22. Getting Worse

53.7K 7.3K 786
                                    

Pagi hari yang cerah.

Si bungsu dari 7 bersaudara itu bangun bersakaan dengan matahari yang mulai masuk melalui celah kamarnya.

Jisung sedikit meringis ketika pipinya terasa sedikit perih karena pukulan Mark semalam.

Jisung segera membersihkan dirinya dan bersiap pergi ke sekolah.

Di kamar Mark, lelaki itu masih terduduk sambil melamun.

Renjun menghampirimu semalam tepat setelah dia mengurung Jisung di gudang.

"Hyung! Jangan seperti ini!"

"Mwo?! Lantas aku harus bagaimana?!!"

"Dia tetap adikmu! Kau tahu sendiri jika Jisung sangat takut loteng rumah kita!!!"

"Aku tidak sudi menganggapnya adikku! Kenapa?! Kau sudah mulai berhenti membencinya?!!!"

"Tetap saja aku tak tega melihatnya berteriak ketakutan seperti itu!!!!"

"LANTAS AKU HARUS BAGAIMANA?!!!!"

Mark menghela nafasnya lelah. Dia memijat pangkal hidungnya untuk mengurangi sedikit rasa pusing.

Mark tidak bisa tidur semalaman. Dia benar benar frustasi dan lelah, tampak kantung mata yang sangat besar di bawah mata lelaki itu.

Tok tok tok!

Jaemin mengetuk pintu kamar Jisung pelan. Menghentikan aktivitas Jisung yang sedang memasukkan buku bukunya ke dalam tas.

"Jisung~ah, makan." Ucap Jaemin pelan, tanpa membuka pintu kamar Jisung.

"Aku tidak lapar."

Cek lek!

Pintu kamar Jisung terbuka, menampilkan Jaemin dengan tatapan dinginnya.

"Makan."

Jisung menggeleng pelan sambil mengambil tasnya. Dia lantas berjalan melewati Jaemin.

"Yakk! Kau mau kemana?!!!" Panggil Jaemin ketika melihat adik bungsunya itu berlalu pergi meninggalkan rumah.

Renjun yang melihat Jisung turun dari atas lantas mencegah adik bungsunya itu pergi.

"Aku tak akan mengizinkanmu pergi sekolah, kalau kau tak menurutku kali ini."

Jisung menatap kakaknya itu sebentar, lantas di hendak pergi. Namun Renjun tetap bersikeras mencegah adik bungsunya itu pergi.

Bukan apa apa, Renjun sudah sangat jarang melihat Jisung makan setahun belakangan ini. Dia juga mulai sadar jika wajah Jisung memucat dan tubuhnya semakin kurus.

"Aku tak selera makan." Lirih Jisung pelan.

Jisung lantas kembali melanjutkan langkahnya menuju sekolah, dia abaikan panggilan Renjun yang terus memanggil manggil dirinya.

Jujur, Jisung sangat senang saat Renjun memaksa dia untuk makan, dan mencegahnya pergi ke sekolah.

Tapi Jisung tak ingin berharap lebih. Dia tahu jika semua sikap Renjun padanya hanya bentuk bualan yang sebenarnya tak terlalu ingin dilakukan oleh Renjun sendiri.

Jisung berjalan di trotoar seorang diri, soalnya hujan turun deras kala itu. Banyak orang yang mulai berteduh agar dirinya tak kebasahan.

Tapi Jisung tak peduli, dia terus berjalan dengan langkah gontai dan tatapan kosong.

Sampai sampai dia tak tahu jika di depannya sudah ada sekelompok anak berandal dari sekolah lain yang selalu mengusiknya.

Semua berawal dari sebuah olimpiade, Jisung memenangkan olimpiade itu dan membuat sekolah lain kalah telak. Hal itu yang membuat mereka membenci Jisung, dn selalu mengganggu lelaki itu.

My Everything || NCT dream [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang