Mark dan kelima adiknya sedang menunggu Jisung di cepat ruang ICU dengan wajah tegang dan perasaan yang begitu ketakutan.
Terutama Mark yang hanya bisa terduduk sambil memandang lantai dengan tatapan kosong, meski begitu airmatanya tetap mengalir deras membasahi pipinya.
"Bukankah kita sangat jahat?" Lirih Renjun.
"Apa kalian tahu? Jika bukan karena Jisung, maka kita tak akan bisa hidup sampai saat ini...." Sambung Renjun lagi.
Renjun mengjela nafas sambil mencoba setenang mungkin, lelaki itu berusaha menahan tangisnya yang hampir pecah.
"Waktu mobil kita masuk ke dalam jurang, Kita semua tak sadarkan diri. Hanya Jisung yang masih terbangun, dia berusaha membuka pintu dan mengeluarkan kita satu persatu meski tubuhnya sedang terjepit. Aku saat itu sempat bangun dan memperhatikan dia yang mengekuarkan kita satu persatu, dia bahkan lupa mengeluarkan dirinya sendiri dan jatuh ke dasar jurang bersama mobil kita." Jelas Renjun panjang lebar.
Terdengar isakan Chenle disana, dia benar benar frustasi saat ini. Bayangan dimana Jisung menangis seorang diri saat camp sekolah berputar kembali di pikirannya.
"Sejak saat itu, aku mencoba untuk memaafkan Jisung. Tapi ternyata tak semudah yang aku pikirkan, kebencian itu terus kembali tersulut... Aku tak tahu harus bagaimana..." Renjun menangis, tubuhnya merosot ke lantai. Tangisnya tak bisa lagi dia tahan.
"Kita selalu memukulinya... Hiks... Kita menyalahkannya hanya karena masalah sepele... Kita hanya memikirkan diri kita sendiri tanpa sadar bahwa Jisung juga terluka! Bukan hanya kita yang merasa kehilangan! Tapi Jisung juga kehilangan!" Ucap Renjun disela tangisnya.
"Jisung selalu menyembunyikan fakta kalau dia terkena asma, aku benar benar kesal saat tahu hal itu. Namun aku sadar, alasan dia menyembunyikan hal itu adalah karena kita yang pasti tak akan peduli padanya..."
Mark memukul kepalanya sambil terus menangis. Dia benar benar sangat bodoh karena tak tahu apa apa mengenai adik bungsunya itu.
Tangis Jaemin pecah saat itu juga. Dia menangis sekeras mungkin, sementara Jeni sedang memeluknya sambil berusaha menenangkan kembarannya itu, meski Jeno juga tak bisa menahan tangisnya lagi.
"Jisung sendirian.... Dia tak punya siapapun untuk diajak cerita. Setiap hari, dia hanya bisa mengutuk dirinya karena membawa kesiapan bagi kita...."
"Jebal..... Maafkan dia..." Lirih Renjun.
Mark lantas berdiri, dan memeluk Renjun rlerat. Dia menangis dipelukanmu adiknya itu.
"Aku memaafkannya...." Bisik Mark.
Tangsi Renjun semakin kencang, dia membakas pelukan Mark sambil tak henti hentinya berterima kasih.
Haechan mengusap air matanya kasar. Dia sadar, dia tak berhak menyalahkan Jisung karena mencoba membunuh dirinya sendiri.
Wajar jika Jisung mencoba membunuh dirinya sendiri dengan berbagai cara, menggantung dirinya, keminuk banyak obat antidepresan, menjatuhkan dirinya diatas gedung, mogok makan, semua itu wajar Jisung lakukan.
Dia sudah sangat terluka.
Rasanya tak ada lagi yang bisa dia perjuangkan.
Selama 8 tahun hidup seperti itu...
Apakah ada yang tahan?
Jika Haechan menjadi Jisung, mungkin dia sudah bunuh diri sejak lama.
Cek lek!
Dokter keluar dari ruangan ICU dengan wajah yang cukup lelah.
"Keluarga Jisung?" Tanyanya.
Mereka semua mengangguk.
"Kami hyung nya...." Jawab Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Everything || NCT dream [SUDAH TERBIT]
Fanfic"Markeu hyung, Jisung mau tanya..." "Mau tanya apa?" "Jisung ingin buat puisi tentang saudara, tapi saem menyuruh untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa inggris. Jisung, kan sangat sayang sama hyung. Hyung itu segalanya bagi Jisung. Ohh! Segalanya b...