29. Kelulusan

210 18 0
                                    

Pagi ini Zahra berangkat ke sekolah dengan penuh semangat, ia semangat karna semalam ada keajaiban yang menimpa dirinya, yaitu pesan dari Deven. Ia berangkat ke sekolah bersama Katya.

Zahra dan Katya ingin berjalan memasuki kelas, namun ia melihat Deven yang sedang duduk sendirian di taman sambil membaca buku materi pembelajaran. Zahra menyuruh Katya memasuki kelas duluan, kini dirinya berjalan ke arah Deven.

"Pagi" sapa Zahra seraya menyentuh pucuk kepala Deven. Entah mengapa ia berani melakukan hal itu pada Deven.

"Pagi" balas Deven seraya menutup bukunya.

"Udah sarapan?" Zahra duduk di samping Deven.

"Belum" jawab Deven sambil menatap Zahra. Zahra tersenyum ke arah Deven.

"Gue bawain roti sandwich, gue yakin lo pasti suka" ucap Zahra seraya mengeluarkan kotak makannya dan membukanya, menyuapkan roti ke dalam mulut Deven.

"Oh ya, nanti kita langsung aja ke rumah Bunda, nanti biar Katya yang bawa mobil gue" ucap Zahra. Deven mengangguk setuju.

"Bunda masih pake kursi roda? Atau udah boleh jalan?" tanya Zahra.

"Masih pake" jawab Deven.

Zahra merasa pusingnya belum juga berkurang, tepat! Ia lupa meminum obatnya kemarin malam, makannya sekarang kepalanya terasa berat bahkan sangat nyeri. Itu membuat dirinya hampir kehilangan keseimbangan tubuhnya, namun tak apa, selepas ini, ia akan meminum obatnya. Deven nampak cemas, melihat Zahra sepertinya lemas.

"Lo gak papa?" tanya Deven seraya menatap Zahra. Zahra menggeleng.

"Gue gak papa, masuk yuk bentar lagi bel" ucap Zahra, Deven mengangguk.

Mereka berdua berjalan ke arah kelas, hari ini ujian hari kedua, ujian akan di laksanakan selama enam hari.

"Kalo gitu, gue masuk duluan ya, kita ketemu nanti" Zahra melambaikan tangan kepada Deven, saat sudah sampai di depan kelas.

"Iya" jawab Deven.

°°°

Pulang sekolah seperti yang di katakan tadi bahwa Zahra akan pergi mengunjungi Ibunda Deven. Mereka berdua sudah berada di dalam mobil milik Deven. Zahra bersandar di kursi mobil Deven.

"Gue ngantuk" ucap Zahra sambil menatap Deven, Deven mengalihkan pandangannya ke arah wajah Zahra.

"Tidur" jawab Deven. Zahra menggeleng pelan.

"Gak ah, nanti gak tau pemandangan jalan" sahut Zahra seraya mengalihkan pandangannya ke arah kaca mobil.

Deven kembali fokus ke jalan, tak menghiraukan apa ucapan Zahra barusan.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di rumah Deven. Zahra sibuk memainkan ponselnya tak sadat jika sudah sampai. Deven membunyikan klaksonnya, membuat Zahra hampir saja membanting ponselnya.

"Sampe" kata Deven setelah membunyikan klakson.

"Telat! Harusnya lo bilang kata 'sampe' dulu, kalo gue gak jawab, baru lo bunyiin klakson lo, jantung gue hampir lepas, gara gara lo" omel Zahra, membuat Deven menahan tawanya.

"Apa? Mau ketawa?" tanya Zahra sedikit tak santai, Deven menggeleng. Zahra melirik Deven dengan tatapan malas dan langsung turun dari mobil.

Deven menyusul Zahra dan langsung membukakan pintu untuk Zahra, jangan bingung, kan ini rumah Deven, jadi ia yang membukakannya.

"Bunda!" panggil Deven, Zahra melihat sekeliling, terlihat sepi.

"Bentar" ucap Deven, Deven berjalan ke arah kamar Bunda.

DEVEN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang