-12. Perkelahian

316 20 3
                                    

Beda sama apa yang dipikiran gue, gue kira setelah lo gue tolak, lo bakal kaya Gladis, ternyata beda' batin Deven.


°°°

Keheningan? Itu yang terjadi saat jam pelajaran berlangsung. Membosankan? Hampir murid mempunyai pikiran seperti itu.

"Sumpah, gue bete banget" ucap Kevin dengan nada berbisik. "Lo kira kita enggak" bisik Reza.

Kevin memainkan hpnya diam diam, agar Pak John tak melihatnya. Ya, Pak John adalah guru matematika yang baru, guru yang banyak menerangkan, namun jarang memberi soal.

"Kev, lo gila? Main hp di jam pak John?" tanya Reza berbisik. "Abis gue bosen Za" sahut Kevin.

"Taruh hp lo, atau kita bakal kena masalah" suruh Reza, Kevin memutar bola matanya dan menaruh hpnya di loker.

Tiba tiba bel istirahat berbunyi, satu ruangan bernapas lega.

"Ya sudah, pelajari apa yang saya jelaskan tadi ya" ucap Pak John. "Ya Pak" jawab seluruh murid.

Reza dan Kevin berjalan ke arah meja Deven dan Rangga. Walau satu meja di pakai satu orang, tetap Rangga yang berada di samping Deven, Kevin dan Reza berada di depan berjarak satu kursi jika ingin ke meja Deven.

"Muka lo bete Za" ucap Rangga. "Tuh si kekev, seenak jidat mainan hp, kalo ketauan kan gue juga kena" sahut Reza

"Maaf, lagian bete gue" balas Kevin. "Bete bete, ngorbanin gue juga" ucap Reza.

Kevin melirik Rangga, yang tersenyum dari tadi, sambil memainkan hpnya.

"Semut! Lo waras gak sih?" Kevin memegang jidat Rangga dengan sedikit kasar.

"Itulah, yang awalnya gugup, sekarang udah senyum senyum kaya hilang akal" ucap Reza.

"Hahaha, baru tau kalo dia hilang akal? Kan udah gila dari dulu" jawab Kevin dengan terbahak bahak. "Mood gue masih baik Kev, coba kalo udah ilang, gue habisin di sini lo" sahut Rangga.

"Galak amat bang" ucap Kevin. "Oh, nanti kita ke cafe jam berapa?" lanjut Kevin berbicara.

"Deven deh yang nentuin" jawab Rangga. "Gue?" sahut Deven bingung.

"Iya, lo aja. Enakkan jam berapa, kita ikut aja" ucap Rangga.

Deven berfikir, ia setuju jika mereka ingin nongkrong di cafe, karna sudah lama mereka tak melakukan hal itu, spesialnya ada girl's, Zahra dkk.

"Jam 8" jawab Deven singkat. "Oke, gue setuju aja" kata Reza, dan diangguki oleh Kevin dan Rangga.

Deven bangkit dari duduknya. "Kantin" ucapnya singkat, pada ketiga sahabatnya, mereka pun mengangguk.

°°°

Zahra berjalan ke arah lapangan sendirian, ia senang mengingat kejadian saat di mall bersama Deven.

"Gak pernah, gue sedeket ini sama Deven" ucap Zahra dengan tersenyum.

"Eh, tapi kemarin yang namanya Kak Gibran itu gantengnya sebelas dua belas sama Deven" kini Zahra menggeleng geleng sembari terkikik mengingat hal itu.

Seseorang ada yang melihat Zahra dari jauh, seseorang itu ingin berjalan ke kantin, namun terhenti karna melihat Zahra.

Seseorang tersebut menghampiri Zahra, dan melihat bahwa wanita itu sedang tersenyum.

"Hey" lelaki tersebut menepuk pundak Zahra.

"DEVEN!" dengan lantang Zahra menyebut nama Deven. "Oh, mikirin Deven nih" ucap lelaki tersebut.

DEVEN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang