🍁33~ Alfa dan Kinan ~

5.4K 712 73
                                    

"Alfa nggak turun dulu?"

"Nggak Ibuk, Mas Alfanya mau ke restoran sebentar."

"Lha terus nanti bisa ikut acara di rumah Bude Sheila nggak?"

"Insyaallah bisa, katanya cuma sebentar kok!"

Syifa mengangguk paham lalu berdua menuju ruang tengah, Kinan mulai murojaah satu juz an dengan mertuanya.

Ngaji kali ini Kinan membutuhkan waktu sedikit lebih lama dari biasanya karena berulang kali Syifa memintanya mengulangi ayat yang belum lancar.

"Ibu kamu gimana, udah sehat?" tanya Syifa setelah satu setengah jam kemudian selesai menyimak Kinan ngaji.

"Alhamdulillah, sudah ibuk!"

Syifa memperhatikan menantunya ini cukup lama, Kinan sedang fokus menata barang yang akan dibawa ke rumah Sheila jadi tidak sadar kalau mertuanya sedang memperhatikannya.

"Kinan!"

"Nggih, Ibuk?"

"Anak Bunda bikin masalah?"

"Hah?"

Kinan langsung berusaha tersenyum, apa segitu kelihatannya kalau dia banyak pikiran sampai sang mertua curiga.

"Maafin anak Bunda ya, Alfa itu persis banget sama abi, sekalinya nyebelin ya nyebelin banget. Mereka berdua itu gampang-gampang susah orangnya, kalau kamu ada yang mengganjal di hati sampaikan aja, Alfa itu lebih suka kalau ditegur langsung daripada cuma didiemin tapi nggak selesai-selesai masalahnya."

Syifa mengakhiri kalimatnya dengan senyuman dan usapan di punggung Kinan. Dia juga sadar tidak mudah menjadi Kinan, yang langsung harus menyesuaikan kehidupan Alfa, apalagi pernah gagal menikah dengan sepupu Alfa sendiri.

"Terimakasih Ibuk, insyaallah Kinan dan Mas Alfa baik."

Syifa tetap mempercayai ucapan Kinan, mereka berdua sudah dewasa dan tidak sepantasnya Syifa sebagai orangtua ikut campur terlalu banyak.

Kinan selesai membantu mertuanya, sambil menunggu Alfa datang dia main ke pondok, kangen juga sudah lama tidak tidur di Pondok. Jam sekolah begini sudah pasti pondok sepi, dia menemui Nur yang kebetulan sedang santai.

Kinan terlebih dahulu memberikan bebespa bungkus camilan yang sengaja dia siapkan tadi, ada yang khusus buat Rifah dan Dini juga.

"Kenapa Bu Nyai, kok kayak suntuk?" tanya Nur

"Eh manggilnya kok nggak enak!" jawab Kinan sambil tertawa pelan. "Emang wajahku kelihatan gimana sih Mbak? Tadi Ibuk juga tanya." lanjut Kinan.

"Kamu itu orangnya nggak pernah berhenti senyum, ya pasti kelihatan kalau suntuk. Kenapa Ning?"

Kinan masih menimbang jadikah dia melakukan rencana yang sudah dia susun. Sebenarnya dia berniat tabayun ke Dini tentang ucapan ibunya kemarin.

"Ada kabar apa gitu nggak mbak tentang aku di sini?"

Nur menutup kitab yang sedang dia baca tadi, lalu beralih menatap Kinan, "sebenarnya dari kemarin aku dan Rifah pengin ngobrol sama kamu, tapi kemarin kamu kesini cuma sebentar."

"Ada apa Mbak?"

"Emang lagi ada sesuatu yang nggak enak didengar, awalnya aku sama Rifah nggak pengin kasih tau kamu, tapi kayaknya tetap harus dikasih tahu."

"tentang aku?"

Nur mengangguk, "Tapi kamu nggak usah kepikiran, kalau nurutin omongan orang itu pasti nggak ada habisnya. Yang jalanin kamu sendiri, bukan mereka."

7. Pesan Rindu dari Ma'hadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang