17. Blamed Again

48.3K 7K 1.4K
                                    

Sudah sekitar 2 minggu Jisung menginap di rumah neneknya itu.

Sudah 2 minggu pula, si bungsu itu sibuk merawat sang nenek dengan tulus.

Pada awalnya, sang nenek hanya terus memaki makin, memukul dan mencakar dirinya tanpa ampun. Tapi lama kelamaan, tingkah sang nenek mulai perlahan berhenti, dan hanya pasrah ketika Jisung menyuruhnya minum obat.

Hari ini, Jisung berlari memasuki rumah mewah itu. Dia segera ke kamar dan meletakkan tasnya, lantas pergi je dapur untuk mengambil makan siang sang nenek.

Tok tok tok!

Jisung masuk dengan nampan berisikan bubur yang biasa neneknya makan.

"Halmeoni, waktunya makan...." Ucap Jisung sambil meletakkan bubur itu di nakas.

Sang nenek yang tertidur lantas membuka matanya.

Jisung mengambil bubur itu dan mengaduknya perlahan agar cepat dingin.

Sang nenek hanya pasrah sambil terus menatap cucunya yang sibuk meniuo bubur untuknya itu.

"Buka mulutnya, aaaaaa" Satu suapan masuk ke dalam mulut neneknya.

Jisung tersenyum puas dan kembali mengaduk bubur itu.

Sang nenek teringat saat Jisung kecil dulu. Dia sangat rewel ketika sakit, meski Sang nenek sudah berusaha menyuapinya makan, tetap saja dia keras kepala dan rewel.

Tapi lihatlah, sekarang Jisung sudah besar dan dewasa. Tak ada lagi Jisung yang rewel dan nakal itu.

"Lagi, ya?" Ucap Jisung.

Sang nenek hanya menganggukkan kepala sambil memakan sesuap lagi.

Setelah selsai makan, Jisung merapikan tempat tidur neneknya agar Sang nenek nyaman untuk tidur.

"Halmeoni tidur saja, Jisung akan disini."

"Jisung~ah...." Panggil Sang nenek pelan.

"Hmm? Halmeoni butuh sesuatu?"

Sang nenek hanya menggelengkan kepala.

"Kenapa kau melakukan ini?"

"Melakukan apa?"

"Merawatku, menemaniku, menyuapiku, semua yang kulakukan padamu saat kau kecil dulu..."

Jisung tersenyum tipis, lantas mengusap tangan keriput neneknya itu.

"Aku melakukannya bukan untuk mendapat maaf darimu. Aku melakukannya karena-"

"Kau tahu penyakit ku, kan?"

Jisung terdiam sebentar saat mendengar suara lemah neneknya. Dia lantas mengangguk pelan.

"Tentu kau senang karena sebentar lagi aku akan mati."

"Aku juga mengalami hal yang sama."

Sang nenek membeku di tempat ketika mendengar Jisung berbicara.

"Apa maksudmu?"

"Tumor itu... Aku juga punya..."

"Kau terkena tumor otak juga?"

Jisung mengangguk pelan.
"Mungkin penyakit itu menurun padaku...."

Jisung segera memasang tampang baik baik saja sambil tersenyum merekah seolah tak ada apa apa.
"Tapi tumor itu masih kecil, nanti juga akan hilang sendiri...."

"Sudah kemo?"

"Aku tidak mau."

"Wae?"

My Everything || NCT dream [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang