1 tahun kemudian.....Tak ada yang berubah dari kehidupan 7 bersaudara itu. Semuanya masih sama dengan urusannya masing masing.
Begitu pula dengan Mark dan Renjun yang semakin sibuk dengan cabang perusahaannya yang lain.
Atau si kembar yang sibuk karena mulai berada di semester akhir dan mempersiapkan diri untuk skripsi mereka nanti.
Atau Haechan yang mencoba membuka bisnis baru sambil kuliah. Setahun cukup untuknya beranjak dewasa dan mulai tak sejati dulu lagi.
Atau Chenle yang kini masuk universitas cabang olahraga dan lulus untuk menjadi tim ini basket universitas itu bersama teman temannya semasa sekolah dulu.
Hanya kehidupan Jisung yang masih sama seperti dulu. Dia kini berada di kelas 3 sekolah menengah akhir. Sendirian, dan tak punya teman.
Junhyung pindah ke kota lain. Dan selebihnya tak ada kabar apapun, lelaki itu lenyap bagaikan tak pernah muncul di sekolah itu. Menyisakan Jisung yang masih sendirian.
Kebencian itu semakin bertambah besar. Tak jarang, Jisung mendapat kekerasan yang lebih parah dari sebelumnya. Tapi tak apa, setahun cukup untuk membuat Jisung kebal dengan semua itu. Tatapan dendam, ucapan menyakitkan, setiap pukulan, semuanya sudah menjadi makanan Jisung sehari sehari.
Penyakit Jisung tentu semakin bertambah parah. Baik asma maupun tumornya. Hanya saja, Jisung adalah anak yang pandai mengendalikan raut wajahnya. Tak pernah sekalipun mereka mengetahui tentang penyakit adiknya itu.
Jisung tak pernah melakukan check up ke rumah sakit. Menurutnya, dia lebih baik menunggu saat saat kematiannya saja, ke rumah sakit sekali sebulan hanya untuk check up terlalu meyulitkan menurutnya.
Jisung semakin tinggi, semakin besar, dan semakin dewasa sebelum waktunya.
Kehidupan yang keras dan penuh kebencian membentuknya menjadi sosok lelaki dingin dan pendiam. Jisung menjadi sangat introvert, dan tak mau tahu dengan yang namanya teman baru.
Liburan hanya dihabiskannya dengan berada di kamar. Hanya sesekali keluar apabila dia merasa lapar atau haus.
Seperti saat ini. Jisung dengan duduk melamun di atas kasurnya dengan pandangan kosong menatap jendela kamar. Pikirannya jenuh dengan pelajaran yang semakin sulit.
Hanya ada Jisung di rumah mewah itu. Semua saudaranya tengah pergi ke pameran seni Renjun. Meski Renjun sibuk dengan perusahaan, Mark tahu jika bakat adiknya itu tak bisa lagi disembunyikan.
Mungkin para pembisnis dan rekan perusahaan akan tertarik dengan seni yang Renjun ciptakan.
Sementara si bungsu tinggal sendirian di rumah. Tak tertarik dengan yang namanya keramaian.
Tak ada lagi Jisung yang selalu tersenyum manis. Jisung bahkan tak pernah lagi tersenyum selama setahun ini. Dia juga sangat pendiam, dan hanya menurut perintah kakaknya tanpa menjawab pertanyaan yang mereka lontarkan.
Kini Jisung hanya bisa termenunga sendirian. Dia tak tahu harus melakukan apa.
Jisung lantas memutuskan untuk pergi ke rumah pohon yang biasa dia datangi seorang diri.
Rumah pohon tersebut sudah semakin tua, namun masih kokoh untuk tetap ada disana. Jisung menaiki tangga gantung itu tanpa ragu dan duduk di rumah pohonnya.
Dia cukup senang, karena bisa mengalahkan salah satu ketakutannya.
Jisung takut pada darah, tapi sekarang mungkin sudah tidak lagi. Dia sudah cukup terbiasa dengan yang namanya darah. Karena pasti ada saja darah yang mengalir di hidungnya setiap hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Everything || NCT dream [SUDAH TERBIT]
Fiksi Penggemar"Markeu hyung, Jisung mau tanya..." "Mau tanya apa?" "Jisung ingin buat puisi tentang saudara, tapi saem menyuruh untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa inggris. Jisung, kan sangat sayang sama hyung. Hyung itu segalanya bagi Jisung. Ohh! Segalanya b...