-18. Sembuh dari koma

261 27 2
                                    

Sore ini, teman-teman setia Zahra sudah pulang dari jam sekolah, mereka selalu setia menjenguk Zahra.

Mereka selalu ada di sisi Zahra, tak hanya mendo'akan saja melainkan menguatkan serta menyalurkan semangat pada Zahra.

Lima hari sudah, Zahra melewati masa koma'nya. Donor darah pun sudah didapatkan, namun semua masih saja meneteskan air mata, karna Zahra kini tak kunjung membuka matanya.

Sahabat, dan orang tuanya selalu setia berada di samping Zahra, termasuk Deven. Orang tua Deven ikut menemani Zahra yang berada di rumah sakit.

Deven dan semua sahabatnya telah selesai beribadah di mushola. Mereka kembali ke ruangan Zahra, Zahra sudah di pindahkan ke ruang inap.

Deven berjalan ke arah taman, mendudukkan dirinya di bangku panjang berwarna putih yang terletak di taman.

Hatinya terpukul kembali, sudah seminggu ini, ia tak mendengarkan celotehan wanita itu. Seminggu? Ya, dihitung mulai dari saat Indy mendekati Deven.

Deven menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya, mengapa ia sangat sangat merasa sedih.

Deven benar benar tak kuasa membendung air matanya, hingga kini terlepas begitu saja. Hatinya benar benar hancur. Ia sangat merindukan wanita itu yang seperti dulu.

Deven menggeleng gelengkan kepalanya frustasi, ingin rasanya ini menjadi mimpi buruknya sekali seumur hidupnya saja. Namun sia sia, karna kenyataannya, ia sedang menemani wanita itu di rumah sakit.

Tiba tiba ada tangan yang melingkar di bahunya, menenangkan agar ia kembali menjadi semangat. Dengan cepat Deven menghapus air matanya.

"Nangis aja kalo mau nangis, jangan di tahan" ucap Rangga.

Deven kembali diam dan mengarahkan lurus pandangannya. Tatapannya bisa dibilang kosong.

"Lo sabar ya, Zahra pasti sembuh, ya emang udah lima hari, tapi kita gak boleh nyerah buat ngasih dukungan ke dia" Rangga mengusap bahu Deven.

Tiba tiba suara petir berbunyi menggelegar, suasana menjadi dingin dan gelap, hujan akan turun.

"Kita ke dalem aja, bentar lagi bakal turun hujan, lo bakal basah kalo di sini" Rangga menarik lengan Deven, dengan terpaksa Deven memasuki ruangan Zahra.

Semua yang ada di dalam ruangan menatap Deven, mereka mengangguk dan meninggalkan Deven berdua dengan Zahra.

Deven duduk di samping ranjang Zahra, menatap infus yang setia menusuk tangan Zahra.

Ia memegang tangan Zahra, ia benar benar merindukan Zahra yang sangat ceria dan setia di sampingnya. Ingatlah, tanpa Zahra tak akan ada lagi Deven yang hobi tertawa walau terkadang harus dipaksa.

Deven selalu mengingat saat Zahra menyuruhnya tersenyum, hingga di paksa.

"Lo gak mau bangun?" Deven menatap wajah Zahra dengan luka yang sudah di perban.

"Lo gak kangen gue?" Deven berupaya untuk selalu tegar.

Deven menahan air matanya, ia tak mau menangis di hadapan Zahra, yang ia mau, ia harus semangat agar Zahra ikut semangat, bukan bersedih.

"Bangun" lirih Deven, sangat ingat terakhir ia dapat berbicara dengan Zahra, saat ulang tahunnya. Jujur Deven benar benar sudah ikut lemas.

Ia terus saja memandangi wajah wanita itu, yang tak kunjung sadar. Ia merasa bersalah, karna sudah dekat dengan Indy, padahal selama ini, Zahra yang selalu di sampingnya. Memenuhi hidupnya dengan keceriaan.

DEVEN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang