25. Kecelakaan? Lumpuh?

290 21 3
                                    

Setelah kejadian semalam yang membuat Zahra senyum senyum, padahal Eliza yang diberi kejutan. Zahra berangkat sekolah bersama Gibran, karna kebetulan Gibran ada urusan yang jalannya searah.

Di lorong sekolah, Zahra berjalan bolak balik sambil membaca buku pelajaran fisika miliknya, hanya sekedar menambah ilmu sendiri.

Seseorang sengaja berdiri di belakang Zahra, saat Zahra ingin membalikkan badannya, tubuhnya bertabrakan dengan tubuh seseorang yang sekarang berada di depannya.

"Deven, bisa gak sih sehari aja gue gak nabrak lo gitu? Jangan berdiri di sini" Zahra menatap Deven jengah.

"Baca apa?" tanya Deven. "Kepo" ucap Zahra jual mahal.

Deven melirik buku yang dibawa Zahra, oh ternyata buku pelajaran biasa.

"Dekubu, kemarin malem, gue bahagia banget tau gak" ucap Zahra sambil melonjat loncat kegirangan.

"Kan buat Eliza" Deven menatap heran Zahra. Zahra mengerucutkan bibirnya.

"Iya gue tau, gue seneng aja pas ngelepasin balon sama lo" Zahra berhenti loncat loncat dan sekarang menatap Deven dengan tersenyum.

"Gue juga" balas Deven, Zahra melototkan matanya, ia tak salah dengar?

"Lo seneng juga? Gue gak mimpi? Tampar gue coba" Zahra meraih tangan Deven dan mendekatkannya ke pipi miliknya. Mana mau Deven menyakiti wanita. Deven melepas genggaman Zahra dan hanya mencubit lengan Zahra, cubitannya tak keras.

"Aw sakit!" Zahra mengusap usap bagian yang Deven cubit tadi.

"Gue bego ya? Cubitannya aja sakit apalagi ditampar" guman Zahra namun dapat didengar oleh Deven, dan itu membuat Deven tertawa.

"Maaf" ucap Deven di sela sela tertawanya. "Oh, lo dari tadi ngetawain gue hah?!" Zahra memukul mukul Deven menggunakan buku pelajarannya.

"Gue ke kelas" Deven berjalan begitu saja melewati Zahra. "Deven tunggu!" Zahra berlari di mengejar Deven.

Deven berhenti di depan kelas Zahra, Zahra mengatur napasnya karna lelah mengejar Deven.

"Cape Deven, maksudnya gue cape Dev, udah jangan lari lagi" Zahra duduk di kursi depan kelasnya.

"Deven, gue mau bilang makasih" ucap Zahra menatap Deven. Deven berjalan ke arah Zahra dan duduk di sampingnya.

"Buat?" tanya Deven. "Buat semua, lo selalu bikin gue ngerasa kaya gue orang yang beruntung bisa deket lo, dan lo akhir akhir ini gak enggan buat ngomong sesuatu sama gue" Zahra tersenyum.

"Mungkin lo pikir kalo lo cuma orang biasa, tapi bagi gue, lo itu spesial, tapi sayang ya, Indy lebih deket sama lo kayanya" Deven mengangguk, namun ia bantah kata kata jika Indy dekat dengannya.

"Gue gak suka Indy" balas Deven, Zahra mengangguk. "Gue percaya sama lo" Zahra mencubit pipi Deven. Deven meliriknya tajam.

"Gue ke kelas" pamit Deven. Zahra mengangguk, Deven bangkit dan berjalan ke kelas.

°°°

Di lain sisi, Bunda sedang menyusui Thalia, setelah dirasa Thalia sudah tidur, Bunda berniat membeli kebutuhan rumah, contohnya seperti sayur, buah, dan kebutuhan lainnya. Ayah tak bisa menemani karna sedang di kantor, Bunda menitipkan Thalia kepada Gibran.

"Bunda ke pasar dulu ya, Gibran" pamit Bunda sambil mengambil tas kecilnya.

"Gibran aja Bun, Bunda jagain Thalia aja" ucap Gibran, namun Bunda mencegah.

"Bunda aja, kamu jaga rumah, jaga Thalia juga ya, assalamualaikum" pamit Bunda.

"Waalaikumsalam" balas Gibran. Gibran jalan ke kamar Bunda saat Bunda sudah berangkat ke pasar.

DEVEN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang