"Biru dongker Mbak!"
"Ya Jangan, masa biru dongker! Yang terang!"
"Atau Pink? Mustard?"
"He! Mustard udah punya kita Mbak!"
"Ya udah peach!"
"Peach udah pilihan yang santri kecil mbk!"
"Allahu Akbar!" pekik Rahma, setelah tangannya mencubit lengan Kinan karena saking gemesnya.
Siang ini sedang ada rapat paripurna, pengambilan keputusan warna seragam untuk acara khataman yang akan diadakan dua bulan lagi.
Kinan dan Rifah kompak menertawakan Rahma yang benar-benar kacau karena memikirkan usulan warna kain dari banyak orang.
"Gini aja ya teman-teman! Usulan terbanyak tadi udah dapat, nah pakai itu saja kalau ditanyain satu-satu nggak bakalan nemu. Waktu kita tinggal sebentar lagi." kata Rahma berada final dan akhirnya semua setuju.
Rapat yang lebih mirip arisan itu baru selesai dan mendapatkan hasil setelah kurang lebih dua jam berjalan. Dari warna kain seragam masing-masing khotimat, jumlah biaya yang harus dibayar hingga santri yang bertugas mengurusi.
Rifah, Dini dan Via masuk dalam daftar pengurus seragam karena mereka tahun ini tidak ikut khataman.
"kita tutup ya! Terima kasih, Mbak mohon ikhlasnya ya karena kita udah dapat keputusan bersama, sekarang bisa kembali ke aktivitas masing-masing, nanti ba'da Maghrib kita latihan khataman dan katanya nanti ada Ning Sean dan Ning Ulya yang akan nyimak bacaan kita secara langsung!" ujar Rahma di akhir acara dan setelah disetujui, mereka membubarkan diri.
"Kamu kok diam saja daritadi?"
"Aku diem aja Mbak Rahma udah pusing banget begitu apalagi aku ikut ngomong!"
Rifah hanya meringis membenarkan jawaban Kinan.
Setelah rapat selesai, Rahma dan Kinan langsung pergi ke komplek pusat karena Tadi Syifa berpesan agar mereka menyusul.
Sesampainya di komplek pusat, Kinan hanya bisa menunduk mengekor Rahma. Berbeda dengan Rahma yang banyak kenalan dan sering ke sini, Kinan terbilang jarang sekali dan teman seangkatannya dulu juga banyak yang pindah ke komplek khodijah bersamanya.
"Kinan!"
"Iya, Gus!" Jawab Kinan setengah menunduk di depan Zein.
"Mau menemui Tante Syifa?"
"Iya!"
"Nanti setelah selesai urusan dengan Tante bisa kita bicara?"
Kinan sedikit mengangkat kepalanya untuk memperjelas Ucapan Zein tadi.
"Nanti saya tunggu di warung soto dekat pertigaan, saya sama Ridwan dan kamu ajak Rahma!" kata Zein lagi bermaksud menjawab keraguan Kinan.
"Insyaallah, Gus!"
Kinan langsung menyusul Rahma yang sudah sibuk membantu Syifa. Tidak lama, mereka berdua hanya disuruh mengambil makanan sisa acara dan dibagikan ke santri-santri yang lain.
Sesudahnya, Kinan dan Rahma menuju warung soto tempat janjian Kinan dan Zein."Silahkan, mau pesan apa?" tawar Zein ketika dua santri dari komplek khodijah itu sampai.
"Nggak usah Gus, terimakasih. Kita sebentar saja ya! Saya pamit ke toilet, silahkan kalau Gus Zein ada yang ingin disampaikan, tapi setelah saya selesai dari toilet saya bawa pulang teman saya!" ujar Rahma tegas pada Zein dan lelaki itu cukup kagum dengan kedisiplinan Rahma, nggak heran kalau Om dan tantenya yang mengasuh di khodijah sangat percaya padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
7. Pesan Rindu dari Ma'had
AcakApa yang pertama kali terpikir ketika mendengar kata pesantren? Ngaji terus? Nggak bebas? Nggak gaul? Ketinggalan jaman? Jelas!! Salah besar. Dalam cerita ini kamu akan menemukan banyak cerita rahasia di dalam pesantren, juga banyak cerita tentang k...