-11. Maaf Eliza

258 20 0
                                    

Sore kini telah menjadi malam, di mana Deven Alvaro Ardean sedang berada di kamarnya.

Memainkan handphonenya sambil duduk di atas kasur. Saat asik bermain dengan ponselnya, tiba tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.

Deven melirik ke arah pintu, dengan alis yang sedikit melengkung ke bawah.

"Masuk!" pinta Deven, dari dalam kamarnya dan mengalihkan kembali pandangannya ke arah ponselnya.

Seorang lelaki mengintip dari balik pintu, melirik dan menengok ke kanan dan ke kiri.

Deven masih tak melihat ke arah pintu, dan tak sadar siapa yang datang.

"Gue gak ganggu nih?" ucap seorang lelaki, membuat Deven menyipitkan matanya, dan mematikan ponselnya dan menaruhnya secara perlahan.

Deven menengok ke arah pintu, membulatkan matanya, melihat kalo laki laki itu adalah Gibran. Masih ingat?

Gibran menutup pintu secara perlahan, dan berjalan ke atas kasur milik Deven.

"Main hp mulu, sampe gue dateng gak dipeduliin, hmm jahat" Gibran menunjukkan wajah sedihnya. Membuat Deven sedikit jijik.

"Lo sendirian?" tanya Gibran, yang dari tadi sibuk melihat sekeliling kamar Deven, hijau? Warna favorite Deven memang.

"Ayah? Bunda?" tanya balik Deven pada Gibran. "Ga ada tuh, mungkin keluar?" ucap Gibran.

Deven menaikkan bahunya. "Masih aja kaya gini, lagian sama gue, masa lo dingin banget" Gibran memajukan bibirnya.

"Oh iya, tadi itu pas di mall, itu temen lo? Atau gebetan lo?" Gibran merangkul pundak Deven.

"Temen" Deven kembali memainkan ponselnya. "Masa? Ga bohong?" Deven mengangguk.

Gibran menaikkan bahunya, dan ikut mengeluarkan ponselnya.

"Minta line chatnya siapa tadi? Emm... Zahra ya?" ucap Gibran sembari mengingat nama Zahra.

Entah kenapa, rasanya Deven tak rela membagikan line chat Zahra para Gibran, namun Deven membuang rasa itu jauh jauh.

"Kok lo diem aja?" Gibran menepuk pundak Deven, membuat Deven terkejut. "Weh, santai aja dong bro, kenapa sih? Gak boleh? Kalo gak boleh gak papa nih" ucap Gibran meledek.

"Boleh!" ucap Deven dengan cepat. "Sini hp lo" Deven memberikan hpnya, walau rasanya ada yang mengganjal dihatinya.

Gibran menaruh line chat Zahra di ponselnya, dan memberikan kembali hp ke sang pemilik.

"Makasih" Gibran mengacak rambut Deven. Hal yang sangat di benci.

Gibran menyimpan line Zahra. Deven kembali memainkan hpnya, begitu juga Gibran.

"Tenang, gue gak bakal rebut Zahra dari adik kesayangan gue ini" ucap Gibran. Seketika hati Deven menjadi lebih enteng.

"Gue test line Zahra boleh gak nih?" tanya Gibran memastikan sang saudara tak cemburu dengannya. Deven menaikkan bahunya.

"Yaudah, gue chat nih ya" ucap Gibran. "Terserah" sahut Deven.

Line.

Gibran: Ini gue Gibran.

Zahra: Kak Gibran?

Gibran: Iya, sepupu Deven.

Zahra: Oh iya Kak, kenapa?

Gibran: Gak papa, simpen aja kontak gue, gue dapet ini dari Deven.

Zahra: Oh oke kak.

DEVEN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang