Bab 01 - Bayang-Bayang Masa Kecilku

202 10 0
                                    

Aku kembali memikirkan tentang masa kecilku. Tahun-tahun yang telah berlalu. Ingatan yang perlahan memudar oleh waktu.
Anehnya, beberapa luka masih terasa basah. Beberapa kenangan masih menetap, seolah diriku berhenti pada masa itu.




Pandanganku bergulir pada beberapa bingkai foto yang berjejer rapi di meja. Tempat di mana aku mengabadikan setiap momen yang tidak akan pernah terulang ke dalam lensa kamera. Fokusku tertuju pada satu foto yang dibalut bingkai berwarna perak, foto yang paling usang di antara deretan foto lainnya. Tanganku terulur pelan, membelai bingkai foto dengan perasaan tak keruan. Sebuah senyum bahagia dari seorang gadis berusia delapan tahun yang diapit oleh pria dan wanita berusia separuh abad, berlatar sebuah taman bermain—mengusik sesuatu dalam diriku. Perasaan rindu yang begitu dalam, menyeruak perlahan. Mendobrak pintu yang lama tertutup rapat.

Kilasan ingatan berputar dalam kepalaku bagai rol film yang memutarkan ulang kejadian masa lalu dengan begitu jelasnya. Bagian dari ingatan yang sempat terlupakan dan nyaris memudar seiring waktu, malam ini segalanya terasa seperti kembali terulang di depan mata. Jika waktu kembali di putar mundur, aku ingin mengulang, setidaknya sekali saja, aku ingin kembali pada saat foto ini diambil dua puluh tahun lalu, di taman hiburan yang sama, pada momen yang sama. Momen yang paling kurindukan dalam hidup. Bagian dari sebuah proses perjalanan yang mungkin sempat terlupakan; sebuah titik awal.



Namaku Rinjani Nareswara. Ayah mengatakan, nama panggilanku berasal dari Bahasa Sansekerta yang mengartikan hasrat membara, sementara Nareswara dari Bahasa Jawa yang mengartikan bijaksana. Mungkin, Ayah berharap aku akan tumbuh menjadi seseorang yang bertekad besar dan bijaksana. Nyatanya, aku mudah pesimis dan kehilangan arah. Aku lahir di salah satu rumah sakit swasta di Surakarta pada hari Senin bulan Agustus tahun 1996 dengan berat sekitar 3,1 kg. Aku tumbuh sebagai gadis biasa yang dibesarkan dari keluarga sederhana. Memiliki satu orang kakak perempuan yang terpaut usia delapan belas tahun dariku dan seorang kakak laki-laki yang terpaut usia lima belas tahun denganku. Ibu melahirkanku ketika dia sudah berusia senja, itulah yang membuat jarak usiaku dengan kedua kakakku terpaut begitu jauh.

Kedua orang tuaku bukan orang yang berpendidikan tinggi. Ayah hanya seorang lulusan SD, sedangkan Ibu terlahir dari keluarga yang begitu miskin, hanya bisa mengenyam pendidikan sampai di tingkat kelas satu SD. Ibu merupakan anak tertua di keluarganya, ia harus putus sekolah dan menjadi tulang punggung untuk keempat adiknya yang masih kecil saat Kakek meninggal. Sementara Ayah terlahir dari keluarga dengan ekonomi yang lebih baik dari Ibu, ia memiliki seorang kakak laki-laki yang terpaut usia tiga tahun dengannya. Nenek dan Kakek menjalankan toko kelontong yang penghasilannya cukup untuk mengirim Ayah dan kakaknya ke sekolah, sampai akhirnya Nenek jatuh sakit dan usaha mereka harus ditutup untuk membayar pengobatan. Lalu di tahun yang sama, Nenek meninggal saat Ayah berusia dua belas tahun.

Memiliki orang tua yang tidak berpendidikan tinggi dan seorang Ibu yang buta huruf, tak ada banyak hal yang bisa mereka ajarkan padaku untuk membaca dan menulis saat memasuki jenjang TK. Beruntungnya, Ayah yang tidak buta huruf sesekali meluangkan waktu disela pekerjaannya untuk membantuku belajar membaca dan mengajariku matematika dasar. Sementara Ibu hanya akan menungguku belajar dan menyiapkan camilan, mengamatiku belajar dengan berbagai macam nasihat dan harapannya untukku. Memasuki kelas satu SD, aku sudah harus bisa mandiri dan mengurus semua hal yang berkaitan dengan sekolah. Setiap hari aku akan mengecek PR-ku lalu menyiapkan buku pelajaran untuk keesokan harinya. Ketika aku kesulitan mengerjakan PR, aku akan mengatakan pada Ayah untuk mencarikanku guru les. Ayah menyanggupinya karena menyadari bahwa mereka tidak bisa banyak membantuku mengenai tugas sekolah.

YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang