-2. Luka memar

713 52 2
                                    

Pertandingan basket selesai 2 jam yang lalu, Deven dan yang lainnya sudah berganti seragam dan kembali menggunakan jas, Deven cowo dingin yang selalu menggunakan jas/jaket dilipat dibagian lengan dan tangannya yang selalu masuk ke dalam saku jasnya

Zahra dan yang lain berjalan menuju kantin dan melihat ada Gladis di pojok bersama sahabatnya. Zahra tak menghiraukannya dan langsung duduk dimeja nya sendiri.

"Pesen makanan gih," Zahra menyuruh Ara memesan makanan dan Ara menurut. Mereka memesan siomay dan air putih. Namun nanti ada kecurangan di antara mereka saat memakan siomay-nya.

"Eh, mata lo selalu fokus ke Deven ya tadi. Deven pake guna-guna ya? Sampe lo terpukau," Eliza menopang dagunya dan melihat ke depan, maksudnya ke arah Zahra.

"Gue fokus ke bolanya bukan Deven," Zahra mengusap wajah Eliza, dan Eliza hanya berkedip dua kali.

"Yakin fokus ke bola aja? Gak percaya ah," Katya menyentil jidat Zahra. Zahra mengusap-usap bagian jidat yang sakit akibat sentilan Katya. Benar-benar tangan baja.

"Nih, pesenan kalian. Eh tapi tunggu! Jangan ada yang curang. Kalian selalu ngerebut makanan satu sama lain di atas kesadaran kalian. Jadi gue gak mau, makanan gue ada yang ambil!" cerocos Ara dan menunjuk satu persatu sahabatnya.

"Lama banget! Sini somay gue." Eliza merebut siomay-nya dari tangan Ara.

"Makasihnya mana, main rebut."

"Ye...! Itung-itung banget lo sama kita. Ya udah makasih deh Ara yang cantik nan lucu. Sayangnya lemot dikit." Katya melirihkan kalimat terakhirnya, namun masih terdengar oleh Ara.

"Masih untung gue sayang sama lo, Tya." Ara kembali duduk di samping Eliza.

"Kalo gak sayang pasti mau lo telen kan?" Zahra menaikkan kedua alisnya menggoda sahabatnya yang tampak lucu saat kesal.

"Udah pasti." ucap Ara yang sedang menyantap siomay nya

"Gue buang sampah dulu bentar," Zahra bangkit kemudian membuang sampah yang ada di dekat pintu masuk kantin

Tiba-tiba ada yang menabraknya kembali, ia mendongak melihat siapa yang menabraknya. Itu adalah Deven. Zahra menelan ludahnya dan kembali bangkit dari jatuhnya. Kali ini Tuhan benar-benar membuatnya heran. Mengapa hari ini ia selalu bertabrakan dengan laki-laki ini.

"Maaf gak sengaja," lagi-lagi kata maaf keluar dari mulut seorang Zahra. Deven mengulurkan tangannyaseperti saat di kamar mandi. Zahra dengan senang hati menerimanya. "Makasih."

Zahra teringat jam tangan yang ia temukan di kamar mandi, ia membuka saku jas nya dan memberikan jam tangan bermerek Protection berwarna hitam tersebut pada Deven. Awalnya Deven hanya menyeritkan dahinya, tapi tak lama Rangga memberi tahu jika ini memang jam tangan milik Deven.

"Makasih." Deven menerima jam tangannya dan langsung menggunakannya di pergelangan tangan yang berurat tersebut.

"Sama sama, Dev." Zahra melebarkan senyumnya. Deven masih menatap nya datar, tiba tiba Zahra di labrak oleh Gladis. Gladis yang tak terima jika Deven di dekati cewe lain.

"Eh cewe murahan IPA 1! Lo kalo mau ngejar ngejar Deven liat dulu Deven punya siapa!" Gladis mendorong badan Zahra hingga pergelangan tangannya dan itu hampir dekat urat nadi tergores paku di kaki meja.

"Lo kalo mau berantem ayo sama gue aja. Lo itu yang murahan, sadar gak? Siapa duluan yang ngejar Deven? Lo atau Zahra? Yang pasti lo lah, sadar diri! Hampir semua siswa maupun siswi tau sama sikap lo yang kaya gini!" Eliza membentak Gladis juga sahabatnya itu, lama lama kekuatan Gladis menciut. Benar saja, Eliza wanita tertomboy di SMA Global School. Banyak ditakuti oleh para siswa dan siswi, namun berbeda dengan Rangga yang gak takut sama sekali.

DEVEN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang