"Kamu apa kabar, Ay? Terakhir kita ketemu pas nikahan Alfa."
"Alhamdulillah baik Mas!" jawab Ayesha ketika dia sudah duduk di depan Zein, dia juga sempat tersenyum sekilas pada Ridwan yang duduk di samping Zein. "Iya, aku terakhir ke sini juga pas nikahan Alfa itu!"
"Kamu kapan sampai Semarang?"
"Tadi pagi, tidur di hotel sebentar baru kesini."
"Berapa hari di sini? Maaf ya aku ganggu kesibukan kamu!"
"Insyaallah lima harian Mas, besok mulai auditnya sampai tiga hari kedepan terus pengen staycation di sini dua hari. Nggak pengen ngapa-ngapain juga, bener-bener pengen me time mumpung dapat libur, rindu juga sama udara Semarang."
Zein tersenyum tipis, ada sesuatu yang tidak nyaman di hatinya. Ayesha wanita yang selalu tidak sungkan menegaskan keinginannya. Mungkin kalau Ridwan yang dengar, tidak ada yang aneh. Tapi bagi Zein yang sudah mengenal betul sifat Ayesha, gadis itu sedang menjelaskan bahwa selama dua hari liburnya dia sama sekali tidak mau diganggu.
"Nggak ganggu Mas, aku kan yang minta ketemu. Aku juga mau minta maaf, waktu Mas Zein ke Jakarta aku lagi sibuk banget sampai nggak jadi memenuhi undangan ketemunya!" lanjut Ayesha setelah sebelumnya terpotong karena pelayan datang untuk mengantar pesanan.
Sejenak Ayesha terpaku pada minuman yang ada di depannya. Dia belum memesan apapun, tapi sudah ada minuman kesukaannya, dia mengalihkan pandangan ke Zein yang sibuk mengetik sesuatu di hpnya.
"Nggak masalah, waktu itu aku hanya kebetulan ada urusan di sekitar kantor kamu. Jadi siapa tau bisa ngopi sebentar." jawab Zein sambil mengaduk minumannya.
Ridwan yang duduk di samping Zein melirik sekilas Gus kesayangannya itu karena merasa ada yang aneh. Waktu itu dia diajak ke Jakarta oleh Zein, tidak jelas apa tujuannya karena Zein tidak menyebutkan. Tapi Ridwan baru bisa menyimpulkan kedatangan Zein ke Jakarta adalah khusus untuk menemui Ayesha. Mereka berdua menunggu kedatangan Ayesha di sebuah Cafe dari sore hingga malam, dan Zein langsung mengajak Ridwan pulang ketika Ayesha mengabari kalau tidak jadi datang.
Zein tidak pernah menjelaskan apapun yang dia lakukan, namun Ridwan sebagai orang yang selalu diajak Zein kemana-mana bisa menyimpulkan sendiri dari pengamatannya, bahwa Zein itu orang yang sedang berjuang untuk Ayesha. Dibalik sikap ramah Zein sebenarnya jauh di dalam hati Zein ada rasa sakit karena orang yang dia harapkan tidak sejalan dengan dirinya. Setidaknya begitu kesimpulan Ridwan. Dia juga kasihan orang-orang menilai Zein itu pemilih padahal tidak begitu, Ridwan tahu banget.
"Alfa sama Kinan jadi ke sini kan?" tanya Ayesha.
"Insyaallah, mereka udah perjalanan kesini kok. Ngomong-ngomong kenapa kamu mau ketemu mereka?"
"Pengin ketemu aja, waktu nikahan mereka aku nggak sempat ngobrol banyak. Pengin kenal Kinan lebih dekat juga, aku yakin dia wanita yang baik banget sampai menjadi rebutan dua orang sepupu yang terkenal keakrabannya." jawab Ayesha lalu tersenyum.
"Nggak pernah ada yang memperebutkan Kinan. Aku dan Alfa baik-baik saja." sanggah Zein karena memang begitu adanya. Dia dan Alfa merasa tidak pernah memperebutkan Kinan. Waktu itu hanya kesalahpahaman saja, dan semua karena ketidak jelasan hati Zein.
Beberapa saat kemudian terlihat sepasang suami istri memasuki sebuah Cafe yang ada di salah satu Mall pusat kota Semarang. Zein melambaikan tangannya agar Alfa melihat tempat duduknya karena keadaan Cafe kebetulan cukup ramai. Zein sengaja memilih area bebas rokok atas permintaan Alfa.
KAMU SEDANG MEMBACA
7. Pesan Rindu dari Ma'had
DiversosApa yang pertama kali terpikir ketika mendengar kata pesantren? Ngaji terus? Nggak bebas? Nggak gaul? Ketinggalan jaman? Jelas!! Salah besar. Dalam cerita ini kamu akan menemukan banyak cerita rahasia di dalam pesantren, juga banyak cerita tentang k...