-15. Mulai Berbeda

225 22 2
                                    

Bel pulang bergemang, semua murid berhamburan menuju parkiran.

Saat Zahra ingin berjalan menuju parkiran, tak sengaja ia melihat Indy, sedang menunggu seseorang.

Dengan niat hati, ia berjalan ke arah Indy, kagetnya ia melihat Deven di sana, berdua dengan Indy, lantas kemana sahabatnya?

"CEMUT MUT!" panggil Rangga. Zahra menatap heran Rangga, mengapa ia di sini?

"Lo kok di sini?" Zahra menatap bingung Rangga, begitu juga Rangga yang heran dengan Zahra.

"Gue baru keluar kelas, Reza sama Kevin juga. Lo nyari Deven? Deven pulang sama Indy" ucap Rangga.

"Loh? Kita beda SMA tapi kok bisa pulang bareng?" Zahra dibuat bingung hari ini.

"Cemut, dengerin gue, SMA Nusa Bhakti tadi kan masih di sini, mereka pada ngumpul di kelas IPS" jawab Rangga.

"Deven mau pulang sama Indy?" gumam Zahra. Rangga melihat ke arah Zahra yang nampak sedih.

"Cemut, kok sedih? Jangan gitu dong, nanti Rangga yang gantengnya melebihi Jaemin NCT juga sedih nih" Rangga memanyunkan bibirnya.

"Ih, lo kok PD-nya tingkat dewa sih, masih ganteng Jaemin lah" Zahra mencubit lengan Rangga.

"Iya deh, btw dimana temen temen lo?" tanya Rangga. "Udah gue suruh duluan" Rangga kini menjadi sedih, pasalnya ia ingin pulang bersama Eliza.

"Kenapa? Eliza? Lebay lo" Zahra tertawa melihat Rangga. "Giliran gue yang sedih aja di ketawain, untung imut" Rangga tetap memanyunkan bibirnya.

Zahra kembali menatap Deven dan Indy, benar benar rapuh kali ini, ternyata ini yang Gladis rasakan? Namun tidak, Zahra tetaplah Zahra. Serapuh apapun, ia harus terlihat kuat tanpa menyakiti orang yang merapuhkan hatinya.

Zahra memesan taxi online. Tak lama taxi sudah terparkir di depan gerbang sekolah. Dengan berat hati, ia harus melewati Deven dan Indy.

"Kalo gitu, gue pulang ya, bye, next time gue biarin Eliza pulang sama lo" Tak lama mata Rangga berbinar. "Siap cemut!" Rangga berdiri tegak dengan tangan membentuk hormat.

Zahra berlari ke arah gerbang. Ia berhenti sejenak, melirik Deven dan Indy.

"Zahra, mau pulang? Hati hati ya!" ucap Indy dengan tersenyum. Deven yang mendengar nama Zahra pun melihat ke arah Zahra.

Awalnya Zahra memasang muka datarnya pada Indy, bahkan Deven heran melihat Zahra dengan wajah datarnya.

Namun tak lama Zahra tersenyum simpul, keheranan Deven kini hilang, namun aneh, biasanya jika Zahra bertemu dengannya, ia akan bersikap konyol dahulu sebelum pulang.

Beda kali ini, Zahra hanya tersenyum dan berlari ke dalam taxi, tanpa mengeluarkan sepatah kata.

"Indy yakin mau pulang bareng kita?" tanya Kevin. "Iya, kaki gue masih sakit, gara gara kesandung tadi" ucap Indy.

Mereka mengangguk, sahabat Deven mengerti persaan Zahra. Sebenarnya Zahra cemburu melihat Deven dengan Indy, namun mereka memilih diam, ada saatnya Deven tau.

°°°

Zahra memasuki kamarnya dengan tatapan kosong. Mama yang dan Bibi juga bingung melihat tingkah aneh Zahra.

Zahra membuka pintu balkonnya, mendudukkan dirinya dikursi balkon.

"Mendung, pantes hati gue ikutan mendung, gelap" Zahra tersenyum pahit.

"Baru kemarin gue bisa bikin dia peka, tapi sekarang, udah ada yang lain" Zahra melihat kanan kiri, memang mendung, gelap gulita.

"Nak" panggil wanita paruh baya, yang tak lain adalah Mama. Mama mendekati Zahra dan mengusap pelan rambut Zahra.

DEVEN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang