-8. Senyuman dia

374 25 0
                                    

Rangga dan Kevin sedang tidur di kursi, tepat di depan ruangan Bunda. Sedangkan Deven hanya duduk dan seperti biasa membaca novel genre horror, Reza sedang sibuk chatting bersama Katya.

Saat mereka berdua asik tidur. Tiba tiba Kevin terjatuh dari Kursi dan di susul oleh Rangga, satu kursi di pakai dua orang, Rangga membelakangi Kevin yang tidur di paling pinggir.

BRUK!

"Aw! Woy semut, bangun gak lo!" suruh Kevin, karna Rangga sekarang berada tepat di atas bada Kevin, dengan posisi sama sama tengkurap.

"Apaan sih Kekev, gue ngantuk juga" Rangga semakin membuat kenyamanan posisinya di atas badan Kevin

"Buka mata lo! Badan gue sakit anjir" Kevin berusaha bangkit, dan akhirnya Rangga terdorong ke belakang.

"Kev, sakit! Parah lo, lagi enak juga" Rangga menggaruk tengkuk yang tak gatal tersebut.

"Iya, enak di lo, gak enak di gue" Kevin memegangi pinggangnya, serasa habis tertimpa sepuluh kantung beras

"Tidur aja kalian gak tentram coba" Reza menoyor kepala Rangga dan Kevin. Rangga yang nyawanya belum terkumpul akhirnya terjungkal kebelakang, berbeda dengan Kevin, yang mendengus karna toyoran Raza.

"Letoy banget si semut" Reza membantu Rangga berdiri, mengulurkan tangannya. Namun di tolak olehnya "Gue ngantuk Za"

"Ya gak tidur di lantai juga lah, semut" Reza dengan paksa menarik tangan Rangga, Rangga hanya pasrah. Ia berdiri dengan kondisi mata masih terpejam

Deven tertawa melihat betapa konyol perilaku sahabatnya tersebut. Deven memotret Rangga yang sedang tertidur dalam kondisi berdiri. Hitung hitung terdapat aib Rangga di ponsel'nya

"Deven, Rangga, Reza, Kevin. Mending kalian pulang nak, besok-kan sekolah. Ntar ngantuk di kelas loh" ucap Ardean, atau yang biasa dipanggil—Ayah.

"Tapi nanti Bunda gimana?" tanya Reza. "Kan ada Ayah" ucap sang Ayah

Mereka akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah masing masing, karna perintah dari Ayah Deven. Memang benar jika mereka besok akan sekolah.

°°°

Pagi ini, kelas IPA 1 sedang pembelajaran olahraga, seperti biasa SMA GBS (Global School) memang terkenal dengan olahraga basket di sekolahnya.

Saat ingin men- dribbling bola basket, bola tersebut lolos dari tangan Zahra dan mengenai kaki sang wanita yang sangat tak disukainya

"Sengaja ngenain kaki gue?" Gladis melipat kedua tangannya di depan dada. Zahra mengambil bola basket tersebut dan menghempitnya di pinggang

"Kaya gitu sengaja?" Zahra tersenyum miring saat melihat Gadis tersebut berdecak kesal

"Bedain, mana dribbling serius latihan dan mana dribbling yang cuma main main" ucap Eliza, berdiri di samping Zahra. Juga melipat kedua tangannya di depan dada

"Kenapa sih, kalo ada Zahra pasti ada lo?" Gladis menunjuk ke arah tepat muka Eliza.

"Sialan! Berani nunjuk gue? Emang kenapa, kalo ada Zahra, juga ada gue?" Eliza ingin maju, namun ada tangan yang menghadang langkahnya

"Udah biarin aja, dayang dayang lo pada kemana?" Zahra tertawa remeh pada Gladis

"Sahabat gue, apa urusannya sama lo? Suka suka mereka, mau ke mana" ucap Gladis dengan nada sombongnya

"Oh, kasihan cuma sendiri" Zahra melempar bola basket-nya ke arah kaki Gladis, bola tersebut kembali terpantul ke arah Zahra. Namun Eliza sekarang yang gantian menangkap bola tersebut. Gladis meringis sakit, saat bola basket mengenai kakinya dengan sedikit kencang.

DEVEN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang