"Mau ditambahin nggak setorannya? Dua lembar ya?"
Kinan menggeleng dengan sopan, tawaran Ibuk Syifa menyenangkan tapi entah apa yang membuat Kinan menolak.
"Dulu pasti pernah menghafal juz 30 kan? Tinggal ngulang ini sebenarnya!" tawar Syifa lagi pada salah satu santri kesayangannya ini.
Pagi ini Kinan sudah menyelesaikan juz 29 nya, Syifa yakin setoran dua lembar juz 30 itu tidak sulit bagi Kinan, tapi gadisnya Pak Ali ini tetap menolak.
"Kenapa, Kinan?"
"Kinan sambil melancarkan juz sebelumnya Buk, juz 30nya pelan-pelan saja." Jawab Kinan sopan dan pelan.
Syifa akhirnya mengerti dan menyetujui Kinan yang tetap meminta setoran 1 lembar seperti biasanya. Mata Syifa terkunci sebentar, meneliti apa yang terjadi dengan Kinan, akhir-akhir ini dia tidak seceria dan sesemangat biasanya.
Kinan masih duduk sendirian di mushola setelah Syifa pergi. Dia membolak balik lembar terakhir setorannya barusan. Biasanya sebelum beranjak dari mushola dia pasti mengulang setoran terakhirnya 3 sampai 5 kali.
"Kinan! Aku berangkat dulu!"
Kinan menutup qurannya lalu beralih ke Rifah yang sudah rapi.
"Berangkat kuliah? Masih pagi begini? Ngapain Mak?"
"Biasalah Pak Jatmiko, suka banget bikin mahasiswanya kalang kabut!"
"Ya udah sana, hati-hati!"
Rifah masih belum beranjak, sekali lagi dia menatap sahabatnya itu. Sejak kemarin dia merasa ada yang sedang dipikirkan Kinan namun karena kesibukan masing-masing jadi belum ada waktu ngobrol.
"aku nggak apa-apa kalau itu yang bikin kamu tetap belum berangkat!" ujar Kinan sambil tersenyum.
"Yakin? Hari ini kayaknya aku full kuliah, nanti malam kita ngobrol ya!"
"Iya.. Makasih ya!" ucap Kinan tulus. Entah apa arti Kinan buat Rifah, yang jelas Rifah merasa Kinan itu saudaranya. Selama ini dia sering banget dibantuin sama Kinan, curhat, ngerjain tugas, ngingetin ngaji, sampai kadang Kinan juga yang ngambilin jemuran Rifah ketika hujan dan Rifah masih kuliah, sampai kalau Rifah pulang sore baju yang dijemur sudah berubah rapi di lemari. Kalau kadang Rifah sakit, Kinan juga yang setia merawatnya.
Dari Kinan dia belajar banyak, bagaimana tulus dan ikhlas menjalani hidup, bagaimana agar tidak mudah mengeluh walaupun tidak semua hal bisa kita dapat, dan bagaimana caranya agar tetap tersenyum dalam segala keadaan. Bagi Rifah, Kinan itu saudara.
"Sana berangkat, itu udah ditungguin Dini! Titip saudaraku tercinta ya! Yang akur kalian!" bisik Kinan dan langsung mendapat hadiah pukulan dari Rifah.
"matur nuwun!" ujar Rifah. Walaupun satu kampus dan Dini adalah sepupu Kinan, tapi hubungan Rifah dan Dini tidak sebaik dengan Kinan.
Sepeninggalan Rifah, Kinan belum juga beranjak. Dia mengambil book planner dan mencoretkan pena untuk mengungkapkan isi hatinya. Setelah selesai dia sedikit membaca kata-kata motivasi yang ada di buku itu. Siapa gerangan yang sudah kasih dia buku ini dan menyisipkan banyak motivasi, karena sebagian besar motivasi itu bisa membuat Kinan kembali semangat. Sampai saat ini dia masih penasaran dengan pengirimnya.
Keadaan pondok mulai sepi karena sebagian besar santri yang sekolah dan kuliah sudah berangkat. Kinan baru bisa mandi saat semua yang sekolah siap kasihan kalau mereka telat. Kinan mandi dan mencuci bajunya, setelah selesai dia membawa ember ke lantai atas kamar mandi.
Bagian kamar mandi di Pondok di buat dua lantai, yang bawah untuk kamar mandi dan yang atas khusus untuk menjemur baju. Beberapa saat Kinan harus mondar-mandir mencari tempat kosong, jam segini jemuran pasti sudah penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
7. Pesan Rindu dari Ma'had
De TodoApa yang pertama kali terpikir ketika mendengar kata pesantren? Ngaji terus? Nggak bebas? Nggak gaul? Ketinggalan jaman? Jelas!! Salah besar. Dalam cerita ini kamu akan menemukan banyak cerita rahasia di dalam pesantren, juga banyak cerita tentang k...