-21. Curiga

179 17 1
                                    

Hening? Itulah suasana di dalam mobil Deven saat ini, Zahra sedang fokus dengan ponselnya, sedangkan Deven fokus ke jalan.

"Makasih ya tumpangannya" Zahra menatap ke arah Deven. Deven mengangguk tanpa menatap ke arah Zahra.

"Oh ya, lo masih pake gelang gue ya, ciee sweet banget sih" Zahra mencubit pipi Deven, yang membuat Deven kini meliriknya sebentar.

"Gelang lo juga masih ada di gue, gue janji kalo gelang ini gak bakal lepas dari pergelangan gue" ucapnya sembari memainkan gelang tersebut.

Deven menatapnya, diam diam ia mengembangkan senyumnya. Hatinya sangat sejuk saat perkataan, jika wanita tersebut berjanji akan menjaga barang pemberiannya. Namun setelah itu, ia kembali fokus pada jalan, karna hampir saja Zahra mengetahuinya kalau ia sedang menatapnya tadi.

"Dekubu, hujannya deres banget ya, jalannya ampe gak keliatan" Zahra menatap jalan tersebut. Deven sedikit gemas, karna ia berpikir, apa yang wanita tersebut katakan, bukannya hujan sudah sangat deras dari tadi.

"Indy suka sama lo?" tanya Zahra tiba tiba. Deven menatapnya bingung.

"Jawab, iya atau enggak?" tanyanya kembali, ia sangat penasaran, entah lewat mana mereka hingga sedekat ini, apakah dirinya akan tergeser kembali. Deven hanya diam.

"Kalo lo diem, berati?" tanya Zahra mulai curgia akan jawaban dari Deven. Deven mengangguk.

Bagai tersambar halilintar hatinya, saat tau jika Indy juga memendam perasaan yang sama.

"Lo sendiri? Juga suka?" Zahra menatap Deven serius, menunggu jawaban Deven, seperti menunggu nilai dalam raport keluar. Menegangkan.

Deven menggeleng, bagaimana bisa seorang Deven Alvaro Ardean jatuh Cinta pada sembarangan wanita. Zahra hanya mengangguk, dirinya terasa letih, ia menyenderkan bahunya dikursi mobil dan perlahan matanya terpejam.

Sangat hening jika celotehan tersebut tak dilontarkan, akibatnya yang punya mulut sedang kelelahan dan sedang masa pemulihan, pasca kecelakaan waktu lalu.

Deven menatap Zahra dengan mengembangkan sedikit senyumnya. Ia tak habis pikir, jika wanita di sampingnya menyelamatkannya dari cipratan genangan air, dan membiarkan seragamnya sendiri terkena air kotor tadi. Ia juga berpikir bahwa, wanita ini baru dalam masa pemulihan, namun ia rela berangkat sekolah, hanya untuk menyemangatinya SMA-nya.

Sudah berapa kali dirinya dibantu oleh Zahra, dari kakinya yang sering keseleo saat bermain basket dan diobati oleh Zahra, sekarang dirinya bisa tersenyum karna awal kedatangan Zahra di hidupnya.

Deven kembali pada kemudinya, dan fokus ke arah jalan, ia tak ingin membangunkan wanita tersebut.

Lima menit kini berlalu, mereka sudah sampai di depan rumah Zahra, hujan sudah berubah menjadi gerimis rintik rintik. Namun di dalam mobil, Zahra masih saja terlelap.

Deven membuka seatbelt milik Zahra, ia turun dari mobil, Deven berlari membuka pintu untuk Zahra, karna melihat Zahra yang terlelap, mau tidak mau dirinya harus menggendong Zahra.

Deven berjalan cepat ke depan pintu, karna gerimis tersebut, masih akan sanggup membasahi mereka.

"Assalamualaikum" Deven kini sudah berdiri di depan pintu, belum ada yang membukakan pintu, saat lima detik menunggu, pintu terbuka dan memperlihatkan Mama yang kaget melihat Deven menggendong Zahra.

"Deven? Masuk nak, masuk" pinta Mama, mereka berada di ruang tamu. "Taruh Zahra di sofa itu aja Dev" ujar Mama.

Deven mengangguk, menidurkan Zahra di sofa, Deven menatap Mamanya Zahra, Mama menatap Zahra dengan wajah paniknya.

DEVEN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang