz.
Kinan langsung melepas mukenannya dan duduk di samping suaminya yang sudah duluan memeluk guling.
"Berarti aku salah ya Mas? Soalnya aku kalau pas sampai juz yang ayat-ayatnya rumit terus kepalanya udah puyeng langsung deh nyerah. Akhirnya juznya tambah amburadul."
"Sini dulu dong!" Alfa memindah guling dan merentangkan tangannya agar Kinan menempati posisi guling tadi. Kinan yang memang penurut beringsut menuruti Alfa walaupun malu.
"Justru yang juznya rumit itu yang butuh perhatian khusus. Sering-sering disimakan ke orang lain, karena kalau sendiri pasti nggak ada gregetnya."
Kinan mengangguk pelan, sebenarnya dia paham ucapan Alfa tapi karena posisinya yang begitu dekat dengan Alfa membuat dia harus menahan nafas.
"Kamu kapan selesai setoran hafalan, Mas?" tanya Kinan sambil sedikit menjauh agar bisa bernafas lega tapi gagal karena Alfa malah mengikutinya.
"Alhamdulillah waktu naik kelas 3 Mts, aku udah khatam."
"Terus setelah itu?"
"Ya masih tetap ngaji sampai detik ini."
Kinan manggut-manggut tanda paham dengan cerita Alfa, semakin hari hatinya semakin tertaut pada Alfa, banyak sekali hal baik yang baru dia tau setelah menikah. Tapi bukan berarti tidak ada yang buruk dari Alfa, dia tetap manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan.
Walaupun Sampai hari ini Kinan belum pernah ada masalah besar dengan Alfa, tapi bundanya sudah memberi wejangan padanya bahwa Alfa itu orangnya pengertian dan peduli banget sama orang lain apalagi sama Kinan, tapi Alfa itu tipe keras kepala. Ketika dia sudah punya satu pendirian maka susah baginya menerima masukan dari orang lain. Walaupun wujud keras kepalanya itu adalah diam, tidak membantah tapi juga tidak mengiyakan.
"Sabar ya kalau suatu saat Alfa nyebelin, anaknya itu tipe 'ndableg' soalnya! Ngambekan juga, persis abinya."
Kinan mulai sedikit paham tentang ucapan mertuanya itu, karena kadang juga di beberapa hal kecil terlihat keras kepalanya Alfa.
"Mas Alfa punya majelis simaan?"
"Alhamdulillah ada. Kamu kalau dulu kadang suka nyari-nyari aku--"
"Eh kapan aku nyariin kamu?" potong Kinan karena merasa kalimat Alfa ada yang tidak beres.
"Oh enggak ya? Hahaha. Kirain. Karena waktu itu kamu bilang kalau aku pengangguran dan kadang nggak terlihat beberapa hari, kirain pas aku nggak ada di pondok kamu nyariin karena kangen!" jawab Alfa dengan tingkat kepercayaan diri level sidrotul muntaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
7. Pesan Rindu dari Ma'had
AléatoireApa yang pertama kali terpikir ketika mendengar kata pesantren? Ngaji terus? Nggak bebas? Nggak gaul? Ketinggalan jaman? Jelas!! Salah besar. Dalam cerita ini kamu akan menemukan banyak cerita rahasia di dalam pesantren, juga banyak cerita tentang k...