Seorang lelaki dengan pakaian pasien rumah sakit jiwa tengah berjalan dengan langkah pelan ke arah sebuah rumah pohon tua di pinggiran kota.
Wajahnya berantakan dan sangat kusut, dengan kantung mata hitam yang teramat besar dibawah kelopak matanya.
Dia meletakkan sebuah amplop kecil, 7 buah gelang, sebuah lukisan, dan sebuah album besar di dalam rumah pohon itu.
Lantas, dia lalu mengambil tali dan mengikatkan simpul pada tali itu di langit langit rumah pohon.
Dan.
Menggantungkan dirinya sendiri disana.
Renjun menggenggam tangan Mark dengan erat sambil bercucuran air mata, meski begitu, bibinya tetap tersenyum sambil menatap lekat kakak sulungnya itu.
"Andwae Renjun~ah, hyung tidak bisa kehilangan satu lagi..." Lirih Mark sambil terus menangis.
Renjun menggeleng.
"Kau tidak akan kehilangan.... Satu... Lagi..."Ya, Renjun tengah sekarat.
Karena kanker stadium akhir yang dia derita.
3 tahun setelah kematian Jisung.
Mark dan yang lain menangis terisak. Bayangan kematian Jisung terlintas lagi di pikiran mereka.
"Aku senang...." Ucap Renjun.
"Karena Tuhan juga membagi rasa sakit Jisung padaku..."
"Aku sekarang tahu...."
"Bagaimana sakit dan menderitanya dia..."
"Karena aku sudah merasakannya...."
Renjun menunjuk sebuah lukisan di sudut ruangan rumah sakit itu. Lukisan terakhir yang dia lukis dengan keadaan yang tengah sakit parah.
Renjun tersenyum bahagia melihat hasil lukisan itu.
"Jaga lukisan itu baik baik, ya?"
Setelah mengucapkan itu,
Renjun menutup matanya.
Dan menyusul Jisung diatas sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Everything || NCT dream [SUDAH TERBIT]
Fanfiction"Markeu hyung, Jisung mau tanya..." "Mau tanya apa?" "Jisung ingin buat puisi tentang saudara, tapi saem menyuruh untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa inggris. Jisung, kan sangat sayang sama hyung. Hyung itu segalanya bagi Jisung. Ohh! Segalanya b...