🍁20~ Jilbab Hitam Putih ~

4.5K 669 84
                                    

Malam minggu komplek al khodijah disibukkan dengan acara latihan proses khataman. Bagi yang sudah pernah ikut, tinggal mengulang saja tapi bagi santri-santri yang baru jelas ini pengalaman baru.

"Nggak gitu, nanti yang ini deretan khotimat juz 'amma keluar dulu kan baru belakangnya yang khotimat 30 juz nah paling belakang yang agak tinggi panggungnya itu tempat buat khotimah bil ghoib. Ada 6 kan yang bil ghoib? Pas ini di sini." ujar Ulya sambil mengatur posisi santri-santri yang akan khataman.

"Loh katanya yang 6 orang ini keluarnya belakangan, pas udah yang lain selesai bacanya. Terus nanti foto bareng wali dan pengasuh." jawab Sean.

"Ya fotonya belakangan dong Se! Kayak pas kamu dulu, semua baca dulu dari yang kecil sampai yang hafalan baru lanjut doa khotmil quran, nah baru itu nanti yang hafidzah gantian foto barang wali dan pengasuh."

"Astaghfirullah.. pusing aku Mbak Ulya! Aku mau cari Dito dulu!" 

"Ngapain cari Dito, Se?"

"Ya minta obat pusing lah, Mbak!"

"Kalau obat pusing di kantor ada kayaknya Ning!" sahut Rahma.

"Hahah, obat pusingnya peluk dan cium dong bukan tablet!" tutur Sean dengan amat sangat keras dan tidak peduli di depannya ada deretan santri yang lugu nan polos.

"Astagfirullah.. jaga akhlaknya ya ukhti! Ini ada santri-santri yang lugu dan polos. Jangan kau karbit mereka dengan ucapan-ucapan mature-mu!" ujar Ulya dan langsung disambut tawa oleh calon khotimat yang sedang berkumpul di mushola.

"Jangan salah Mbak, santri itu nggak polos ya! Santri itu mah udah mahir dan bijak, tinggal praktik aja kalau udah waktunya. Santri gimana mau polos, orang belajarnya aja dari sumber jelas dan terpercaya!" Jawab Sean dengan jumawa.

"Haha..betul juga. Santri belajarnya dari qurrotul 'uyun ya? Jelas terpercaya langsung dari sumbernya, mantap kamu Se!"

"Memang praktiknya sama Ning dengan yang di kitab?" tanya Rifah dengan polosnya dan langsung mendapat jitakan dari Nur.

"Haha..Rifah! Mau tau banget apa mau tau banget banget?" 

"ah Ning sean mancing-mancing!" protes Rifah dan semakin diledek lah dia sama Sean, salah orang nanyanya.

Hampir seluruh santri yang ada di situ ikut tertawa dengan obrolan itu kecuali Kinan, yang sejak tadi tidak mengeluarkan suaranya, hanya sesekali ikut tertawa itupun bisa dibilang hanya senyuman. 

Ikhlas memang mudah diucapkan tapi sulit dilaksanakan. Kemarin dia baru saja mengambil keputusan yang dia inginkan sendiri, tapi kembali lagi ikhlas itu sulit.

"Kinan habis latihan kita dipanggil ke ndalem sama ibuk!" ujar Rahma ditengah prosesi latihan. Tahun ini mereka berdua tercatat sebagai khotimah bil ghoib alias hafalan 30 juz beserta keempat teman lainnya.

"Iya, Mbak!"

"Kamu kenapa? Sakit ya? Kayaknya dari kemaren lesu banget!"

"Agak nggak enak badan sih Mbak!"

"Pantesan! Ya sudah nanti biar aku aja yang  masuk, nanti aku bilang ke ibuk kamu sakit!"

"Jangan Mbak! Aku nggak apa-apa masih kuat!"

"yakin?"

"Insyaallah!"

Akhirnya Rahma menyetujui Kinan dan mereka berdua langsung bergegas menemui Syifa begitu prosesi latihan selesai.

"sini Rahma sama Kinan!" titah Syifa.

Keduanya langsung duduk di karpet bawah menghadap Syifa dan suaminya. Cukup lama Syifa tidak membuka obrolan, membuat Kinan dan Rahma saling sikut.

7. Pesan Rindu dari Ma'hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang